"Beneran nih nggak lepas?"
Lyn menatap ngeri seutas tali yang digunakan Dathan mengikat lingkaran balon yang berisi gas seperti sebuah donat pada besi kapal boat di bagian belakang. Dia menyuruh Lyn masuk ke tengah-tengan bulatan tersebut.
"Nggak. Masuk gih." Lyn turun ke air dan menempatkan bokongnya ditengah-tengah bulatan tersebut. Menyandarkan badannya dan meluruskan kedua kaki. Dathan memegang bulatan tersebut dan kemudian ikut mencebur ke lautan.
Lyn memekik. Akibat Dathan, gelombang air laut terguncang dan badan Lyn basah. "Pelan." Ucapnya kesal. Kapal boat tersebut menarik bulatan yang berisi gas tersebut sehingga Lyn tidak merasa takut lagi. Sementara Dathan berenang di bawah, membuat Lyn merasa aman. Kemarin Dathan melakukan hal yang sama. Rasanya lama sekali laki-laki itu berenang dan menahan nafas, Lyn bahkan memanggilnya untuk memastikan bahwa Dathan baik-baik saja di bawah sana.
Hari ini adalah hari kelima mereka di sana. Kemarin sore Dathan mengajaknya berenang, namun Lyn tidak mau karena tidak bisa berenang. Padahal Dathan telah berjanji akan mengajarinya. Tetap saja Lyn enggan. Dia menghabiskan waktu seharian di kamarnya. Dathan mengganggu saja setiap malam. Dia baru sadar jika Dathan hampir mencekiknya dengan badan besarnya.
"Huah..." Lyn terkejut dan menoleh ke belakang. Dathan terengah-engah baru saja kembali bernafas. Dathan memegang pegangan bagian belakang bulatan tersebut dan membiarkan kapal boat menyeret mereka.
"Geser." Dathan menyuruh Lyn bergeser di bulatan tersebut. Lyn berdecak. Dia tidak ingin diganggu oleh siapa pun.
"Lo mau kemana? Nggak muat lagi." Decak Lyn melebarkan badannya.
"Gue duduk di atas lo, nih?" Dathan memainkan kedua alisnya. Lyn pun mengalah dan mengecilkan badannya. Dathan mengangkat tubuhnya dan menghempaskan di samping Lyn.
"Noh kan gue bilang apa?" Kata Lyn kesal.
Dathan meletakkan tangan kanannya ke belakang Lyn. "Akh, lo pelit banget. Kalau ada satu lagi, gue juga nggak mau bergabung sama lo." Jawabnya santai.
"Bilang aja lo mau deket-deket sama gue." Kata Lyn mengejek.
Dathan tergelak. "Kalau gue punya niatan begitu, udah dari kemarin gue lakuin, dodol. Akh, lu payah." Decaknya membenarkan posisinya.
Lyn menggerutu tidak jelas. Duduknya yang sebelumnya nyaman kini terasa risih. Kulit mereka saling bergesekan, ditambah lagi tangan kanan Dathan di punggungnya. Lyn berdecak, dia menoleh hendak protes dan kembali ke kapal boat.
"Kayaknya lebih seru kalau berendam. Nyoba yuk." Mereka menoleh secara bersamaan. Lyn kalah cepat dengan protesannya.
"Ogah." Jawab Lyn menolak mentah-mentah.
"Yaudah." Dathan mengangkat bahu. Dia menjatuhkan tubuhnya ke dalam air laut sehingga Lyn mendesah lega. Akhirnya ketenangannya kembali lagi dengan sendirinya. Dia pun mencari posisi nyaman untuk kembali bersantai.
"Huaaa..." Lyn berteriak. Badannya tercebur ke dalam air laut. Dathan membalikkan bulatan tempat Lyn bersantai. Lyn mencoba berenang dan menggapainya. "Lo tega bener sama gue. Untung gue nggak tengelam." Ucapnya kesal.
"Nggak usah naik lagi. Sini, dodol." Dathan menarik tangan Lyn dan menempatkannya di pegangan bagian belakang bulatan tersebut. "Pegangan yang erat biar lo pinter berenang."
"Sok baik lo." Decak Lyn kesal meskipun sebenarnya dia merasa tertarik dengan permainan baru tersebut. Mereka berenang sambil memegang erat bulatan tersebut. Sesekali Lyn memainkan kakinya sesuai petunjuk Dathan.
"Geser, deh. Kayaknya gue udah bisa berenang." Kata Lyn yakin.
Dathan berdecak. "Coba lepas pegangannya." Suruhnya. Lyn melepasnya dengan angkuh, dia pun menggerakkan badannya dan ternyata tidak buruk. Lyn mulai bisa, namun kecepatannya hanya seuprit.
Dathan tertawa mengejek, dia membiarkan Lyn mulai menjauh di belakang. Lyn mengangkat kepala dan kembali menggerakkan badannya. Meraih kaki Dathan dan kemudian meraih pegangan bulatan tersebut.
"Bisa kan?! Gue juga bilang apa." Katanya bangga.
Dathan memutar bola matanya. Gadis itu percaya diri sekali. Harga dirinya selalu di junjung tinggi dan apapun yang diinginkannya akan segera tercapai.
Lyn melepaskan pegangannya dan mulai berenang lagi. Dia mencoba menyelam jauh ke dalam lautan. Sesekali kepalanya menyembul ke permukaan lautan lalu mencoba menyelam lagi. Begitu hingga beberapa kali.
Dathan memperhatikannya dan menaiki bulatan mengapung tersebut. Kakinya memainkan air laut menghadap ke belakang. Lyn masih menyelam sejauh setengah meter darinya.
"Gue bisa berenang." Kata Lyn tersenyum. Dia menarik kedua kaki Dathan dan berada di antaranya. Kedua kaki itu diletakkan di kedua ketiaknya sehingga Lyn tidak perlu menggerakkan kakinya lagi.
"Ya, sana berenang lagi." Suruh Dathan mengibaskan tangan kirinya. Lyn berdecak dan kembali berenang. Meskipun masih pemula, Lyn berani menyelam dan berlama-lama di dalam air karena adanya Dathan di sana. Jika dia sendirian, tentu saja rasa takutnya mengalahkan segalanya. Lyn bahkan tidak berani memasukkan kakinya berlama-lama di dalam air.
Bayangan ikan hiu raksasa seperti yang pernah ditontonnya membuat dirinya takut. Mungkin saja kan ada ikan hiu di sini? Atau ikan-ikan menyeramkan lainnya. Di dasar lautan sana, siapa yang tahu.
"Gantian dong. Gue udah capek nih." Lyn meminta Dathan gantian duduk. Tetapi laki-laki itu enggan beranjak. Dia masih bermalas-malasan di sana. Meskipun Lyn sudah mendorongnya, tetap saja Dathan enggan bergerak. Dia kembali menyuruh Lyn belajar berenang. Dathan akan menilainya nanti.
"Dathan..., kenapa lo selalu pengen dekat-dekat sama gue?" Tanya Lyn berteriak.
Dathan mengernyit. "Maksud lo?" Tanyanya.
Lyn menarik nafas panjang sambil mendongak. Lyn yakin jika Dathan ingin selalu berada di dekatnya. Buktinya saja dia enggan beranjak. "Dengar! Lo selalu tidur di samping gue. Lo selalu duduk di samping gue. Lo selalu ngajak gue berenang buat nemenin lo. Dan lo nggak mau berpindah dari sini padahal gue pengen disini." Ucapnya panjang lebar. "Kalau lo nggak pengen dekat-dekat dari gue, lalu apa namanya?!" Teriaknya.
Dathan menghela nafas panjang. Dia menundukkan kepala, Lyn menantangnya. Meskipun bibirnya menghitam dan giginya bergelutuk, Lyn tetap menatapnya tajam. Ck! Gadis itu selalu saja menantangnya.
Dathan semakin menundukkan badannya hingga kening mereka bersentuhan. Lyn syok ketika bibirnya menyentuh benda kenyal dan hangat. Dathan menarik tubuh Lyn hingga menempel padanya. Lyn tetap diam, seluruh sel syarafnya masih belum bekerja karena kedinginan air laut. Sementara Dathan semakin gencar menciumnya.
Lyn terpekik, Dathan menggigit bibirnya. Dia berontak ingin dilepaskan, tetapi Dathan tetap menahannya. Hingga akhirnya mereka terjatuh ke dalam air. Dathan tetap tidak melepaskannya. Dia terus menempelkan bibirnya pada bibir Lyn meski mereka sudah mulai tenggelam.
Merasa sia-sia, Lyn memejamkan mata dan membiarkan tubuh mereka tenggelam. Dathan memeluknya erat. Dia melampiaskan kekesalan, kekecewaan, kesakitan dan semua rasa yang dimilikinya. Dathan telah memendamnya selama beberapa hari ini, tidak ada yang bisa dijadikan sebagai tempat pelampiasannya.
Dathan menjauhkan bibir mereka, dia menatap wajah Lyn yang semakin lemah. Gadis itu hampir kehabisan nafas, pandangan Lyn mulai mengabur. Barulah Dathan tersadar dan membawanya ke permukaan air.
Dathan terengah-engah dan mencoba membangunkan Lyn. "Lyn, bangun..." Ucapnya mulai khawatir. "Lyn..., Aerilyn, bangun." Dathan menyingkap rambut Lyn yang menutupi wajahnya. Wajah gadis itu telah berubah biru pucat.
Lyn menggerakkan matanya. "Lyn, ayo bangun." Tambah Dathan menyadari pergerakan tersebut. Tangan kiri Dathan memeluk pinggang Lyn, sementara tangan kanan berada di wajahnya. "Lyn, lo harus bangun"
***
Jakarta, 03.06.19
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trapped
RomanceLyn dan Dathan bagai Tom dan Jerry. *Belum sempet bikin sinopsis* *Ini draff lama. Hampir 3 tahun lalu* *** Publish, 14.02.19 Copiright @2019