Mulai kesakitan

227 6 0
                                    

Kertas itu dilipat-lipat sampai kecil yang diikat dengan tali. Terdapat tulisan berbentuk tulisan arab di dalamnya yang tidak mereka mengerti.

"Ini apa, sih?" Tanya Rere terheran-heran saat mencoba untuk membacanya.

"Mungkin Aira tahu. Kita tanya dia nanti."

Tika buru-buru memasukkan kertas itu ke sakunya saat dilihatnya Nina dan Aira kembali. Wajah Nina terlihat pucat.

"Masih sakit ndak perutnya?" Tanya Tika berpura-pura khawatir.

"Sepertinya iya. Aku mulih duluan, ndak papa?"

"Ndak papa. Sing penting kamu cepet sehat supaya bisa nongkrong bareng kita lagi."

"Iya."

Nina berpamitan kemudian pergi diiringi tatapan semuanya. Setelah sosok Nina menghilang dari pandangan mereka. Tika buru-buru mengeluarkan kertas yang ia temukan dan menunjukkannya pada Aira.

"Aku nemuin kertas ini di tasnya. Iki opo?"

Aira mengernyitkan kening." Ndak tahu, aku belum pernah lihat yang beginian."

"Trus sekarang bagaimana?"

"Ya sudah, simpan saja dulu kertasnya sampai kita tahu artinya. Nanti aku telpon temenku di kampung. Biasanya dia tahu tulisan seperti ini ."

Selesai menghabiskan makanan dan membayarnya, mereka pun memutuskan pulang.

***

Nina berjalan menuruni undakan mal menuju keluar untuk menemui ojek online langganannya. Ia sudah tak tahan ingin segera berbaring. Perutnya seperti diremas-remas.

Brukk...

"Hei..." Teriaknya marah pada orang yang menabraknya.

"Nina, kamu?" Tanya orang itu terkejut sekaligus senang.

"Leon?"

"Kamu di sini? Sama siapa? Eh sorry, aku tadi ngelamun jadi nabrak kamu."

"Gak papa. Aku juga lagi buru-buru. Aku duluan. Ojekku sudah menjemputku."

"Eh, tapi," ia menghentikan ucapannya karena Nina mengabaikannya.

Nina memang bergegas meninggalkan Leon meski ia sadar Leon masih terus menatapnya. Tapi saat ini ia tak bisa memikirkan hal lain karena perutnya mendadak sakit.

Sepanjang naik kendaraan, Nina tak hentinya meringis menahan sakit sampai kang ojeknya terlihat panik.

"Mba, kita mampir ke rumah sakit dulu ya. Wajahnya pucet. Saya takut ini kalau mba kenapa-napa gara-gara naik motor saya."

Nina mengangguk. Ojek itu membawanya menuju rumah sakit terdekat. Setelah memberikan sejumlah uang pada akang ojek untuk menyelesaikan administrasi, akhirnya Nina diperiksa. Namun dokter tidak menemukan sesuatu yang aneh.

"Kurangi saja makan yang pedas dan asem. Lambungnya infeksi."

Setelah memberikan resep obat yang harus Nina tebus, akhirnya Nina pulang meski perutnya tak menunjukan perubahan.

Rumahnya yang berada di perumahan menengah terlihat sepi saat ia masuk membuatnya heran. Biasanya malam begini mamahnya sedang asyik berpacaran dengan kekasihnya. Entah kemana mamahnya. Yang ada hanya bi Inah sedang menonton tv.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang