Aku memutuskan mengambil cuti yang belum ditentukan sampai kapan. Jangan heran, aku kini tengah menyalahgunakan kekuasaanku diperusaahan tempatku bekerja.Kenapa bisa?
Jawabannya, karena aku the one and only heir of this company. Perusahaan ini milik ayahku, salah satu konglomerat diindustri musik korea.
Singkatnya, aku memutuskan untuk bepergian sendiri ke eropa. Mungkin bisa dibilang travelling atau apapun menurut kalian karena aku tidak yakin dengan yang aku lakukan saat ini. Aku hanya ingin pergi dari Seoul dan mencoba menenangkan diri.Kalian tahu kenapa, bukan? Jadi jangan dibahas. Aku sedang malas untuk bersedih.
Kiev, Ukraine
Salah satu kota di eropa ini sedang menjadi destinasi ke lima ku setelah mengunjungi London, Barcelona, Dublin, dan Moskow.
Entah kenapa aku tiba tiba sangat suka dengan kota ini diantara 4 negara lain yang sudah aku kunjungi. Aku seperti bahagia tidak jelas semenjak menginjakkan kaki di Kiev.
Sepertinya ada hal besar yang tengah menungguku disini? Mungkin saja. Mari kita lihat bersama."kamu bodoh atau apa sih, Yoona? Kenapa pergi nggak kasih kabar?" baru saja ingin mengucapkan halo, sicantik Tiffany malah mengomeliku.
"sorry, i should go as faster as I can. Aku nggak bisa di Seoul saat ini."jawabku dengan tawa kecil
"seenggaknya kasih kabar lah. Bocah banget main kabur kabur segala. Kamu itu kalau ada masalah diselesaikan baik baik, bukan pergi seperti ini. nggak baik. Ingat, kamu sama Jae itu udah dewasa, seharusnya kalian saling bicara bukannya malah menjauh satu sama lain dan caramu ini bukan seperti Yoona yang aku kenal. Nggak sama sekali."nasihatnya panjang lebar yang membuatku terdiam membenarkan perkataannya.
"keputusanku udah bulat, aku nggak bisa sama dia lagi. Aku nggak pernah penting bagi dia."
"tapi yoon,"
"udah lah. Jangan bela Jae terus. Sahabat kamu sebenarnya siapa sih? Aku atau dia. Seharusnya kamu bela aku. Nenangin aku bukannya ngasih nasehat kamu ke aku. Aku lagi nggak butuh nasehat atau saran apapun sekarang"jawabku sambil memutuskan sambungan telfonku dengan Tiffany
"sahabat apanya coba, bukannya belain malah mojokin"seru ku kesalAku berjalan menyusuri pedestrian dikota ini dengan perasaan kesal yang sesekali dikejutkan dengan daun daun yang berguguran yang menutupi mataku karena autumn sudah mulai menjalar dikota ini, kota dengan udara yang masih lebih baik dari seoul ini benar benar membuat ku betah berjalan jalan meskipun udara dinginnya menerobos mantel tebal dan ankle boot ku.
___
KRUUUKBunyi perutku sukses membuatku benar benar malu pasalnya orang orang yang juga menunggu lampu tanda penyeberangan mendengar raungan perutku yang cukup besar. Aduh, mau di taruh dimana mukaku ini. Aku bisa mendengar mereka tertawa karena suaranya dan ada yang diam saja tidak memperdulikanku.
Tiba tiba....
"nih, makan"
What? Ada yang memberikan ku roti dan mengenalku. Saat aku menoleh kesamping aku terkejut karena seseorang yang memberikan roti padaku itu adalah bocah yang sama yang sudah menabrakku dua kali.
"aku tampan ya, aku tau kok."jawabnya sembari tertawa garing
"bocah,"jawabku tidak percaya bertemu lagi dengannya disini, di negara yang asing bagiku.
"bocah, emangnya umurmu berapa? Palingan belum nyampe 20."jawabnya meremehkanku.
"hei, aku lebih tua darimu. Ah,,, jangan bahas umur. Wanita paling tidak suka ditanya berapa usia mereka."jawabku sambil mengalihkan topik tentang umur
"hehehehe"
"sorry, i just want to know how much gap of us? Biar jelas aku manggil kamu apa, nama aja atau harus pake noona. Biar lebih sopan dari pada pake kamu atau you."jelasnya panjang lebar untuk meluruskan kesalah pahamanku mengenai usia.
"yang jelas aku lebih tua dari kamu. Panggil noona."
"yoona noona, ok?" ucapku sambil memperkenalkan diri padanya
"yoona ya?"
"Dean. Dean Lee." Ia memperkenalkan diri padaku
"atau panggil aja aku Haechan. Ok" dia memberikan senyumannya padaku
"kalo noona mau, panggil nama korea aku juga boleh."
"haechan. Noona panggil aja aku kayak gitu, Haechan."
"tapi kok agak nggak nyambung ya, Dean..... Haechan." Tanyaku
"nggak nyambung gimana? Aneh ah noona. Cowo setampan ini dibilang punya nama nggak nyambung."bocah ini malah merajuk seperti anak kecil.
Hahaha
aku lupa, dia kan memang masih bocah.
"ya iya lah nggak nyambung. Dean, nama yang cool tapi berbanding banget sama Haechan, lucu plus imut."jelasku panjang lebar.
Ia tertawa sambil mendengarkanku menjelaskan letak ketidaksinambungan antara namanya dan nama korea yang dimilikinya.
Dan secara tidak sadar, aku dan Dean a.k.a Haechan sudah akrab seperti adik dan kakak diluar sana.
Kami mengobrol hal hal yang receh sampai hal hal yang ingin aku lakukan selagi mengunjungi benua biru ini hingga kami tiba di sebuah cafe' yang katanya menyajikan hidangan enak. Kebetulan sekali aku benar benar lapar, aku memesan banyak makanan untuk aku dan Dean a.k.a Haechan habiskan.
"noona, nggak kesurupan,kan? Ini makanan banyak banget,"tanyanya heran dengan porsi yang baru saja tiba dimeja kami.
Aku hanya menggeleng dan mengatakan bahwa aku sangat lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
FanfictionYoona, aku menginginkanmu sampai tak ada lagi kertas yang bisa kau potong disetiap malamnya. Park Yoona, aku Mark Lee mencintaimu sampai belulangku rapuh.