Hari ini benar benar melelahkan bagi seseorang seperti diriku, Mark Lee, karena harus mengitari Kiev dengan hanya bermodalkan kedua kaki. Bukan karena aku tak memiliki uang untuk menaiki transportasi umum, tapi aku lebih suka berjalan kaki kemanapun daripada menggunakan fasilitas umum atau fasilitas pribadi yang aku miliki dikota ini.Asalkan kalian tahu, meskipun aku menetap di Vancouver, aku memiliki aset diberbagai negara termasuk disini, di Ukraina, jadi bukan perkara sulit bagiku untuk menikmati semua yang kupunya disini hanya saja lebih menyenangkan jika aku menggunakan kekayaanku secukupnya, bagiku tidak perlu terlihat kaya jika kau memang sudah bergelimang berlian bahkan sebelum kau lahir kedunia yang indah ini.
Ukraina, menurutku indah.
Negara terluas ke-46 di dunia setelah Sudan Selatan dan sebelum Madagaskar ini menawarkan panorama yang tidak mampu ku pungkiri keindahannya. Salah satu mahakarya Tuhan di benua biru ini sungguh indah jika terus dieksplorasi lebih jauh, sayangnya adik semata wayangku akhir akhir ini sangat jarang menemaniku mengeksplorasi kota yang baru kami kunjungi beberapa minggu yang lalu.Dean sedang sibuk dengan seorang wanita yang sering disebutnya noona, kini adikku berhasil mengalahkan kakaknya sendiri dalam urusan percintaan. Bukannya merasa tersaingi, aku justru senang, setidaknya ada yang memperhatikannya karena jujur sebagai kakak yang bodoh, aku tidak pernah sama sekali memperhatikannya padahal dia selalu bersamaku saat bepergian kemanapun.
____
Hari berlalu begitu cepat hari ini, aku memutuskan untuk melepas lelah sejenak di salah satu park bench yang bertebaran di taman kota yang mulai terlihat sepi karena udara musim gugur yang secara diam diam membawa suhu musim dingin didalamnya yang tentu saja mempengaruhi jumlah pengunjung taman yang kian menurun.
Ditempat aku menyandarkan bahuku, aku menatap langit dan melihat berbagai rasi bintang yang bertebaran dilangit gelap Kiev sendirian. Jika kini Dean bersamaku, dia pasti akan sibuk menghitung butiran butiran yang berkilauan sambil menunggu jika ada bintang jatuh yang melintas tepat dihadapan kami lalu ia akan membuat permohonan yang entah apa isinya, kelakuannya benar benar layaknya bocah 6 tahun yang senang diajak bermain ditaman pada malam hari.
Dean Lee adikku satu satunya dan menjadi kesayanganku sejak aku mendengar suara tangisnya yang sangat keras dirumah sakit 16 tahun yang lalu, yang sayangnya ia belum sempat merasakan dekapan Mommy sejak ia lahir. Si bayi malang yang mungkin kini tengah jatuh cinta dengan wanita yang lebih tua darinya.“hmmmm”
“stop being so childish, Mark”suara yang begitu familiar lagi lagi menggodaku via ponsel seluler ini adalah suara sahabat terbodoh yang kupunya.
“who’s so childish? Bukannya si dokter Taemin Lee yang merajuk karena aku lupa memberikanmu oleh oleh dari New Zealand?”tanyaku membalik keadaan
“sorry, bro.”terdengar jelas tawa memalukannya ditelinga kiriku
“do you have time to meet me?”
“anytime, kamu lupa aku pengangguran yang selalu punya banyak waktu untuk melakukan apapun?”
“ok, what is your hotel room? I’ll go there now.” Tanyanya tanpa menanyakan apakah aku ada dikamarku atau tidak, dasar si bodoh Taemin
“4041”
“but i’m not there, aku lagi di taman, lebih baik kamu kesini sekalian bawakan aku makanan.”jawabku singkat lalu memutuskan sambungan udara dengannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Cuts
FanfictionYoona, aku menginginkanmu sampai tak ada lagi kertas yang bisa kau potong disetiap malamnya. Park Yoona, aku Mark Lee mencintaimu sampai belulangku rapuh.