EMPAT

102 6 3
                                    

Sastra sekarang sedang asyik berciuman mesrah dengan seseorang entah siapa. Sastra sendiri tak tahu siapa nama gadis dihadapannya yg sedang asyik berperang lidah dipojok perpustakaan. Sayup-sayup Sastra mendengar percakapan dua laki-laki.

"Wah kejadian langka itu? Yakin kamu?"

"Yakin 100%! Baru kali ini lihat Ganis tersenyum seperti itu. Biasanya kan jarang Ganis tersenyum selebar itu sama orang baru kecuali si Sastra."

"Betul. Berarti terpatahkan dong kabar kalau Ganis dan Sastra pasangan?"

"Iya terpatahkan. Aku yg lihat saja terpana. Pemandangan langka. Aku yakin sebentar lagi banyak yg mendekati Ganis."

"Memangnya siapa laki-laki itu?"

"Aku dengar beliau dosen baru. Masih muda pula. Ya aku taksir usianya sekitar 27an lah."

"Duh saingannya makin berat ini? Kemaren Sastra sekarang dosen muda. Oh iya, kamu sudah kasih kado sama Ganis?"

"Sudah dong, nih kado ku!"

"Kecil banget?"

"Yang penting isi dan ketulusannya."

"Alah sok puitis kamu. Yuk kita ke kelas sebentar lagi masuk!"

SHIT!

Sastra mengumpat dalam hati. Dia melupakannya. Hari ulang tahun Ganis. Biasanya alarm gawainya berdering saat ada pemberitahuan tanggal-tanggal penting yg sudah Sastra simpan. Gara-gara asyik maen game ini, sampai lupa ngeces, pikir Sastra.

Sastra pun segera mengakhiri sesi ciuman entah dengan siapa. Si perempuan hanya mengumpat karena ditinggal begitu saja. Sastra berlari keluar memastikan berita yg barusaja dia dengar.

Tepat diujung lorong gedung A, ada dua orang yg tengah asyik berbicara. Si perempuan asyik tersenyum cantik sambil menutup bibirnya. Sastra diam. Jantungnya terasa panas dan sesak. Entah apa yg dia rasakan sekarang ini. Seingat Sastra dia tak memiliki riwayat penyakit berbahaya. Dia berjalan pelan, mendekat kearah dua anak manusia itu. 

"Hai Sas? Darimana?" Sapanya dengan lembut.

"Ha-hai Ganis. Aku dari perpustakaan. Kamu nggak ke kelas? Mau masuk lho?"

"Ah iya, hampir lupa. Yuk Sas. Pak Gandhi saya permisi ya, sekali lagi terima kasih atas bantuannya."

"Dengan senang hati Ganis. Kalau begitu saya juga mau pamit, sudah waktunya mengajar. Kamu semangat kuliahnya."

"Terima kasih."

Sastra menggandeng Ganis. Ganis bingung dengan tangan mereka yg menyatu. Sastra orang yg tak pernah melakukan kontak fisik kepada Ganis, tapi sekarang. Wajah Ganis bersemu. Ini pertama kalinya mereka bersentuhan setelah sekian lama terikat dalam nama persahabatan. 














Yang satu ada yg terserang api-api cemburu.
Satunya ada yg bahagia karena digandeng.
Eh itu Ganis apa truk, maen gandeng aja 😁😁

Yuhuuu jangan lupa comment dan votenya ya teman-teman 😘

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang