Jangan lupa follow -💜
***Menurut psikolog, seseorang biasanya berbohong 1,5 Kali dalam sehari. Sebuah teori yang menurut Taehyung aneh, kenapa juga nilainya bisa menjadi setengah seperti itu? Berbohong itu bukannya tidak dapat dibagi karena bukan sebuah angka?
Semasa kecil bahkan saat Taehyung berbohong bahwa dia tak mengambil coklat batang di lemari, atau uang koin di dompet ibunya dalam hari yang sama maka ibu nya tetap akan mengatakan dia telah berbohong sekali, dua kali, tiga kali lalu menghukumnya. Tak pernah ada berbohong satu setengah kali dalam kamus ibunya maupun kamus Taehyung sendiri, bahkan sampai dia mulai beranjak dewasa. Lagipula mana mungkin ada hal seperti itu?
Namun saat ini Taehyung mengerti. ½ dari berbohong adalah cara lain untuk tak melukai orang lain dengan kejujuran, memilih berbohong untuk kebaikan, ah apa namanya itu? White lie? Taehyung sepenuhnya memang tak terlalu mengerti, tapi dia sudah separuh mengerti, betapa bagaimana pun kebohongan- white lie, dark lie, whatever-tetap saja adalah hal yang salah. Dan Taehyung sudah melakukan hal yang salah itu terlalu jauh.
Taehyung menatap gadis di depannya, gadis itu cantik dan Taehyung tiba tiba hilang kata untuk menjelaskan kenapa dia melakukan ini semua. Kata yang dia pikirkan jauh jauh hari untuk membenarkan segala kelakuannya tenggelam dalam legam nya netra perempuan di depannya. Taehyung menggigit bibirnya, apa yang harus dia katakan? Haruskah dia berkata bohong untuk menenangkan hati gadis-nya? Tapi- bukankah berbohong itu salah? Taehyung tidak suka berbuat kesalahan walaupun dia juga tak luput dari kesalahan itu sendiri.
"Kamu cinta aku, kan?"
Taehyung mengangguk. Demi apapun, Dia mencintai gadisnya.
"Terus gimana sama Tzuyu?"
Taehyung menatap netra Lisa, netra itu berkaca-kaca. Dia ingin sekali memeluk gadis di depannya seperti yang biasa ia lakukan jika Lisa sedang terpuruk, tapi- ah entahlah, ada sesuatu yang menahannya. Sesuatu yang membuatnya merasa menjadi pria paling pengecut yang pernah ada.
"Aku-"
"Hai sayang,"
Lengan Taehyung tiba tiba dirangkul begitu saja oleh gadis yang baru datang, dan Taehyung tidak memberikan perlawanan sama sekali. Matanya terus terpaku pada gadis yang sekarang menggigit bibirnya,
"Sayang?"
Gumaman gadis itu dapat ditangkap Taehyung.
"Ini siapa, Tae?"
"Lisa." Taehyung menjawab dengan intonasi pelan.
"Oh" Gadis itu mengangguk, "Hai Lis, gue Tzuyu. Pacarnya Taehyung."
Untuk pertama kalinya Taehyung melihat netra itu mengeluarkan air mata karenanya, karena Taehyung. Apa yang bisa Taehyung lakukan? Dia bahkan tak bisa menyergah kebenaran yang dengan lancar diucap oleh Tzuyu. Kebenaran apa yang harus dia sembunyikan? Bangkai seperti apa yang akan dia timbun? Begini saja bahkan sudah sangat melukai Lisa. Ralat, sangat melukai gadis berponi itu.
"H-hai" Taehyung dengan jelas menangkap nada bergetar itu, "gue sahabatnya Tae. Nice to meet u" Segaris senyuman sebelum gadis itu berlalu menjadi senyum yang akan selalu Taehyung rindukan setelah itu.
"Gomawo. Mianhae. Saranghae."
Rap yang diciptakan Chanyeol dalam lagu persahabatan mereka "Promise" Terngiang di telinga Taehyung. Ada sesuatu yang hilang, ada sesuatu yang hatinya ingin tahan saat perlahan namun pasti langkah Lisa menghilang dari rungu nya. Ada kesempatan sedetik untuk melepaskan gadis Taiwan di sampingnya lalu mengejar gadis yang telah dilukainya. Mengejar, lalu memberikan penjelasan, kemudian memberikan pelukan, mungkin itu yang Lisa inginkan. Tapi Taehyung tak melakukannya, Tzuyu masih terlalu mempesona, masih terlalu mampu untuk menjebak nya dalam kesalahan yang akan terus menghantuinya setelah ini.
Elusan Tzuyu pada tangannya membuat Taehyung tersadar akan sesuatu, bagaimanapun kebohongan, maka akan ada pihak yang selalu tersakiti. Dan akan selalu ada pihak yang menikmati.
