EMPAT BELAS - JOGJA ITU...

138 9 4
                                    

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat,
penuh selaksa makna

Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja

Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila

Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu ...

Walau kini kau t'lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Yogyakarta - Kla Poject (langsung play mulmed 😁)

Sudah 5 tahun dia berada disini, di kota yg penuh magis. Kota yg hangat, kota yg selalu membuat orang betah dan ingin selalu, selalu, dan selalu kembali. Kota yg menjadi impiannya berlabuh. Memasrahkan semua garis hidupnya pada kota gudeg ini. Ganis, setelah mengarungi semua lika-liku dalam hidupnya, dia mampu bangkit. Disini dia sekarang di jalan Malioboro. Jalan yg rasanya tak pernah sepi. Selalu menunjukkan keramahan. Para musisi jalanan sedang beraksi malam ini. Menyanyikan lagu contemporer  dengan alat musik tradisional yg begitu apik. Ganis menikmati sambil duduk asyik di angkringan.

"Seru banget sih?"
"Kamu kan tahu, tempat ini tempat aku memulai mimpiku. Memulai semuanya dari nol. Jadi pas pengamen itu mulai bernyanyi rasanya kayak tenang dan pulang kerumah gitu."
"Jujur waktu kamu ngasih tahu soal beasiswa mu itu aku terkejut dan juga bangga. Kamu bisa mengejar mimpimu. Makanya aku pun cari cara agar bisa menyusulmu kesini. Walaupun awalnya aku ragu menyusulmu. Ya kan kamu tahu bagaimana kita dulu."
"Tapi yg penting sekarang kita bersama kan?"
"Iya sayang."

🌹🌹🌹

Rumah sakit tak ada istilah libur atau sepi. Setiap hari pasti ada yg sakit. Apalagi UGD sedang sibuk. Ganis sudah sibuk dengan stetoskop yg menempel ditelinganya, memeriksa setiap pasiennya dengan telaten.

"Duduk dulu dok. Dari tadi berdiri terus. Mau saya buatkan teh?"
"Terima kasih suster Vika. Nanti saya buat sendiri saja."
"Capek ya dok?"
"Lumayan. Tapi seneng saat kita bisa menyelamatkan nyawa mereka."
"Emang dokter Ganis top banget deh. Oh iya dok, sudah dengar kabar?"
"Kabar apa?"
"Hari ini akan ada dokter baru yg akan bekerja disini. Katanya dia lulusan terbaik dari luar negeri dok. Terus gosipnya dia ganteng banget lho?"
"Ah suster Vika kalau urusan lihat yg ganteng lupa semuanya. Saya baru denger dari suster berita ini."
"Ah dokter? Saya dengar hari ini dia akan mulai bekerja dan dia juga ditempatkan di UGD dok. Wah asyik, bisa lihat yg bening." Ucap suster Vika semangat.

Sedangkan Ganis hanya geleng-geleng. Ganis pun berdiri saat kepala UGD masuk.

"Dokter Ganis, nanti jam makan siang kita berkumpul diruangan meeting."
"Oh pasti soal dokter baru itu ya dok?"
"Wah suster Vika sepertinya gerak cepat ya? Iya benar, ini soal dokter baru. Kebetulan dia ditempatkan disini. Jadi mohon bantuannya ya dokter Ganis?"
"Aduh dok saya kok berasa senior, segala minta bantuan saya. Saya juga masih belajar dok." Ucapnya bercanda.
"Saya sih sejak awal tidak pernah meragukan dokter Ganis. Jadi walaupun dia lulusan terbaik di luar negeri namun tetap saja dia anak baru yg butuh bimbingan. Jadi saya minta tolong ya?"
"Insyaallah, sebisa saya dok."
"Baik kalau begitu. Saya pamit dulu, harus visite."
"Iya dok, silahkan."

🌹🌹🌹

Seperti yg diinstruksikan, bahwa semua dokter berkumpul diruang meeting guna menyambut dokter baru yg sudah menjadi gosip hangat di seantero rumah sakit. Ganis berjalan anggun dilorong rumah sakit. Beberapa suster menyapanya dan dibalas senyum hangat oleh Ganis. Dia pun masuk, terlihat beberapa dokter sudah berkumpul. Ganis segera mengambil tempat. Tak lama kepala UGD pun masuk.

"Selamat siang. Langsung saja, bahwa hari ini saya akan memperkenalkan rekan baru kita. Silahkan masuk dok?"

Waktu terasa berhenti saat sosok itu masuk. Langkahnya layaknya adegan slow motion. Ganis bahkan harus berkali-kali mengerjapkan matanya, mungkin dirinya lelah sampai harus melihat sosok itu.

"Perkenalkan saya Sastra Persada. Semoga kita bisa menjadi tim yg solid dan membantu semua pasien. Sekian."
"Selamat bergabung dokter Sastra. Semoga betah."
"Terimakasih dokter."
"Baik itu saja, selamat siang."

Semua orang beranjak. Ganis berusaha bersikap biasa saja. Dia berjalan sambil sedikit mengendap-endap berharap tak ada yg melihatnya. Namun..

"Dokter Ganis kesini sebentar?"

Ganis langsung berbalik. Dia menengguk salivanya dengan susah saat namanya dipanggil.

"Perkenalkan ini dokter andalan saya, dokter Ganis. Saya berharap kalian bisa bekerja sama."
"Apa kabar Ganis? Lama tidak bertemu." Sapa Sastra.
"Wah wah, sepertinya kalian sudah saling kenal?"
"Iya dok, kami sudah lama saling kenal. Mungkin jodoh ya dok?"
"Hahaha dokter Sastra bisa saja. Ya sudah, saya tinggal dulu ya? Silahkan kalau mau reuni."

Suasana hening dan canggung meliputi keduanya. Ganis rasanya ingin keluar dari ruangan ini. Akhirnya dia memilih melenggang, sebelum sebuah tangan menahan lengannya.

"Ganis? Kamu apa kabar?"
"A-aku baik. Aku permisi, ada pasien yg harus aku periksa."
"Ini jam makan siang Ganis. Pasienmu pasti sudah ditangani dokter jaga. Kita makan siang aja Ganis yuk?"
"A-aku.." ucapnya terbata-bata.
"Ayo Ganis, tidak ada penolakan!"

Ganis pasrah diseret oleh Sastra. Sehingga mereka sekarang terdampar dikantin rumah sakit. Mereka makan dalam diam.

"Senang lihat kamu dengan jas putih dan stetoskop melingkar dilehermu. Kamu membuktikannya Ganis. Aku bangga padamu."
"Terima kasih. Bagaimana kabar semuanya?"
"Ibu ayah sehat."
"Maksudku.."
"MAMIIIII..."

Ganis dan Sastra menoleh kearah suara itu. Sastra mengernyit ketika seorang anak laki-laki berteriak dan berlari kearah mereka berdua. Namun berbeda dengan Ganis yg turun dari duduknya dan berjongkok menyambut anak itu dengan pelukan.

"Halo Ken sayang. Sama siapa?"
"Ken sama papi, tapi papi masih palkil obin mami."
"Ganis?"
"Ken kenalkan ini teman mami, namanya om Sastra. Salim dulu sayang?"
"Halo om, aku Ken."
"Ha-halo Ken. Salam kenal ya?"
"Iya om. Mami Ken lapel."
"Ganis dia siapa?"
"Dia.."
"Halo sayang. Lho kamu Sastra kan? Masih ingat saya?"
"I-iya saya ingat. Apa kabar pak?"
"Alhamdulillah kabar saya baik. Kamu?"
"Saya baik."
"Syukurlah. Kamu kerja disini juga?"
"Iya saya baru saja bekerja disini, dan Ganis senior saya disini."
"Wah kebetulan ya?"
"Mami papi? Ayo Ken lapel?" Rengek Ken.
"Oke oke boy, kita makan. Sas kamu mau gabung?"
"Ah tidak terima kasih. Mungkin lain kali."
"Sas aku duluan ya?"
"I-iya Ganis."

Sepeninggal Ganis dan Gandhi juga si kecil Ken, Sastra terduduk. Dia masih tak mengerti dengan adegan seolah mereka keluarga bahagia. Apa iya mereka menikah dan Ken anak mereka? Nggak! Rasanya nggak mungkin. Mungkin saja Ken itu keponakan Pak Gandhi? Tapi panggilan itu? AARRRGGHHHH! Aku harus meminta penjelasan!

Siapa Ken?

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang