DELAPAN

86 4 1
                                    

Ganis terbaring lemah, terbukti cairan infus bergerak cepat melalui pembuluh darah. Perlahan mata Ganis terbuka. Buram kemudian jelas. Aroma etanol menyerbak disetiap sudut. Tangan kanannya diangkat, namun..

NGHHH..

Ada yg menghalangi. Sebuah jarum infus. Ganis menggunakan tangan kirinya untuk memijit batang hidungnya yg terasa berat.

Mendadak memorinya kembali berputar. Dimana dia melihat sosok Sastra yg rapuh dalam pelukan perempuan. Sastra yg melupakan sosok Ganis, dan Ganis yg sadar memilih pergi dengan hati yg patah. Sekarang dia berakhir di bangkar rumah sakit.
Ganis yg haus mencoba menggapai segelas air yg berada di sampingnya. Dia ingin mencoba mengambil sendiri. Tapi..

"Ganis, tak apa jika kamu butuh bantuan?"
"Pak Gandhi? Maaf, saya merepotkan Anda. Bahkan sampai dibawa kerumah sakit segala. Sekali lagi maaf dan terima kasih."
"Tak masalah Ganis. Ini minumnya. Apa ada yg sakit? Saya panggil dokter dulu ya?"

Ganis hanya mengangguk dan tersenyum. Secepat kilat Gandhi keluar untuk memanggil dokter. Tapi entah Gandhi yg gugup atau lupa, bahka diatas bangkar ada sebuah tombol darurat. Tapi Gandhi malah memilih berlari keluar. Hal itu membuat Ganis tersenyum. Ada-ada saja Pak Gandhi, pikir Ganis.

Tak lama dokter masuk dan memeriksa Ganis. Dokter mengatakan keadaan Ganis sudah lebih baik, namun panasnya belum turun sehingga belum diijinkan pulang.

"Syukurlah Ganis. Oh iya, kami tinggal dengan siapa?"
"Saya tinggal sendiri pak, kenapa?"
"Lebih baik kamu tinggal dengan saya dulu untuk sementara Ganis."

Ganis mengerutkan keningnya.

"Maksud saya, kamu tinggal sendiri dan jika butuh sesuatu siapa yg akan membantumu. Saya hanya menawarkan saja. Kebetulan saya tinggal berdua dengan adik perempuan saya. Jadi kamu tak perlu khawatir."
"Tidak Pak Gandhi, Saya sudah sangat merepotkan. Malah ditambah disuruh tinggal dengan bapak dan adik bapak. Tapi terima kasih untuk tawarannya."
"Baik, jika kamu menolak. Tapi Ganis jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan menghubungi saya."
"Iya pak."
"Ah satu lagi Ganis, tolong jangan panggil pak jika diluar kampus. Terserah kamu panggil siapa. Jujur saya agak risih dipanggil pak, padahal saya belum setua itu."

Ganis terkekeh. Dia setuju dengan fisik Gandhi yg masih terbilang muda. Wajar jika Gandhi protes.

"Baik Mas Gandhi."
"Terima kasih Ganis. Sekarang kamu makan ya?"
"Iya mas."

Ganis tidak tahu bahwa sekarang sebuah kembang api raksasa sedang meletup dihari Gandhi. Dia bahagia hanya dipanggil "mas" oleh Ganis. Rasanya begitu syahdu ditelinga.

🌹🌹🌹

Sastra dan Kamila sedang sibuk mencari kost. Entah sudah kost keberapa yg mereka datangi, namun semuanya terpatahkan karena Kamila. Mulai dari kamar yg sempit, tak ada lemari, tak menggunakan AC, tak memiliki kamar mandi dalam, tak ada air hangat untuk mandi, dan masih banyak lagi. Membuat Sastra mulai kehilangan kesabaran.

"Mila! Apa sebenarnya maumu? Kamu sadar, ini entah kost keberapa yg kita datangi dan semuanya tak ada yg sesuai maumu! Kamu mau mencari kost atau hotel sih!"
"Ma-maaf Sas, aku..aku.. bingung. Aku hanya ingin tempat yg nyaman Sas. Maaf?"

Sastra mengusap kasar wajahnya dan menarik napas dalam-dalam lalu dihembuskan. Sastra merasa bersalah saat Kamila menunduk. Bukan salah Kamila sebenarnya, kebetulan dia frustasi karena kehilangan Ganis yg misterius.

"Maaf aku sudah membentakmu Mila. Sekarang kita makan siang dulu, lalu kita lanjut mencari kost untukmu."
"Iya Sastra."



















Pak dosen udah mulai nih 🤭🤭

Lapak yg ini sepi 😟😟😟
Apa kurang menarik ya?
Jangan lupa comment dan vote nya ya, ditunggu ❤️❤️❤️

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang