Swedia, waktu setempat . . . .aku sudah sampai dinegara berpenduduk lebih sedikit dibanding dengan negaraku. Negara yang memiliki udara lebih segar dari udara kotaku, Seoul.
Hari ini aku tidak bisa menikmati waktuku disini, pasalnya pekerjaan yang menantiku sudah meminta untuk segera dihampiri dan diselesaikan.
DRRTT DRRTT
“hmmm,”
“hhmm aja? Nggak bisa yang lain apa?”
"Maaf, aku baru tidur. Ada apa tengah malam gini nelfon. Kamu nggak kerja besok?"Jawabku panjang lebar
“disini masih siang sayang. Kamu cepat banget akrab dengan waktu disana.” Sambung pria dari seberang
“ha, siang?”jawabku panik
“di Seoul, bukan Stockholm. Disana masih malam mungkin.” Tawanya terdengar dari benua Asia
Aku baru sadar dengan sekitar setelah membuka mata. Aku kini di Stockholm untuk urusan pekerjaan dan kini tepat pukul 2 pagi waktu setempat.
“udah, tidur lagi aja. Aku masih banyak kerjaan.” Jawabnya hendak memutuskan percakapan kami.
“aku jauh atau dekat sama aja ya. Kamu benar benar nggak ada waktu bahkan untuk menghabiskan waktu selama lima menit aja. Sekarang malah sibuk lagi”
Aku memutuskan sambungan telfonku dengan Jaehyun. Aku benar benar lelah dengan dirinya yang selalu seperti ini. aku tau dan sangat sadar kalau aku sangat egois. Tapi mau apalagi, jika perlakuan itu yang selalu aku terima dari laki laki tampan dengan segudang kesibukannya.
Jaehyun is calling.....
Jaehyun is calling.....
Jaehyun is calling.....
Sudah ke 3 kalinya ia menelfonku hari ini. tapi karena pekerjaanku yang terbilang menguras perhatian, aku sampai tidak tahu telfon masuk hari ini. total ada 20 panggilan masuk:
2 panggilan masuk dari ayahku
1 panggilan masuk dari Tiffany
3 panggilan masuk dari Jaehyun
Dan...
10 panggilan masuk dari dua nomor telfon yang tidak aku kenal.
Tidak ada satu panggilan pun yang aku telfon kembali. Aku sangat lelah dan ingin segera tidur karena besok aku harus kembali ke Seoul karena pekerjaanku yang diprediksi menghabiskan waktu beberapa hari malah selesai diluar dugaan, hanya membutuhkan waktu dua hari full.
Incheon Airport
Udara berpolusi ini kembali aku hirup. Sangat kental dengan bau gingseng.
Pukul 11:11 malam waktu korea.
Aku duduk sendiri ditengah kegelapan apartemenku. Ruangan ini hanya mendapat cahaya dari luar yang sangat minim mengingat apartemenku yang terletak di lantai 8. Aku meringkuk di sofa yang menghadap jendela besar yang menampilkan suasana malam sungai han yang tenang dan sunyi. Sungai ini sepertinya ikut merasakan kesunyian yang aku rasa.Seluruh badanku lelah setelah pulang dari Stockholm ditambah lagi suasana hatiku yang benar benar kacau saat ini. Aku rasanya ingin menyerah dengan Jaehyun.
“mikir apa sih. Nggak boleh..”aku berbicara dengan diriku sendiri seperti orang yang tidak waras.
TIIIIT
Apartemenku terbuka yang menandakan Jaehyun datang berkunjung kesini. Ia tidak tahu kalau aku sudah pulang tadi sore. Ia langsung masuk kekamarnya, mandi tanpa menyadariku yang kini memperhatikannya ditengah kegelapan.
“ada apa lagi disana? Bukannya masalah kita dengan developer sudah selesai? hotel itu harus mulai dibangun akhir tahun ini. jangan sampai investor menarik kembali pendanaan mereka.”jawab nya kesal
“ya, pekerjaan lebih penting sekarang bukan yang lain”
Satu kalimat itu sukses membuat ku menjatuhkan air mata. Ia benar benar lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan aku. Bahkan keberadaanku yang dari tadi diruangan ini tidak disadari olehnya.
“Jaehyun”panggil ku yang membuat ia terperanjat mendengar namanya dipanggil ditengah kegelapan.
Ia segera menghidupkan lampu dan memperlihatkan pipiku yang sudah basah oleh sungai kecil yang mengalir deras.“kenapa? Kenapa nangis?”tanya nya bingung
Dia memelukku erat, mengusap kepalaku lembut mencoba menenangkanku. Tapi terlambat, aku sudah muak dengan semuanya.
“udah. Kita udah selesai.”ucapku sambil menarik diri menjauh dari Jaehyun
Ia menatapku heran.“selesai apanya? Aku nggak paham?”
“kita”
“kita yang selesai. aku nggak sanggup dengan kamu lagi.”sambungku sambil terisak
“kita nggak sejalan. Kamu yang lebih mementingkan urusanmu dan aku yang terlalu egois untuk ada di depanmu walau hanya sehari.”
“kamu kenapa seegois ini? aku kerja, bukan melakukan hal hal yang tidak berguna.” Jawab Jaehyun dengan amarah yang tidak kalah denganku
“iya, karena keegoisanku, makanya kita selesai disini. Kita nggak perlu terusin ini lagi.”
“aku lelah”
“ok, mungkin itu yang terbaik buat kita. Lagi pula urusanku sangat banyak sekarang. Kamu mau aku lebih mengurusi urusanku kan?”ia memotong perkataanku
“kita cukup sampai disini. Aku nggak akan berkunjung ke apartemenmu lagi.” Jaehyun beranjak kekamarnya dan membanting pintu dengan keras.
“berpisah mungkin menjadi opsi yang masuk akal saat ini. kita sama sama terlalu egois dengan kepentingan masing masing. Kita disini saja. Cukup disini. Kita tidak perlu diteruskan. Biarkan kita dijalan masing masing. Aku lelah, Jung Jaehyun” Dengan mantap aku mengakhiri hubungan kami dan aku meninggalkannya sendiri di apartemenku.Aku kembali kerumah Ayahku. Kebetulan ayah sedang diluar negeri mengurusi bisnisnya jadi dia tidak tahu kalau putri semata wayangnya ini sedang bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
FanfictionYoona, aku menginginkanmu sampai tak ada lagi kertas yang bisa kau potong disetiap malamnya. Park Yoona, aku Mark Lee mencintaimu sampai belulangku rapuh.