Sudah malam. Dathan mengantar Lyn pulang. Sebelum tiba di rumah gadis tersebut, mereka lebih dahulu menghabiskan waktu di luar.
Dathan mengomeli Lyn malas mandi, memaksa gadis tersebut ke kamarnya. Mengancam Lyn pulang sendiri jika Lyn tidak mandi. Terpaksa gadis itu menurut, mengenakan salah satu dress pemberian Silvia. Wanita itu memberinya beberapa potong dress sebagai sogokan mengatasnamakan terimakasih telah menemaninya.
Lyn tidak menolak, meskipun menunjukkan wajah sinis tetapi dalam hati cukup terkesan. Wanita itu memberikan sedikit perhatian untuknya. Mungkin jika hubungan mereka membaik lagi, Lyn bebas meminta apapun yang diinginkan.
Manggut-manggut serius, dalam hati Lyn bertekat akan mencobanya nanti. Tidak apa-apa, dia akan menunjukkan pada Dathan jika maminya akhirnya kalah dan memberikan mereka restu.
"Mami nggak ngapa-ngapain lo, kan?" Dathan memicing curiga.
Tanpa melepas sedotan dari mulutnya, Lyn mengangkat bahu lalu menggeleng. Gadis itu diperlakukan baik oleh maminya. Dathan menghela nafas lega, semakin mudah untuk acara mereka selanjutnya.
Ingin mengunjungi tempat lain, Dathan dan Lyn berjalan santai sembari bercerita ringan. Lyn melingkari kedua lengannya pada perut Dathan, sedangkan laki-laki itu merangkul bahunya. Sesekali keduanya tergelak, tanpa menghiraukan sekitar. Banyak pasangan lain yang melakukan hal sama, sehingga perbuatan mereka tidak terlalu mencolok. Toh, banyak pasangan yang mengelilingi tempat tersebut, ada yang hanya bergandengan tangan hingga jelas-jelas mencium pasangannya.
Tidak bisa terelak, dan mereka pun tidak ingin mengelak. Keduanya tetap melangkah dan kemudian berhenti. Lyn melonggarkan kedua lengannya dari perut Dathan, sedangkan laki-laki itu mengendurkan lengan kirinya dari bahu gadis tersebut kemudian memindahkannya pada tangan. Menggenggam erat tangan Lyn.
"Hai..." Dathan menyapa ramah. Di depan mereka berdiri pasangan wanita berkerudung, tangan kanan memeluk perut buncitnya dan di samping kanannya berdiri seorang laki-laki mendampinginya.
"Dath... an..." Wanita itu berseru pelan nyaris mencicit. Dathan kembali tersenyum, menanyai kabarnya yang dijawab sopan dan pelan oleh wanita tersebut. "Mas, ini Dathan." Ucapnya mengenalkan pada suaminya. Keduanya bersalaman, saling mengenalkan.
"Oh iya, ini Lyn. Pacar gue." Annisa menyipit, tampak terkejut lalu mengubah senormal mungkin. Lyn dan Annisa bersalaman, saling melempar senyum.
"Kalian pacaran?" Lyn dan Dathan mengangguk bersama. "Selamat ya, semoga berjodoh." Lalu keduanya mengamini doa tersebut. Naufal mengajak mereka mampir di salah satu tempat makan, tetapi Dathan menolak. Memiliki keperluan lain, mungkin lain kali saja. Sehingga mereka pergi lebih dulu, meninggalkan senyum hangat.
Satu tahun hampir berlalu, Dathan tidak menyangka jika mereka bertemu lagi. Mantannya itu sedang mengandung besar, menunggu kelahiran sang anak pertama. Jujur saja, Annisa terlihat lebih dewasa, terlihat sangat cocok dengan perut membesar seperti itu.
Memang dari dulu gadis itu sangat cocok dibantu dengan kepribadiannya yang tidak urakan. Dathan meringis kala membayangkan Lyn diposisi tersebut. Menyipit, memandang perut gadis tersebut lalu terkikik geli.
Sepertinya sangat menggemaskan sekali.
Rasa dalam hati Dathan untuk gadis itu tidak lagi seperti dulu. Semua ruang hatinya telah diisi penuh oleh gadis yang menjadi kekasihnya selama ini. Tidak ada ruang untuk yang lain jika pun Dathan bertemu dengan wanita melebihi Lyn.
Gadis egois yang tidak mau berbagi dengan siapapun. Dathan tersenyum samar. Tidak pernah menyangka jika akhirnya terjebak pada Lyn, seperti terjebaknya mereka pada pulau pribadi keluarganya.
Akh... pulau itu. Dathan merindukannya. Ingin pergi lagi ke sana berdua dengan Lyn. Mengenang kembali awal munculnya rasa yang berbeda dalam hati masing-masing. Tempat bersejarah yang tidak terlupakan.
Perasaan Dathan menjadi biasa saja terhadap Annisa setelahnya. Tidak lagi mengharapkan gadis tersebut. Dathan menemukan pesan di handphonenya, Annisa meminta maaf karena hubungan mereka berakhir seperti itu. Dathan menelpon, tampak pesan Annisa datang bertubu-tubi selama tiga minggu karena Dathan tidak merespon. Wanita itu sangat mengkhawatirkannya.
Sehingga beberapa hari setelah kepulangan Dathan dan Lyn, laki-laki itu menelponnya. Meluruskan permasalahan mereka. Annisa kembali meminta maaf, dia tidak bisa mengelak perjodohan kedua orang tuanya.
Dathan merimanya, perasaannya tidak lagi seperti dulu. Rasa kecewa memang masih ada tetapi sudah ada Lyn yang menjadi kekasihnya. Dathan tersenyum, mendoakan semoga Annisa dan suaminya menjadi keluarga harmonis, saling mencintai dan hidup bahagia.
Sejak itu buhungan mereka resmi putus. Dathan tersenyum, langsung menelpon Lyn. Mengatakan jika dirinya sangat merindukan gadisnya. Lyn langsung mengomel, membuat Dathan kembali tersenyum lebar. Pasalnya mereka baru bertemu, tetapi laki-laki itu lebay sekali, mengatakan rindu padanya. Lyn memang sangat pas sekali dijadikan tameng oleh Dathan.
"Apa senyum sendiri?" Tanya Lyn galak. Dathan tergelak, menggeleng lalu kembali lagi tergelak. Lyn menatap kesal kemudian berdecak. "Abis ketemu mantan gila ya?"
Bukannya marah atau tersinggung. Dathan kembali tergelak. Oke, Lyn mengalah. Membiarkan masa kegilaan Dathan.
"Gue lagi mikirin lo hamil. Kampret, pasti lucu banget." Ucapnya. Lyn memutar bola mata. Bahkan Lyn sendiri tidak pernah membayangkan di posisi tersebut. Memiliki perut besar, mengubah bentuk badannya. Membuatnya merinding dan menggeleng. "Makanya, Lyn, lo semangat nyari perhatian mami gue biar cepet dapat restu. Kita nikah lo hamil."
"Nggak. Gue nggak mau!" Lyn menggeleng. "Nggak mau bikin hancur badan gue." Tolak Lyn bersikeras.
"Makin seksi, kampret. Noh tadi Annisa makin cantik dengan perut besar begitu." Elak Dathan.
"Bangsat. Ogah... lo aja kalau begitu yang hamil. Gue nggak mau."
"Mana bisa gue hamil, kampret!"
"Terserah!" Lyn membuang pandangan keluar jendela. Tidak ingin berbicara pada Dathan lagi. "Lagian belum tentu gue mau sama lo." Cibirnya.
"Dih sok nolak. Gue tinggal sebentar aja kelimpungan nyarinya."
"Jadi niat ninggalin gue nih?" Dathan meringis. "Yaudah pergi sana, turunin gue."
"Bangsat ini anak. Langsung kumat kalau lagi pms!" Dathan berguman.
"Gue masih denger, setan!"
"Diam, Lyn, kalau nggak mau gue cium abis-abisan!" Ancam Dathan menoleh sekilas. Menambah kecepatan agar Lyn langsung masuk kamar. Jika tidak, gadis itu akan mengomel lagi, semua salah. Kebiasaan.
***
Medan, 28.09.19
Up yuhuuu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trapped
RomanceLyn dan Dathan bagai Tom dan Jerry. *Belum sempet bikin sinopsis* *Ini draff lama. Hampir 3 tahun lalu* *** Publish, 14.02.19 Copiright @2019