Sweet Trapped - 45

27.4K 2.7K 56
                                    

            "Tante...ini anak mau di apain?" Lyn berteriak memanggil Silvia yang tak kunjung datang. Pasalnya bayi tersebut kembali histeris, wajahnya memerah, air matanya membasahi pipi.

"Kamu ini ya... nggak bisa becus dikasih tugas ngapain aja!" Silvia datang membawa sebuah dot berukuran sedang. Memasukkan dotnya ke mulut Keenan, bayi itu tetap mengelak. Sehingga membuat mereka kelimpungan.

"Saya kan nggak pernah jaga bayi." Elak Lyn bersikeras.

Silvia memberikan dot tersebut ke tangan Lyn, lalu meraih bayi ke gendongannya. Berusaha agar tidak menangis lagi.

"Aduh... ini anak kenapa sih?" Gerutu Silvia mulai kesal.

Keenan tidak pernah jauh dari Siska. Baru kali ini jauh dari ibunya. sejak dua jam yang lalu bayi itu langsung menangis ketika bangun tidur tidak menemukan bundanya. Baru setengah hari, Silvia tidak tahu harus bagaimana caranya lagi agar Keenan diam.

"Tante masa nggak tau sih cara bikin bayi nggak nangis histeris gini?" Tanya Lyn mengernyit.

"Dathan nggak pernah serewel ini dulu." Jawab Silvia tidak mau mengalah.

Lyn manggut-manggut, lalu kembali memberikan dot, tetap saja bayi Keenan meraung tanpa henti. "Lapar kali, ya?" Kedua wanita itu saling berpandangan. Lalu mengangguk. Mungkin saja bayi Keenan memang lapar.

Silvia menyuruh pelayan menyiapkan makanan untuk bayi Keenan. Lalu mereka berdua kembali sibuk mengurus bayi tersebut. Tetapi memang sepertinya bayi itu tidak lapar, meskipun Silvia memberikan makanan bayi yang telah disediakan oleh pelayan.

Bayi Keenan menggesek-gesekkan hidungnya di atas dada Lyn. Seperti mencari-cari sesuatu di sana. Silvia mendengkus paham. "Keenan pengen minum asi langsung." Ucapnya memandang dot yang berisi asi. Siska telah menyediakan stok asi di dalam dot selama kepergian mereka.

Lyn menoleh pada Silvia. "Saya nggak punya asi." Elaknya. Lyn seperti mencium maksud Silvia.

Silvia berdecak. "Buka baju kamu. Biar bayinya ngerasain kulit kamu." Lyn terbata. hendak menolak. "Biar Keenan nyaman. Cepat! Pake bra aja." Silvia menerima bayi Keenan di gendongannya. Lalu mereka mulai menaiki undakan tangga menuju kamar Dathan.

"Tante... masa...?" Lyn menatap horror wanita tersebut. "Kenapa nggak tante aja?" Rungutnya.

"Nggak apa-apa. Keenan masih bayi. Kangen bundanya. Umur kamu dan bundanya nggak jauh beda." Lyn akhirnya menurut. Membuka kancing kemejanya satu persatu. Silvia memberikan selembar kain untuk menutup perutnya. Lalu menyuruh Lyn menempatkan Keenan di atas payudaranya, hampir ke leher.

Benar. Beberapa saat kemudian bayi tersebut mulai sesegukan. Memejamkan mata dan berguman tidak jelas. Menjilat-jilat kulit Lyn seperti mencari payudara ibunya. Silvia tersenyum puas, dia pun bisa tenang. Telah menemukan cara membuat bayi Keenan tidak menangis lagi.

"Nah... bayi Keenan udah ngantuk." Ucapnya senang. "Jangan bikin nangis lagi. Tidur aja di sini. Dathan pulang sore."

"Tante..." Lyn memanggil Silvia hendak keluar. "Masa saya jaga bayi? Saya kan mau makan di luar sama Dathan." Protesnya cemberut.

"No! Nggak boleh. Kamu makan di sini. Dathan sedang sibuk, nggak bisa keluar dari ruangannya." Jawab Silvia lalu menutup pintu kamar Dathan. Meninggalkan Lyn masih cemberut. Mengelus-elus punggung bayi mungil tersebut.

Setelah dirasa bayi Keenan benar-benar pulas. Lyn hendak membaringkan Keenan. Pintu kamar kembali terbuka, Silvia datang membawa perlak. Meletakkan di atas ranjang lalu menata bantal dan guling agar bayi tersebut nyaman.

"Letak sini," Ucapnya pelan. Lyn mengangguk. Meletakkan secara perlahan. Bayi Keenan menggeliat dan merengek kecil, Lyn menepuk-nepuk kembali pantatnya. "Tidur aja." Suruh Silvia pada Lyn.

Lalu setelah memastikan Lyn berbaring di samping bayi Keenan. Gadis itu menggerutu dalam hati, tidak bisa keluar. Dia meraih handphonennya lagi, mengirim pesan pada Dathan. Merengek dan mengadu pada laki-laki tersebut.

Lyn memejamkan mata setelah meletakkan handphonenya di atas nakas. Lalu memejamkan mata. Dathan berjanji akan pulang cepat. Membantu menjaga bayi tersebut karena Lyn sama sekali tidak mengerti.

Silvia kembali menaiki undakan tangga. Khawatir jika Keenan menangis lagi dan Lyn kewalahan. Dia mendorong pintu bercat putih milik Dathan, menyembulkan sedikit demi sedikit tubuhnya. Dilihatnya Lyn tidur memunggungi pintu dan mengenakan selimut. Silvia yakin jika Lyn belum mengenakan pakaiannya.

Wanita itu kembali menutup pintu secara perlahan. Menghela nafas lega sembari mengelus-elus dada. Meskipun bawel dan menjengkelkan, kadang-kadang Lyn memiliki guna juga.

***

Medan, 09.09.19

Emak Dathan : Ada untungnya juga ini bocah kampret! Aman gue gak jagain bebi rewel.

kwkwkwkw

Sweet TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang