DUA BELAS

105 5 1
                                    

Gayatri dinyatakan lulus. Dia bersorak. Memeluk sang kakak. Dia bahagia sekali. Impiannya semakin dekat.

"Selamat ya adikku. Mas bangga sekali. Kamu bisa menemukan cita-citamu dan memilih konsisten untuk mewujudkannya."
"Gayatri seneng mas. Usahaku nggak sia-sia. Pasti ayah dan ibu bahagia sekali." Ucapnya haru.
"Pasti. Karena gadis kecilnya menjadi gadis dewasa yg pintar. Kapan kamu akan berangkat?"
"Masih 2 Minggu lagi mas. Hmm mas nggak apa-apa Gayatri tinggal? Jujur Gayatri senang sekaligus sedih, senang karena diterima di universitas di Jogja tapi sedih harus ninggalin dan jauh sama mas."
"Dengerin mas, mas nggak masalah Gayatri. Yang terpenting itu kamu. Kamu harus berjuang dan sukses nantinya. Tapi mas hanya pesan untuk selalu jaga diri. Kamu sebentar lagi jauh dengan mas, mas tidak bisa selalu mengawasimu. Ngerti?"
"Iya mas, Gayatri ngerti."
"Pinter. Sekarang kamu beberes ya? Siapkan apa-apa yg akan kamu bawa disana. Doakan juga mas untuk segera menyusulmu. Jujur saja, kita akan jauh mas khawatir. Walaupun mas percaya kamu bisa jaga diri."
"Pasti mas, Gayatri selalu mendoakan yg terbaik buat mas. Ya sudah, Gayatri masuk ke kamar dulu ya mas?"

🌹🌹🌹

PLAK!

Sastra diam. Pipinya sudah merah dan perih. Dia layak mendapatkannya bahkan lebih dari ini. Sastra menceritakan semua kepada kedua orang tuanya soal malam dimana Sastra dan Kamila melakukan hubungan suami-istri. Lalu sebulan kemudian Kamila mengaku hamil. Sastra percaya karena Satra dan Kamila terbangun tanpa busana hanya tertutup selimut. Kedua orang tua Sastra murka, terutama sang ibu.

"Dari awal ibu sudah memperingatkanmu Sas, jika perempuan yg begitu kamu banggakan tak lebih dari seorang perempuan licik! Lihat sekarang, ibu yakin dia sudah menjebakmu!"
"Maaf Tante, ini memang anak Sastra!"
"Oh ya? Yakin? Bagaimana kalau tes DNA? Kalau memang dia adalah anak Sastra saya akan mengakuinya sebagai cucu saya, tapi jika bukan bersiap-siaplah!"
"Kenapa Tante tega sekali? Apa sebegitu hinakah saya dimata Tante?"
"Cih! Jangan drama disini Kamila! Memangnya saya tidak tahu perempuan seperti apa dirimu ini? Kamu lupa sudah menghancurkan anak saya? Kamu enak setelah meninggalkannya pindah dengan orang lain, sedangkan saya seperti mayat hidup yg melihat anak saya seperti kehilangan semangat hidup! Kamu hanya butuh Sastra saat kamu sedih, tapi setelah itu kamu membuang Sastra seperti sampah!"
"Saya.."
"Cukup! Terserah ibu mau bagaimana, tapi saya laki-laki dan tugas saya untuk bertanggung jawab dengan apa yg sudah saya perbuat! Maka dari itu saya akan menikahi Mila, Ayah ibu!"
"Baik. Tapi ibu tidak akan pernah memberimu restu. Kalau begitu silahkan kalian menikah, tapi jangan dirumah ini."
"Bu?"
"Biar saja ayah. Katanya dia mau mempertanggungjawabkan perbuatannya kan? Mulai sekarang keluar dari rumah ini dan urusi urusanmu dengan perempuan ini."

Sastra terkejut dengan kata-kata ibunya. Kali ini ibunya murka. Dia sedih. Tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi. Semua sudah terlanjur. Sekarang Sastra memiliki tanggung jawab besar. Kamila dan calon anak mereka.

"Satu lagi Sas, kami lepas tangan soal kuliahmu karena kamu sudah akan menikah. Tidak baik, sudah menikah tapi masih menadahkan tangan kepada orang tuamu ini."

DEG!

Sastra kali ini benar-benar bingung. Dia belum bekerja, dia hanya anak kuliahan. Aarrgg kenapa serumit ini! Sastra menarik tangan Kamila menuju kamar Sastra untuk mengambil barang. Tidak ada yg tahu jika ada hati yg remuk redam. Dia mendengar semuanya. Ya Ganis, dia berdiri diambang pintu sambil menggenggam erat bandul kalung pemberian Sastra. Mendengar setiap ucapan Sastra. Waktunya aku pergi ya Sas.





















Beberapa part menuju ending 😁
Kok cepet? Ya namanya juga short story 😁😁


Eh eh, mbak Ganis mau kemana?
Kok bilang pergi?
Apa ikutan pamit challenge 🤭 ?

JOGJA ITU... ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang