Lepaskan

164 9 0
                                    

"Nina?"

"Tedi?"

Tedi bergegas turun dari kendaraan roda duanya terheran-heran. Ia menghampiri Nina, lalu celingak celinguk mengamati keadaan di sekelilingnya. Jalan tampak lengang dan menakutkan.

"Sedang apa di sini?"

"Eh, aku .." Nina bingung mencari alasan. Namun saat melihat tatapan Tedi, yang sama seperti Juno, Nina tahu ia tak perlu takut. Mereka semua berada di bawah kendali Jinnie.

"Ojek online yang membawaku, motornya mogok. Jadi, terdamparlah aku di sini. Karena kang ojeknya pergi ke bengkel" Jawabnya sambil tersenyum manis.

"Berani sekali kang ojek itu ninggalin cewek secantik kamu di sini. Kalau ada penjahat, bagaimana?" Katanya marah.

"Aku gak papa, sungguh." Ia berusaha menenangkan Tedi yang terlihat jengkel.

Sesaat Tedi seperti tersesat dalam senyuman yang memabukkan itu. Ia bahkan rela melakukan apa pun demi kebahagiaan gadis di hadapannya.

"Cantik sekali."

"Apa? Kamu ngomong apa?"

Tedi gelagapan." Eh gak. Ya udah, aku antar kamu pulang ya."

Nina mengangguk antusias lalu menggandeng lengan Tedi manja. Tedi tidak menolaknya. Justru malah senang dan balik memeluk pundak Nina.

Nina menaiki motor besar milik Tedi. Tedi memakaikan jaketnya pada Nina, meski kentara sekali dia sendiri kedinginan. Angin berhembus terlalu kencang menyalurkan aura tidak mengenakkan. Namun Tedi menepis perasaan tidak enaknya. Kemudian laki-laki itu menarik tangan Nina ke perutnya dengan lembut membuat Nina tersipu.

"Pegangan, biar gak jatuh."

Hatinya berbunga-bunga mendapat perlakuan semanis itu. Sesaat Nina mengira akan menjadikan Tedi pelabuhan cintanya saja. Dengan begitu, Tedi akan selamat.

Kendaraan itu melaju dengan kecepatan sedang. Dengan Tedi yang tak hentinya mengelus punggung lengan Nina yang lembut.

Udara di sekitar berhembus dingin namun hal itu malah seperti membakar hasrat Tedi. Ia bisa merasakan tubuhnya bergolak kencang. Untung saja ia masih bisa mengendalikan diri.

"Kamu gak papa? Badanmu tegang." Seru Nina dari balik punggungnya. Bibirnya melekuk aneh.

"Aku gak papa. Grogi aja ngebonceng cewek secantik kamu." Teriak Tedi agar Nina mendengarnya. Karena suara berisik angin menyamarkan suaranya.

Untungnya, Nina mendengarnya.

"Gombal." Jawab Nina sambil menyenderkan tubuhnya.

"Nina, kalau aku minta kamu jadi pacarku, mau gak?"

"Kamu nembak aku?"

"Iya. Kamu mau?"

"Iya."

Tedi menghentikan motornya. Membalikkan tubuhnya ke belakang hingga kini ia berhadapan dengan Nina. Bola matanya berbinar-binar.

"Kamu beneran mau jadi pacar aku?"

Nina mengangguk senang. Selain karena ia ingin merasakan punya pacar, tubuhnya pun bereaksi tak normal. Seakan mendesaknya untuk menerima laki-laki tersebut.

"Makasih ya, udah mau jadi pacar aku." Tiba-tiba Tedi memeluknya. Nina balas memeluknya. Jantungnya bertalu-talu. Apa mungkin karena ia mulai jatuh cinta pada Tedi? Tapi kenapa secepat ini?

Tedi melepaskan pelukannya dengan berat hati, rasanya ia tak rela melepas Nina walau pun sebentar. Apalagi nanti mereka harus berpisah ke rumah masing-masing. Bisa-bisa ia gila karena rindu.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang