Sweet Trapped - 39

31K 2.9K 36
                                    

            Satu bulan telah berlalu, Lyn akhirnya telah kembali seperti semula. Tidak perlu lagi ke saloon setiap hari untuk mempercantik diri dari kegosongan akibat sinar matahari yang menyengar bersama Dathan.

"Hai, Lyn..." Lyn tersenyum pada Safian yang berpapasan di depan mereka. Laki-laki dengan kacamata besar tertengger di atas hidungnya tampak sangat sopan. Tumpukan buku dipeluk erat di dada. Terlihat seperti mahasiswa jenius dan tidak banyak neko-neko.

Tetapi tidak sepenuhnya seperti itu. Dathan mencibir. Laki-laki yang di panggil Homo Sapien olehnya sangat bertolak belakang di hadapannya. Meskipun mereka sudah pernah membicarakannya, tetapi sepertinya Lyn tidak ambil pusing. Dathan merasa sia-sia pernah menjelaskan panjang lebar di hadapan gadis tersebut.

Lyn bahkan tidak bisa menghentikan gelak tawanya karena panggilan tersebut. Tetapi Dathan tetap tidak mau mengganti nama panggilan unik tersebut. Sehingga Lyn membiarkan begitu saja. Terserah Dathan saja, yang penting pacarnya senang. Tidak mencak-mencak nggak jelas lagi.

Jika sudah bertemu dengan Safian, Dathan itu langsung badmood. Lyn kelimpungan sendiri meski tidak mau tahu. Tetapi Dathan menceritakan dengan suka rela. Menjelaskan apa yang dimaksud oleh Dathan ketika mereka masih di pulau. Dathan pernah ingin menjelaskan, tetapi niatnya di urungkan karena tidak terlalu penting.

Safian laki-laki yang pernah mendatangi Dathan. Bukan sekedar memperingati, lebih tepatnya mengancam. Tidak menyukai Dathan dekat dengan Lyn. Safian tidak akan tinggal diam jika Dathan tidak menjauhi Lyn.

Huh... apa-apaan itu? Dathan berdecak dalam hati.

"Kalau nggak punya kepentingan lain, silahkan duluan!" Lyn menyikut perut Dathan. Pacar sablengnya menyeruakan sindiran halus untuk pengusiran Safian dari sekitar mereka.

"Dathan... ih."

"Nggak apa-apa, Lyn. Duluan ya." Pamit Safian sopan. Sedikit menunduk lalu berlalu meninggalkan Dathan dan Lyn.

"Lo apa-apaan sih, Dath? Kasian."

Dathan memutar bola mata. "Kita udah pernah bahas ini. Jangan pura-pura nggak tau!" Jawabnya tegas.

"Nggak mungkin, Dath... Masa Safian sampe datengin lo?" Elak Lyn bersikukuh.

Dathan berdecak. "Lihat. Dia udah tau kalau kita pacaran. Tapi dia tetap nggak mau ngambil jarak. Pengen dekat-dekat lo tanpa mandang gue." Dathan juga berelak.

"Memang dia kayak gitu."

"Sejak kapan? Sejak kita pacaran?!" Dathan tersenyum sinis. Membuat Lyn tidak lagi berkomentar. "Kalau nggak percaya, liat aja gimana dia kedepannya." Tambahnya. "Mungkin lo nggak nyadar. Selama ini dia nyapa lo lewat sosmed doang. Kalau papasan di jalan dia ngacir duluan ngambil jalan lain. Dia nggak berani ngomong sama lo, bahkan natap lo aja dia takut-takut. Tapi lihat beberapa minggu ini dia sok-sokan bikin drama sering papasan. Nyapa lo pake suara khawatir. Najis banget tau nggak?!" Jelas Dathan panjang lebar.

Lyn memutar bola mata. "Lo semangat banget nyebar kenistaan dia. Payah punya pacar pecemburu!" Gerutunya. Dathan bahkan memblock semua akun media social milik Safian dari ponsel Lyn. Huh, sebegitu bencinya Dathan pada laki-laki itu.

"Jelas gue cemburu, kampret. Kalau gue nggak cemburu, mana mungkin gue peduli sama lo?! Lo mau selingkuh atau gimana pun juga, gue anteng-anteng aja sama video game gue." Jawab Dathan serius. Nah, kan... selalu begini kalau Dathan cemburu. Langsung serius ingin membahas sampai kulit terdalam.

"Iya deh, iya.... gue cinta sama elo." Lyn menyengir lebar lalu memeluk lengan kiri Dathan. Laki-laki itu mendengkus kesal. Jika sudah begini, Lyn yang menang. Tidak bisa diganggu gugat lagi meski sepanjang rel kereta api Dathan menggerutu. "Ayo makan.... Lo pasti lapar abis ngoceh." Lyn menyeret ke parkiran kampus. Bolos sepertinya tidak masalah. Lain kali mereka akan mengganti jadwal lagi.

Dathan menghela nafas panjang, merangkul bahu Lyn tanpa menghiraukan Safian yang baru keluar dari persembunyiannya. Berdecak karena dia sama sekali tidak bisa mengalihkan perhatian gadis tersebut. Safian sudah lama mendekatinya meski lewat social media yang sering kali diabaikan oleh Lyn.

Sepertinya Lyn tidak membutuhkan basa-basi tidak nyata. Seperti halnya Dathan, selalu mengganggunya setiap hari. Mengalihkan perhatian Lyn sehingga dirinya tak mampu berpikir lagi. Lain hal dengan pesan-pesan yang meskipun bermakna luas tanpa bukti sama saja omong kosong.

Tetapi Safian tidak bisa mengelak lagi. Dirinya tidak berani berhadapan langsung dengan Lyn. Meski dia tahu perasaannya lebih besar daripada milik Dathan. Terbersit dalam benaknya jika Dathan hanya menjadikannya pelampiasan semata. Dathan mencintai Annisa, bukan Lyn. Lihat saja, Safian yakin Dathan akan bosan lalu meninggalkannya.

"Kenyang..." Dathan bersendawa, membuat Lyn meringis jijik. Punya pacar sableng kayak Dathan terkadang membutuhkan tenaga ekstra. Lyn tidak ingin menyia-nyiakan es krim rasa cokelat sebagai makanan penutupnya.

"Jijik tau, Dath!" Protesnya.

Dathan menyengir lebar. Tanpa merasa bersalah. Lyn kembali menyuapkan es krimnya ragu-ragu. "Makan aja kali, Lyn. Gak ada apa-apanya." Lyn memutar bola mata, dan Dathan kembali tergelak. "Besok lo datang ke rumah gue ya. Mobil gua perbaikan."

"Kalau nggak lupa." Lyn menyeringai.

"Awas kalau lupa. Gue culik lo."

"Dih... ngancem." Lyn pura-pura meringis ketakutan. Sedangkan Dathan melotot penuh peringatan. Dasar pacar sableng.

***

Medan, 30.08.19

Ciye.. sebulan pacaran wuakakka

Sweet TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang