Pagi hari yang begitu tenang, sudah lama aku tidak merasakan suasana pagi seperti ini. rasanya sudah begitu lama semenjak aku mengenal si sibuk Jaehyun.
Ya, berkali kali aku memanggilnya si sibuk karena memang itulah fakta yang aku dapati. Ia terlalu sibuk sampai pagi pagi sekali dia sudah berangkat kerja kekantor bercat abu abu gelap, kantor yang benar benar menggambarkan pribadinya yang abu abu, sangat tidak jelas.
Skip masalah si sibuk itu, aku juga harus bekerja sekarang. Aku ditugaskaan untuk mengurus pekerjaan diluar negeri beberapa hari di salah satu negara eropa, Swedia. Negara yang katanya punya studio bagus untuk merekam segala jenis musik. Banyak musik musik karya musisi internasional dihasilkan disana dan tentunya sudah menjadi tugas seorang music director sepertiku untuk pergi ketempat tempat yang berbau musik, bukan?
“thanks antarannya. Ntar aku bawain oleh oleh dari sana” senyumku pada Tiffany yang mengantarkan aku ke Incheon Airport.
“nggak perlu, aku bisa beli sendiri kali. Kamu lupa pekerjaan aku apa?”jawabnya pura pura sombong.
Tiffany seorang penyanyi sekaligus model terkenal dinegara ku. Paras cantik dan bakat yang dimilikinya memudahkannya mendapatkan perhatian dan pekerjaan yang menghasilkan uang dengan cepat ditambah lagi Tiffany berasal dari salah satu keluarga yang bermukim di daerah Gangnam. Tidak mengherankan baginya untuk mendapatkan oleh oleh yang terbilang murah bagi cewe kelahiran Agustus ini.
“I see. See you from today” jawabku sambil beranjak keluar dari mobil sport miliknya.
Ia hanya tersenyum dan pergi melarikan mobil Sport kesayangannya menembus jalan raya yang ramai dipagi hari.
Kini tinggal aku di bandara menunggu keberangkatanku ke negara yang terletak didekat kutub utara ini.
“sorry. That’s my fault.” Seruku pada seseorang yang tidak sengaja aku tabrak.
“hey, watch your step.” Gerutu pria bertubuh tegap tapi tidak terlalu tinggi dariku. Ia tampak sangat kesal karena bunga yang ia bawa jatuh dan rusak karena aku tabrak dan lagi lagi dengan tidak sengaja ku injak saat menabraknya.
“i’m sorry. Hhmm biar aku ganti bunga kamu ya.” Jawabku takut karena wajah pria ini benar benar merah menahan amarahnya.
“bisa diganti pun nggak akan bisa nemu di kota berpolusi ini.”jawabnya sambil menatapku sinis
“itu bukan bunga yang bisa tumbuh dengan mudah di korea. Harus terbang lagi kenegara asalnya, kamu tau?”jawabnya dingin.
“maaf. Aku benar benar nggak sengaja. Biar aku ganti. How much?” jawabku mengeluarkan handphoneku untuk menggantinya via mobile banking karena aku tidak membawa uang tunai saat ini.
“bunga diganti bunga. Sekarang, kamu terbang ke negara asal bunga ini dan bawa kesini sebagai gantinya.”
“nggak bisa, aku harus pergi sekarang. Keberangkatanku sebentar lagi. Ganti uang aja, ok?”
“if i say no it means no. Pokoknya bunga. Harus” bentaknya
“hei, tidak perlu membentakku bisa kan? Bunga jelek seperti itu saja harus aku cari. No. Aku udah telat. Cari sendiri.”jawabku sambil pergi meninggalkannya
Ia mencegahku,”no. That flower is important and special for me. You owe me until you comeback.”jawabnya dingin
Aku benar benar kesal dengan makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini yang seenaknya mengancamku hanya karena sebuket bunga yang tidak aku tau jenis atau dari family mana bunga ini berasal.
BRUUK
“aw” pekikku jatuh terduduk dengan bokong yang kini mencium lantai marmer keras ini. ya, aku terjatuh.
“sorry. You okay?”
“of course no.” Sambil melihat bocah yang menabrakku.
Dia, bocah laki laki yang menabrakku tempo hari di salah satu restoran di mall saat aku sedang galau karena Jung Jaehyun.
“you. Long time no see. Sorry for the second accident i give to you.”sapanya seperti sudah sangat akrab denganku.
“long time no see. That’s okay.”jawabku singkat sambil mengelus bokong kurusku
“aneh ya, kita ketemu tapi selalu nabrak kayak gini.” Ucapnya dalam bahasa korea yang membuat ku bingung karena setauku bocah gempal ini tidak bisa berbahasa korea.
“you told me you couldn’t speak korean, right?”
‘memang. Tapi itu sengaja biar kamu nggak marah terus terus sama aku.”jawabnya sambil menampakkan deretan giginya yang kurang beraturan.
Aku hanya geleng geleng kepala mendengar pengakuannya, dasar bocah tengil sambungku dalam hati.
“by the way, pergi sendiri bisa? Canada sama korea lumayan jauh.” Selidikku
“nggak lah. Sama hyung-ku. Kami kesini untuk memperingati kematian ibu kami. Mommy dimakamkan di sini.”“mommy minta dimakamkan disini supaya kami sering mengunjungi negara kelahirannya.” Sambungnya
“maaf aku nggak tau tentang ibumu. Seharusnya aku nggak tanya.”
“it doesn’t matter. Biasa aja. Lagian mommy udah lama meninggal. Waktu aku masih kecil banget.” Jawabnya santai
“sorry hyung. Iya aku udah balik kok. Wait for me there” seseorang menelfonnya
“hmm sorry. Aku harus pergi. My brother is waiting for me.”jawabnya sambil pergi meninggalkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
FanfictionYoona, aku menginginkanmu sampai tak ada lagi kertas yang bisa kau potong disetiap malamnya. Park Yoona, aku Mark Lee mencintaimu sampai belulangku rapuh.