***
Seberapa jauh kamu sudah pergi? Seberapa jauh aku sudah melepasmu? Di rumah mana yang kamu putuskan untuk menggantikanku? Apakah rumah itu lebih nyaman? Seberapa nyaman dibandingkan rumah milik 'kita'? Rumah yang di mulai saat kita bahkan belum mengenal benar dan salah, rumah hangat tempat kamu tersenyum lepas, rumah tempat mu berkeluh kesah, ah- atau hanya aku yang merasa nyaman dengan rumah ini? Begitukah? Seegois itukah aku yang selalu kau sebut "gadis-"mu? Itukah sebabnya?
" So Cheese. Creepy banget."
Tzuyu membuang kertas yang disisipkan seseorang pada buku Taehyung yang dipinjamnya, ke tempat sampah. Gadis itu berlalu tanpa menyadari kalau pria pemilik senyum kotak itu sedang membaca kertas kecil itu dengan raut muka tak terbaca. Beberapa saat kemudian laki laki itu merogoh sakunya, mengambil ponsel dari sana. Sepertinya menerima sebuah panggilan karena laki laki itu menempelkan benda canggih itu ke telinganya.
"Halo? APA?"
Badan itu gemetar, ponsel berharga jutaan itu jatuh begitu saja seiring dengan langkah laki laki itu yang berlari.
"Tolong lis, jangan ninggalin gue dengan cara gini. Jangan ninggalin gue pas gue lagi nyakitin lo. Tolong kasih kesempatan buat gue perbaiki semuanya. Lalisa park, please."
"Lis, tolong bertahan."
Taehyung merasa sesak saat pemandangan mobil ringsek menyambutnya, Chanyeol menghajarnya tanpa ampun, mencacinya, menyalahkan nya, Sehun berusaha menahan perbuatan Chanyeol itu, namun tak lupa pria albino itu menatapnya tajam penuh penghakiman.
"Lisa ilang. Ada kemungkinan dia hanyut di sungai"
Taehyung terduduk. Setidaknya masih ada secercah harapan, daripada harus melihat Lisa penuh darah dan serpihan kaca di dalam mobil ringsek itu.
Berhari dia menunggu, menunggu agar Lisa kembali. Setidaknya untuk memberi tawa renyah bak anak kecilnya. Tak ada lagi Tzuyu, gadis itu tak lagi bisa membuat Taehyung membuat kesalahan ataupun kebohongan.
"Lisa dinyatain meninggal, dan jenazahnya gak ditemuin."
Satu kalimat dari seorang Ooh Sehun sukses membuat Taehyung kehilangan sikap hangat nya sejak hari itu. Hari memang masih akan tetap berjalan, tapi tanpa Lisa semuanya akan terasa hambar, tanpa gadis itu yang sebelumnya melengkapi. Taehyung meninju tembok di depannya, dia menghancurkan cinta dan persahabatan nya sekaligus. Lisa pergi, begitu juga dengan Chanyeol yang bahkan tak sudi melihat wajah tampan Taehyung lagi, hanya Sehun yang sesekali masih menatap iba kepadanya sampai saat ini.
***
"Bajingan ya lo"
Celetuk Guanlin saat Taehyung berhenti bercerita, Taehyung terkekeh. Pria itu menampilkan senyum getir, teringat akan kesalahan nya sendiri.
"Gak bersyukur banget punya cewek kayak Lisa, yang selalu bisa ngertiin lo."
Taehyung hanya menghela nafas, Guanlin si Evil maknae tentu saja akan terus menyudutkan nya dengan perkataan orang orang sebelum nya, untung saja Taehyung sudah terlalu kebal hanya untuk sederet kalimat menyakitkan itu.
"Jadi itu kenapa Chanyeol gak suka sama lo?"
Taehyung tak menjawab, dia menatap lurus ke depan. Chanyeol adalah tipe kakak terbaik, sangat wajar jika cucu sulung dari keluarga "Park" Itu marah besar padanya. Kemarahan yang membuat jurang dalam tak terjembatani, terbentang di antara mereka berdua.
***
Part ter-alay sepanjang sejarah, wkwkw.
Bubar yok bubar:v

KAMU SEDANG MEMBACA
☾ 𝐃𝐄𝐒𝐓𝐈𝐍𝐘 ☽ | 𝐓𝐚𝐞𝐥𝐢𝐜𝐞
Short Story❝𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐚𝐥𝐚𝐤𝐬𝐢𝐤𝐮, 𝐃𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚𝐦𝐮.❞ • ° • Copyright © 2019, Nathan. Start: Minggu, 24 Februari 2019 End:-