Byuntae

99 17 1
                                    

BRUUK

Sesuatu menabrakku dari belakang, dingin.

Aku sempat ketakutan karena aku berfikir itu zombie atau semacamnya. Saat aku akan berteriak, benda itu mencium tulang leherku. Ya aku kenal cara ini. cara yang selalu dilakukannya jika ia sangat merindukanku. Siapa lagi kalau bukan Jung Jaehyun. Pria sok sibuk yang kini mungkin sangat lelah setelah kembali dari Italia.

“jangan balik dulu, aku masih ingin peluk kamu seperti ini,”Jaehyun mengeratkan pelukannya.

Damai.

Itu yang aku rasakan saat ia benar benar menginginkanku seperti sekarang.

“maaf, aku tahu kata itu nggak akan membantu aku buat kamu maafin. Tapi aku benar benar minta maaf.”Jaehyun semakin membenamkan wajahnya di leherku.

Deru nafas beratnya aku rasakan semakin keras. Aku mengerti apa yang diinginkannya. Tapi tidak mungkin aku menuruti keinginannya. Kami belum menikah, ya walaupun kini kami sedang berdua diapartemenku bukan berarti aku menurutinya dan meskipun kami tinggal di kota metropolitan yang pergaulannya sama saja dengan kota kota besar lainnya didunia itu, aku tetap punya alasan untuk tetap menjaga apa yang aku punya sampai akhir.

“Jaehyun, jangan sekarang. Aku nggak mau”tolakku halus.

Jaehyun lantas melonggarkan pelukannya dan menarik ku  kedekapannya. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang kembali normal.

“iya, aku tau. Cuma kebawa suasana tadi.”lengus Jaehyun sembari duduk di kursi pantry.

“gimana Italia? Menyenangkan?” aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan

“hm”

“hm doang? Nggak ada yang lain? Italy is one of the best country right? You like it.”ujarku heran melihat Jaehyun yang sepertinya tidak suka jika aku membahas negara tersebut karena setau ku Jaehyun sangat suka Italia terlebih lagi Venesia, kota yang paling ia sukai.

“kali ini nggak menyenangkan. Nggak sama sekali.”

But why?

“udah jangan dibahas dulu, aku capek. Mau mandi.” Ia berjalan menuju kamar yang sering ia gunakan. Ia sering menginap di apartemenku tapi jangan salah paham, kami tidak pernah sama sekali tidur satu ranjang.

Apartemenku ada dua kamar, dan Jaehyun tidur disalah satunya. Kami punya semacam perjanjian tidak tertulis yang berisikan kalau kami tidak akan tidur dikamar atau diranjang yang sama sampai hari dimana kami menikah. Dan ia menyutujui permintaanku.

Aku sedang memasak makan malam untuk aku dan Jaehyun. Makanan rumahan, aku yakin kekasihku ini sangat kelaparan. Tadi aku tidak sengaja mendengar perutnya mengerang saat ia duduk disebelahku.

“masih lama? Lapar” rengek Jaehyun sembari meletakkan kepalanya dibahuku.

“bentar lagi masak, tinggal tunggu mendidih bentar lagi.”

“lapeeer, makan”rengeknya padaku yang sering membuatku bingung apa aku ini tunangannya atau ibunya

“ia bawel. Bentar lagi selesai. sabar. Mending kamu duduk, berat tau”omelku yang keberatan dengan kepalanya yang masih bertengger manis dibahuku.

Jaehyun berjalan ke meja pantry sambil meneguk air putih yang dia ambil. Sangat jelas bahwa ia kehausan.
Kami makan tanpa banyak mengobrol, sudah seperti kebiasaan bagi kami jika sedang makan kami akan diam dan tidak bicara sama sekali.

“hey, bangun. Jangan tidur disini, badan kamu pegel semua nanti.”

“sayang, bangun.” Jaehyun tetap tidak membuka matanya sama sekali saat aku bangunkan.

Ia tertidur dilantai dengan TV yang masih menyala menemaninya tidur diruang tamu.

“sayang ba-“ Jaehyun menarikku kedekapannya. Jantungku tidak beraturan saat ini dengan posisi Jaehyun diatas ku.

“kenapa dibangunin? Aku kan lagi mimpi bareng kamu tadi. Dasar pengganggu mimpi orang”jawab Jaehyun datar

Ia menatapku lekat lekat. Ia semakin mendekatkan wajahnya padaku. Benda kenyal yang dimilikinya kini bertemu dengan benda milikku. Jaehyun menciumku dengan lembut, sekali lagi, aku menyukai caranya menciumku.

“udah” seru ku dengan nafas terengah engah

“kenapa? Baru juga sebentar. Masih kangen.”

“udahan aja ya. Ntar kebablasan. Aku nggak mau.” Tolakku halus

“kebablasan tinggal tanggung jawab aja. Kan kamu milik aku.”

"ya, bukan berarti sekarang. Kamu masih ingat janji kita kan?”

“janji bodoh itu terus. Aku ingat kok.” Jaehyun membalas perkataanku dengan ketus.

Aku sebisa mungkin lari menuju kamar karena Jaehyun seperti dibawah kendali, ya aku melihat sebotol minuman keras didekatnya saat aku bangunkan tadi dan mengunci pintu dari dalam karena Jaehyun terus menerus mengetok pintu kamarku dengan keras.

“sayang, kenapa dikunci? Aku mau sama kamu malam ini.” teriak Jaehyun dari luar kamar

“aku nggak mau, kamu lagi mabuk. Mending kamu tidur dikamarmu. Bukannya besok kamu kerja.” Aku membalas teriakannya.

Setelah itu aku tidak mendengar lagi teriakan dari luar yang berarti Jaehyun sudah menyerah dan pergi kekamarnya.

Paper CutsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang