Anakku seperti bukan anakku

209 9 0
                                    

"Bu, bu...!" Teriak Inah tergopoh-gopoh menghampiri majikannya di halaman yang baru saja mengusir pacarnya keluar.

"Ada apa?" Mina bertanya kesal.

"Non Nina..."

"Kenapa dengan anak nakal itu? Biarkan saja anak itu. Aku tidak peduli lagi padanya." Mina masih marah dengan kelakuan anaknya yang seenaknya saja mencium pacarnya.

"T-tapi, Bu?" Bi Inah terlihat gelisah.

"Tapi apa?"

"Nina kayaknya kerasukan. Matanya melotot serem." Jawab Inah terbata-bata.

"Kerasukan?" Mina melotot tak percaya." Ojo ngadi-ngadi!"

"Saya lihat sendiri dia ngoceh-ngoceh gak jelas."

Mina mencebik. Asisten yang sudah berusia nyaris kepala lima itu pasti ngadi-ngadi. Mereka tinggal di kota sejak sepuluh tahun lalu, tidak mungkin kesurupan seperti dulu tempat tinggalnya di kaki gunung.

"Beneran, Bu!"

"Awas kalau bohong!"

Mina segera berlari menaiki tangga menuju kamar anaknya, disusul bi Inah di belakangnya. Bi Inah ini asistennya paling setia dan paling mengerti keadaan di keluarganya. Ia bahkan berjanji tidak akan meninggalkan keluarga Mina apa pun yang terjadi.

Sesampainya depan kamar Nina, ia membuka daun pintu itu perlan.

Wwrroaarr!

Seketika jantungnya nyaris loncat ke ginjal. Di atas lantai sana, tampak Nina sedang duduk sambil menceracau. Rambut panjangnya tergerai ke depan menutupi sebagian wajahnya, membuatnya terlihat mengerikan.

"Hihi..."

"Ninaa!" Panggil Mina bergidik.

Bi Inah benar. Nina seperti orang kesurupan! Tapi bagaimana bisa Nina kesurupan. Sedangkan mereka berada di lingkungan yang sangat modern dengan bangunan tinggi di kanan kiri perumahan mereka.

Nina tak menyahut meski jelas-jelas sudut matanya berkedip ke arah mereka. Hingga bibirnya melengkung ke atas membentuk seringai mengerikan. Inah pun merasa ingin pipis.

"Bener kan, Bu, dia kayak orang kesurupan. Non Nina serem." Bi Inah memegangi lengannya panik.

"Ya sudah, kita turun saja. Kita gak mungkin bisa menangani ini." Mina menjawab ngeri. Ia harus mencari orang pintar yang bisa mengeluarkan jin di tubuh anaknya. Percayalah, walaupun mereka sering bertengkar tapi ia sangat menyayangi anaknya. Meski dengan cara yabg berbeda.

Baru saja keduanya membalikkan tubuh untuk keluar dari pintu, ketika mereka mendengar suara gerakan cepat di belakangnya. Belum sempat mereka berbalik untuk mencari tahu, kepala Nina sudah muncul dari bawah kaki Mina.

Clep..

"Akkhh..." Mina dan Inah memekik terkejut. Mina segera melingkarkan tangannya pada lengan Inah. Sedang Inah semakin tak tahan ingin pipis.

"Buang..." Nina berkata dengan suaranya sinis dan dingin. Mina nyaris tidak mengenali suara anaknya. Suara itu seperti ada dua. Terdengar berat dan menakutkan.

"Buang? Buang apa?" Mina bertanya sambil menahan giginya yang gemeletup ketakutan. Kakinya beringsut mundur saat tangan Nina yang putih pucat semakin erat memegangi betis kecilnya.

"Hihihi..."

Mina ingin segera berlari menuju pintu tapi sosok Nina yang terlihat aneh saat ini membuatnya berpikir dua kali untuk bertindak gegabah. Bagaimana kalau Nina balik menyerangnya saat dia mencoba kabur.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang