Setelah pulang bekerja, aku memutuskan untuk mengunjungi Jaehyun dikantornya. Sebelum kesana, aku membelikan americano kesukaan Jaehyun. Aku membelikannya yang dingin karena udara Seoul yang panas akhir akhir ini. aku berharap kopi ini bisa menenangkan Jaehyun yang lelah dengan kafein yang dikandungnya.
Setibanya aku dikantor Jaehyun, aku melihat Jaehyun sangat sibuk dengan kertas kertas yang berserakan dimeja kerjanya. Ia terlihat kesal dan aku bisa melihat raut lelah diwajahnya. Aku memasuki ruangannya dan meletakkan kopi yang aku bawakan. Ia meminumnya sampai tinggal setengah.
Aku hanya bisa tertawa melihat Jaehyun sangat kehausan.”you can drink some of water here,right?” tanya ku
“i forget to have some water.” jelasnya singkat sambil menatapku
“i love u,”
“i know” aku melihat lesung pipit dipipinya karena tersenyum.
Aku menyadari bahwa Jaehyun mencintaiku. Tapi aku seperti gadis kebanyakan, aku butuh perhatian dan waktunya. Dan ini cara yang bisa aku lakukan demi mendapatkan perhatiannya walau hanya beberapa menit. Mengunjunginya dikantor dan membawakan kopi kesukaannya dan sesekali aku membawakan tiramisu cake kesukaannya.
Setelah beberapa menit, ia kembali sibuk dengan kertas kertas sialan itu. Aku kalah dengan benda mati tipis yang kini dipandangi Jaehyun. Aku hanya bisa membiarkannya sambil rebahan disofa empuk dikantor tunanganku ini.
Aku sering berfikir bahwa hubungan kami sangat aneh. Kami saling mencintai tapi kami sangat jarang menghabiskan waktu bersama. Bahkan diakhir pekan sekalipun, Jaehyun masih disibukkan dengan acara perkumpulan pemegang saham.
“itu baik untukmu juga, Yoona. Hasil keringatnya kamu juga yang akan menikmati.” Tiffany selalu membela Jaehyun jika aku sudah bercerita perihal kesepianku.
Ia selalu berkata bahwa Jaehyun mencintaiku tapi ia tipe laki laki yang tidak bisa membagi waktunya dengan baik. Tiffany juga memintaku untuk memahami Jaehyun dan pekerjaannya. Sahabatku dari sekolah dasar ini selalu bisa berfikir positif. Ia selalu mengalah terhadap apapun. Termasuk denganku.
“well, aku pahami. Tapi bisakan setidaknya dalam sebulan ia meluangkan waktu untukku. Jika dia tidak ingin keluar karena lelah, kita bisa menghabiskan waktu diapartemennya, atau kita bisa menonton film dirumahku.” aku benar benar kesal dengan sikap Jaehyun kali ini.
Hari ini Jaehyun sedang berada di Italia untuk bertemu dengan developer yang akan mengurus hotel barunya disana. Aku tidak mempermasalahkannya, namun yang membuatku sangat kesal karena ini adalah hari yang ia janjikan untuk pergi bersamaku.
Kau tahu bukan bagaimana rasanya jika seseorang sudah berjanji padamu tapi ia mengingkarinya? Itulah yang kini aku rasakan.
“apa” aku menjawab telfon Jaehyun dengan nada dingin
“sorry, hun. Aku lupa kalau aku udah janji sama kamu. Lain kali kita jalan ya.” bujuk Jaehyun dari seberang.
“sudahlah,urus saja bisnismu. Aku tidak apa apa. Bukannya kamu selalu seperti ini padaku.” aku hanya bisa menjawabnya datar.
Aku mengakhiri percakapan kami. Aku tidak mau kami bertengkar lagi dengan hal yang sama berulang ulang. Jujur, kami sering bertengkar karena pandangannya tentang hubungan kami dan sikap Jaehyun padaku yang seolah olah aku ini hanya kenalannya saja.
Untuk kali ini, aku tidak mau menangis, toh kami tidak sampai bertengkar tadi.
Untuk menghilangkan kekesalanku, aku memutuskan untuk pergi belanja beberapa pakaian musim panas yang baru saja dikeluarkan oleh rumah fashion favoritku. Aku membeli beberapa helai pakaian dan sepatu yang cocok untuk musim ini.
Setelah lelah memilih pakaian dan sepatu, aku memutuskan untuk mampir direstoran yang ada di mall ini untuk memenuhi kebutuhan manusia, makan. Aku sangat kelaparan sekarang.
Saat aku hendak menuju meja yang masih kosong, tiba tiba aku hampir terjatuh karena ada seseorang yang menyenggolku. Aku memarahinya,tapi ia hanya bingung mendengarkanku. Sampai ia mengatakan bahwa ia bukan orang korea.
“sorry for the accident. Truly, i’m not korean. I’m Canadian.” jawabnya singkat.
“but, you’re seem like korean for me.” tanyaku heran karena wajahnya yang khas asia timur.
“well, i’m a half. A half korea a half canada.”jawabnya
“sorry, i dunno.”kali ini aku meminta maaf karena memarahinya dengan menggunakan bahasa korea sedangkan ia tidak mengerti sama sekali.
Saat ia ingin berkenalan denganku, iphone merah miliknya berdering, seseorang menelfon dan memintanya untuk segera keluar dari restoran ini.
“sorry, i gotta go.”jawabnya sambil sedikit berlari kecil.
Aku membiarkannya pergi. Dari dalam restoran,aku bisa melihat bocah laki laki tadi sedang berbicara dengan seorang pria, aku tidak memperdulikannya, mungkin saja itu temannya.
Aku kembali pada tujuanku memasuki restoran ini. aku sedikit pusing karena dari semalam aku tidak makan apapun sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
FanfictionYoona, aku menginginkanmu sampai tak ada lagi kertas yang bisa kau potong disetiap malamnya. Park Yoona, aku Mark Lee mencintaimu sampai belulangku rapuh.