TUJUH

93 4 3
                                    

Ganis keluar dari mall dengan hati yg rapuh. Ya, Ganis patah hati. Dia menangis. Tak peduli orang menatapnya. Dia hanya ingin meluapkan rasa sakitnya. Bahkan Ganis berdoa agar diturunkan hujan. Tuhan berbaik hati. Hujan turun dengan lebat. Membuat semua orang berlarian kesetanan untuk menghindari hujan. Tidak dengan Ganis. Dia memilih tetap bertahan. Rasa dingin hingga ke tulang tak bisa mengurangi rasa sakit yg sedang menancap dalam hati Ganis.

Tubuh Ganis menggigil. Karena entah berapa lama Ganis berdiri di tengah guyuran hujan seorang diri. Dia ambruk. Dia sudah tak kuat. Hatinya bertambah sesak dan tangisnya semakin menjadi. Tapi dia merasa hujan tak menerpanya. Ganis mendongak.

"Ganis ayo kita pulang?"

Penglihatan Ganis buram karena hujan. Dia menggosok matanya.

"Pa-pak Gandhi?"
"Iya ini saya. Ayo saya antar kamu pulang Ganis, kamu bisa sakit kalau begini!" Teriaknya ditengah hujan lebat.
"Saya..."
"GANIS!"

Gandhi melempar payungnya dan membopong tubuh basah Ganis. Tubuh yg lemah dan pucat. Gandhi segera membawa Ganis ke klinik terdekat. Pasalnya tubuh Ganis panas. Raut wajah khawatir tercetak jelas di wajah Gandhi.

Sesampainya di klinik, Ganis didiagnosa kelelahan dan stres sehingga tubuhnya sakit. Gandhi memperhatikan wajah pucat Ganis yg terlelap. Bahkan saat kesedihan menjadi temanmu saat ini, wajahmu terlihat cantik Ganis, pikir Gandhi. Gandhi pun memilih duduk di sofa sambil meluruskan punggung. Dia tak menyangka, saat perjalanan pulang setelah mengajar malah melihat pemandangan memilukan.

Gandhi mendesah. Begini kah rasanya sakit saat melihat wanitaku bersedih, batin Gandhi. Karena lelah, Gandhi memilih tidur dan berharap cahayanya kembali bersinar.

🌹🌹🌹

Sastra mendadak terkena penyakit lupa. Dia melupakan Ganis yg pergi bersamanya. Bahkan hingga pagi, Sastra tak mengingat Ganis. Dipikirannya sekarang adalah Kamila yg semalam tidur dirumah Sastra.

Kelas dimulai. Seperti biasa dosen akan mengabsen satu per satu mahasiswanya.

"Rengganis Padma."
"Rengganis Padma! Apa ada keterangan kenapa saudari Rengganis tidak hadir?"

Semua diam. Berbeda dengan Sastra. Semua mata seolah menuju padanya. Sastra bak disengat listrik. Astaga apa yg aku lakukan ke kamu Ganis, batin Sastra panik.

"Baik, saya anggap saudari Rengganis tak ada keterangan."

Sastra mengingat semua kejadian itu. Dia lebih asyik berbincang dengan Kamila tanpa peduli dengan Ganis disana. Sastra segera menghubungi Ganis, namun tak ada satu panggilan atau pesan yg dijawab Ganis. Sastra frustasi. Dia ingin keluar dari kelas ini namun tak bisa karena kuis mendadak.

Sastra pun dengan secepat kilat menyelesaikan kuis itu dan segera keluar dari ruangan. Dia memacu mobilnya dengan cepat, menuju rumah Ganis. Ganis selama ini tinggal sendiri.

Tak lama sampailah Sastra. Namun tampak sepi. Bahkan lampu teras masih menyala yg artinya tak ada siapa-siapa dirumah. Sastra kembali mencoba menghubungi Ganis, namun tak ada jawaban. Sastra mencoba mencari ketempat dimana biasa dia datangi, tapi lagi-lagi nihil.

Sastra menyerah. Ditambah dengan tubuhnya yg lelah. Sehingga Sastra memilih pulang, berharap Ganis datang kerumahnya seperti biasa. Sastra pun memasuki halaman rumahnya, namun tak disangka mobil kedua orang tuanya yg terparkir cantik di garasi. Sastra segera berlari ke dalam rumah, karena..

"Sedang apa kamu dirumah saya!" Teriak ibu Sastra.

Terlambat. Ibunya tahu keberadaan Kamila. Ya sejak dulu ibu Sastra tak menyukai Kamila.

"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam. Sastra jelaskan pada ibu, kenapa perempuan ini ada dirumah ibu!"
"Kamila sedang kesusahan ibu. Jadi Sastra membawanya kesini. Dia tak punya siapa-siapa disini, jadi.."
"Rumah ibu bukan panti sosial Sastra! Suruh dia keluar atau ibu yg bertindak?"
"Baik. Mila maaf, kamu.."
"Tidak apa Sas. Hanya aku bingung harus kemana?"
"Gunakan telepon pintarmu, untuk mencari kontrakan atau kost. Saya heran, kenapa kamu kembali setelah membuat anak saya hancur? Mau jadi parasit lagi?"
"Ibu?" Lirih Sastra.
"Ibu ke kamar, jika ibu keluar dia masih disini jangan salahkan ibu Sastra kalau ibu bertindak!"

Ibu dan ayah Sastra berbalik. Sastra menatap iba Kamila yg hanya tertunduk. Sastra pun merangkul Kamila keluar dari rumahnya. Sebenarnya Sastra ingin menitipkan Kamila dirumah Ganis, sayangnya Ganis tak dapat dihubungi.



















Wadaww ini mbak Mila punya dosa apaan dah di masa lalu? 🤔🤔

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang