SEMBILAN

92 4 1
                                    

Sudah 5 hari Ganis dirawat. Ternyata dia juga terkena tifus, yg mengharuskannya dirawat lebih intensif. Gandhi setia selalu disisi Ganis, bahkan Gayatri adik perempuan Gandhi juga menjadi akrab dengan Ganis.

"Kak, setelah aku lulus aku ingin ke Jogja. Kuliah disana. Ahh aku nggak sabar. Kakak doain ya semoga Gayatri lolos ujian seleksinya ya kak?"
"Aamiin. Tapi bukannya belum dimulai ujian seleksi nasionalnya?"
"Iya memang, tapi aku mencoba peruntungan ikut tes jalur khusus. Siapa tahu rejeki, ya nggak?"
"Memang mau ambil jurusan apa?"
"Gayatri pengen seperti kak Ganis. Jadi dokter. Pasti seru bisa menyelamatkan banyak orang." Ucap Gayatri semangat.
"Kalau begitu kamu harus belajar lebih giat, dan harus jadi yg terbaik." Pesan Ganis.
"Pasti kak."

🌹🌹🌹

Di kampus Sastra kalang kabut. 5 hari dia bolak-balik rumah Ganis, sayangnya tak ada nyawa disana. Mengirim pesan atau telepon semuanya tak ada jawaban. Bahkan pesan pun tak ada yg masuk. Semua orang bertanya kepada Sastra dimana sang primadona. Bahkan mulai muncul isu tak sedap beredar.

Jangan-jangan Sastra selingkuh dari Ganis!

Ah masa?

Iya, karena beberapa hari lalu aku lihat Sastra sama cewek. Si cewek gelayutan gitu sama Sastra.

Bukannya Sastra begitu ya, playboy?

Ah sukur tuh Sastra, sudah punya Ganis masih aja lirik sana-sini.

Bener! Aku nggak percaya kalau mereka cuma teman.

Itu hanya kedok. Buktinya Ganis nggak pernah kelihatan deket sama pria lain. Ya kecuali sama dosen itu.

Itu karena dosen itu hanya membantu Ganis.

Ah aku berharap Ganis sama Sastra jangan bersatu, kasihan Ganis makan hati!

Sastra menutup telinga. Pasalnya mereka tak ada hubungan lebih selain sahabat. Tapi ini kali pertama Ganis jauh dari radar Sastra bahkan tak terdeteksi. Namun ada sebagian hatinya yg sesak namun kosong. Kamu sebenarnya dimana sih Ganis, pikir Sastra. Namun tiba-tiba saja langkahnya berhenti saat seseorang masuk keruangan dosen fakultas kedokteran. Sastra ikut masuk. Dia Gandhi. Dia masuk kedalam ruangan ketua jurusan. Sastra tidak mendengar apa yg mereka bicarakan. Tapi tak lama mereka keluar.

"Terima kasih Pak Gandhi atas informasinya. Jujur saja saya cukup kebingungan karena mahasiswa favorit saya mendadak tidak masuk kuliah tanpa keterangan begini. Bahkan tak ada satupun yg tahu."
"Iya pak, kebetulan Rengganis adalah kerabat saya. Maaf juga pak saya baru memberikan surat ini kepada bapak."
"Tak masalah pak, saya paham kesibukan anda. Sampaikan salam saya, semoga Rengganis cepat sembuh."
"Pasti saya sampaikan. Kalau begitu saya pamit dulu."
"Silahkan pak.

Sastra segera keluar ruangan. Ganis sakit? Sakit apa, pikir Sastra. Saat Gandhi keluar, cepat-cepat Sastra menghadang.

"Maaf pak, dimana Ganis?"
"Oh kamu Sastra kan?"
"Iya saya Sastra, orang terdekat Ganis. Jadi dimana Ganis? Dia sakit apa?" Tegasnya.

Saat Sastra menekankan kata itu, rasanya Gandhi ingin tertawa. Bagaimana bisa orang yg mengatakan sebagai orang terdekat namun malah menjadi orang pertama yg menyakiti Ganis.

"Ganis sakit. Saya menemukan dijalan ditengah hujan deras 5 hari lalu tak jauh dari mall. Dia pingsan."

Sastra terkejut. Raut wajahnya begitu jelas. Apa malam itu Ganis pergi karena aku? Tapi kenapa, pikir Sastra. Sastra semakin merasa bersalah.

"Di-dimana Ganis dirawat?"
"Di RS Cahaya Kasih."
"Terima kasih."

Gandhi sebenarnya tak ingin memberitahu Sastra keberadaan Ganis, namun sekali lagi apa hak Gandhi. Dia pun  pergi meninggalkan Sastra.


















Kan kan Sastra?
Katanya temen, katanya sahabat, kok ada jiwa-jiwa yg hampa 🤔🤔🤔


Yuhuuuu jangan lupa vote and comment ❤️

Salam RessLaely

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang