SATU

298 13 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Menurutmu apa itu patah hati Sas?"
"Patah hati ya? Hmm.. Menurutku patah hati itu cinta Ganis."
"Maksudmu Sas?"
"Ya, kalau orang jatuh cinta ya sepaket sama patah hati. Mereka itu simbiosis, ikatan mutlak. Mereka tidak pernah terpisahkan. Seperti Romeo and Juliet, kisah cinta tragis. Romeo patah hati karena menganggap Juliet mati. Begitu juga Juliet, dia patah hati karena sang belahan jiwa mati."
"Aku masih nggak ngerti Sas?"
"Gini, saat kamu nggak suka pedas maka mati-matian kamu akan menjauh dari namanya cabe. Kamu akan sebel ketika bertemu cabe, bahkan dalam alam bawah sadarmu kamu membenci cabe, kamu selalu mengingatnya. Sama dengan patah hati. Kamu kesal karena disakiti, menyusun segala bentuk balas dendam, namun nyatanya kamu selalu mengingat sakit itu. Bukannya sembuh malah semakin mengakar."
"Oh paham. Jadi solusinya saat patah hati apa Sas?"
"Menjauhinya. Jika kamu takut terbakar, maka jangan main api. Kalau kamu patah hati, jauhi akar masalah patah hati, yaitu cinta."
"Lho jadi aku nggak boleh jatuh cinta gitu?"
"Boleh. Asal ketika kamu patah hati, pergilah. Pergi, dan sembuhkan lukamu. Jangan mendekati sumber patah hati itu."

🌹🌹🌹

Namanya Rengganis Padma. Gadis ayu berambut panjang. Polos dan lugu. Semua lelaki memujanya. Namun Rengganis tak memberi celah. Hanya satu lelaki, Sastra Persada.

Sastra Persada, pria metropolitan dengan segala pesonanya. Membuat kaum hawa menjerit. Playboy? Jangan ditanya. Sekali kedip para perempuan mendekat bak lebah. Namun hanya kepada Ganis, gadisnya, sahabatnya, belahan jiwanya, dia bersikap sebagai seorang lelaki sejati.

"GANIS?" teriak Sastra.

Ganis tersenyum. Membuat matanya melengkung bagai sabit. Ganis dan Sastra seorang mahasiswa jurusan kedokteran.

"Kenapa rambutmu digerai begitu Ganis? Angin sedang kencang. Lihat? Rambut panjangmu tak beraturan. Sini ikut aku?"

Sastra membawa Ganis duduk di kursi taman kampus. Sastra mengambil karet rambut yg biasa dia kantongi karena kebiasaan Ganis yg lupa mengikat rambutnya. Dengan telaten Sastra menyisir rambut panjang Ganis dengan jemari tangannya. Mengambil rambutnya dan mengikat dengan rapi. Kini rambut Ganis sudah cantik menurut Sastra.

"Nah begini lebih cantik. Sekarang ke kelas yuk?"
"Terima kasih Sas. Yuk?"

Mereka berjalan bersisihan. Hanya berjalan. Tak ada obrolan. Semua mata melihat mereka. Semua iri. Mereka dekat satu sama lain. Sastra hanya bersikap lembut pada Ganis.


















Oke ini masih permulaan, gimana menurut kalian?
Please comment dan vote ya?

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang