"Nggak usah sok malu-malu begitu."
Lyn berdecak. Dia baru saja selesai mengganti pakaiannya dengan kaos longgar lengan panjang milik Dathan. Dia tidak memiliki persediaan baju sehingga mengenakan milik Dathan. Lyn tidak mengenakan apapun di balik kaos tersebut. Jika kemarin dirinya mengenakan kaos dalam untuk menutupi puncak payudaranya, tetapi sekarang tidak mengenakan apapun. Sehingga jelas sekali terlihat dua tonjolan kecil di dadanya.
Lyn merasa risih dan tidak biasa. Terlebih lagi hanya mereka berdua saja dalam pulau terpencil ini. Bisa saja terjadi sesuatu jika setan sudah bertindak. Lyn merinding dan mengenyahkan pemikiran-pemikiran liarnya. Merapalkan kalimat bahwa, Dathan itu raja setan.
Lyn keluar dari gaya sembunyi-sembunyinya. Berjalan menuju pantry dan duduk disana. "Celana dalam lo kelonggaran." Celetuknya.
Dathan menoleh, "Ikat lah." Jawabnya terbahak sehingga Lyn berdecak. Ada-ada saja.
Dathan memutar tubuhnya dan membawa dua porsi makanan ke pantry. Setelah meletakkannya, Dathan memandang Lyn dan terdiam. Samar-samar kedua matanya melihat tonjolan kecil di dada Lyn, dan itu sangat menganggu pemandangan. Dathan gagal fokus.
Lyn yang menyadari arah pandangan Dathan langsung menyilangkan kedua tangannya di dada. "Mata lo, sialan!" Umpatnya kesal
Dathan terkekeh. "Tonjolannya agak besar bulat." Ucapnya tanpa dosa. "Dan..., tegang." Dathan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Sementara Lyn menggerutu dan menundukkan badannya. "Santai aja. Gue nggak akan macem-macem kok. Satu macem aja udah cukup." Dathan mengibas-ibaskan tangannya. "Ayo makan." Tambahnya santai.
Lyn menguyah makanannya sesadis mungkin sambil menatap Dathan yang masih menyeringai melihatnya. Setelah benar-benar halus, Lyn menelannya dan kemudian mengunyah lagi seperti sebelumnya. Seolah-olah makanan tersebut adalah Dathan.
Memang sialan sekali, Lyn tidak menemukan kaos yang lebih tebal maupun kaos dalam di lemari. Dia juga merutuki kekesalannya yang sampai sekarang tidak menyuci pakaian-pakaian di dalam kapal boat yang selama ini dikenakannya.
Lyn tidak ingin tangannya kasar setelah menyuci pakaian-pakaian tersebut. Beberapa hari yang lalu, setelah menyuci pakaiannya sendiri, telapak tangan gadis itu sedikit kasar dan kering. Oh, tidak, Lyn tidak memiliki lotion untuk melembabkan kulitnya di pulau terpencil tersebut sehingga mencantolkan asal-asalan di paku yang telah disediakan.
Tetapi, jika begini terus tanpa pakaian yang layak, mungkin besok pagi Lyn akan mulai mencucinya.
Lyn berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar. Dathan memicingkan mata, mengira Lyn kesal dan mogok makan. Hem, palingan dia akan kembali lagi jika sudah kelaparan, Dathan pun melanjutkan makannya.
Tidak berapa lama, Lyn keluar dari kamar dengan handuk menutupi dadanya. Dia kembali duduk dan menyendokkan makanan ke dalam mulutnya tanpa menghiraukan Dathan yang masih memandangnya.
"Kenapa lo?" Tanya Lyn mengernyit.
Dathan mengangkat bahu, lalu melanjutkan makannya. Begitu juga dengan Lyn, dia mengangkat sebelah bibir bagian kanan lalu melanjutkan makan.
Hingga mereka selesai makan, tidak ada yang memulai perbicaraan lagi. Mereka terus diam dan sibuk dengan kesibukan masing-masing. Lyn mengangkati piring kotor dan Dathan menyucinya di wastafel.
"Gue nggak mau tidur bareng lo lagi." Kata Lyn setelah mereka berpindah tempat. Dathan tengkurap di tempat tidur sementara Lyn berkacak pinggang di belakangnya. "Di depan ada sofa, lo tidur disana, gih!" Suruh Lyn.
"Gue nggak bisa tidur di sofa. Di sini aja bareng nggak apa-apa kali." Jawabnya santai. Lyn bergidik ngeri, membayangkan mereka tidur dalam satu tempat tidur. Meskipun beberapa hari ini memang mereka tidur bersebalahan, bahkan berpelukan. Namun untuk kali ini, Lyn tidak bisa. Pakaian minim yang dikenakannya membuat dia berjaga-jaga dari terkaman macan liar. Dia tidak yakin jika mereka tidur dalam keadaannya seperti itu, tadi saja Dathan telah menunjukkan wajah cengonya.
Meskipun Dathan langsung mengubahnya dan bercanda, tetapi Lyn menyadarinya. Dathan tidak pernah menunjukkan wajah seperti itu selama ini.
Lyn berdecak. "Pasti lo mau nyari kesempatan."
Dathan berdecak, "Gak lah!" Jawabnya memejamkan mata.
"Jadi?"
Dathan terdiam, dia membuka kedua mata dan kemudian menutupnya lagi. "Nggak ada." Jawabnya pelan.
"Yaudah pindah." Kembali gadis itu mengusirnya.
"Bareng aja kenapa sih, Lyn?" Tanya Dathan
"Ogah." Jawab Lyn tidak terbantahkan. "Kalau lo nggak mau, biar gue disana." Tambahnya. "Semua bantal dan selimut buat gue."
Dathan berdecak. Dia pun duduk dari pembaringannya lalu keluar dari kamar membawa satu bantal dan selimut. Lyn tersenyum lebar sembari melemparkan tubuhnya di atas ranjang.
Lyn kembali duduk dan melempar asal handuk dari dadanya yang disampir di kedua bahunya. Menarik selimut tebal dan kemudian membalut tubuhnya. Hah, akhirnya Lyn bisa tidur nyaman meskipun tempat tidur tersebut tidak senyaman di kamarnya. Setidaknya tidurnya tidak terganggu dengan Dathan yang salalu menempel padanya.
***
Medan, 27.07.19
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trapped
RomanceLyn dan Dathan bagai Tom dan Jerry. *Belum sempet bikin sinopsis* *Ini draff lama. Hampir 3 tahun lalu* *** Publish, 14.02.19 Copiright @2019