4.Bintang dan Bulan

109 27 5
                                    

               ***                       

Sesampainya dirumah shinta sangat khawatir karena mengetahui mamanya yang marah membuat jantungnya berdetak tak karuan. Setelah mengucapkan terima kasih kepada riko yang telah mengantarnya pulang dengan selamat walafiyat dan juga sempat mengajak riko untuk mampir terlebih dahulu kerumahnya tetapi ia menolaknya karena hari sudah menjelang malam

Ia sudah berada di depan pintu,ia sedikit ragu untuk menekan belnya,shinta menghembuskan nafasnya pasrah akhirnya ia memutuskan menekan belnya,tetapi seperti tidak ada tanda tanda seseorang didalam karena tidak ada sahutan

"Assalamualaikum mah" masih tidak ada sahutan di dalam,ia pun membunyikan kembali belnya

"Assalamualaikum mah shinta pulang" dan kali ini pintu yang ada dihadapannya bergerak menandakan ada yang membukanya.  Shinta menggigit bibir bawahnya melihat mamanya sudah berada di deoan pintu yang sedang berkacak pinggang dengan tatapan tajam dan mengerikan

"Mah shinta tad___" belum menyelesaikan kalimatnya,mamanya langsung menarik rambutnya hingga tersentak kaget

"JADI GINI PERILAKU ANAK KESAYANGAN PAPA YANG DIBILANG BAIK?HAH!"
Shinta mulai terisak merasakan perih dikepalanya akibat jambakan itu. Mamanya menjambak sekaligus menyeretnya dengan penuh emosi masuk kedalam rumah menuju ruang tamu,sesampainya disana mamanya menghempaskan shinta dan melepaskan jambakannya membuat shinta terjatuh cukup keras. Mamanya kembali meraih rambut shinta dan kembali menjambaknya,shinta kembali berdiri,isakannya semakin keras tangannya mulai gemetar "ma_ah ampun mah"suaranya gemetar sambil memegang kepalanya yang panas dan perih

" anak gak tau diri,bisanya nyusahin saya doang,dasar anak__"mamanya terus menyumpah serapahi shinta dengan kata kata yang tak pantas dimeluarkan dari mulut seorang ibu. "Ma__" suaranya melemas,shinta sangat takut,sangat takut.mamanya sedari tadi terus menerus mengobrak abrik rambutnya dengan tatapan menyayat hati dan kejam.shinta sudah tidak bisa berfikir jernih,yang dilakukannya sedari tadi hanya berdoa dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar ada seseorang yang menolongnya saat ini.shinta memilih untuk menutup mata menahan pusing dikepalanya

Beberapa lama shinta merasakan kepalanya melega,mamanya melepaskan jambakannya,shinta sontak mendongakkan kepalanya dan...

PLAKK

Tamparan mendarat mulus dipipinya
Shinta memegangi pipi kirinya yang terkena tamparan keras,shinta tersenyum miris tapi tatapannya tidak menunjukkan senyum mirisnya,rasa pusing dan nyeri dikepalanya lebih besar,shinta berusaha menahannya.shinta tau mamanya tidak akan melepaskan hukumannya begitu saja,shinta tau mamanya tidak segan segan bisa membunuhnya.mungkin.shinta terdiam beberapa detik.

PLLAAKK

Tamparan kembali dilayangkan bersamaan dengan pintu yang terbuka,shinta memegangi pipi kanannya dengan mata terpejam takut,shinta berharap yang datang adalah seseorang yang dapat menolongnya,ia sudah kehabisan air mata,ia lelah kapan siksaan ini berhenti?shinta merasa ada yang menyentuh kedua bahunya ia sekali lagi berharap itu adalah orang yang bisa menghentikan semua ini.kedua bahunya terus di obrak abrik

"KENAPA KAMU DIAM AJA HAH!!"

"ARGGSS"

BRAAKKK

"MAMA!!"

Sekali lagi kepala shinta terasa sakit.sangat sakit.palanya ingin rasanya meledak hingga teriakan dari arah pintu tidak dapat didengar olehnya,mamanya kembali mendorong bahu shinta hingga kepalanya membentur meja yang berada disana.

Mamanya menatap ke arah pintu ,baru menyadari ada anaknya siska
yang masih menggunakan seragam sekolahnya dengan pandangan tak bisa diartikan tubuh siska gemetar dia tidak menyangka akan kejadian yang dilihatnya ,mamanya begitu terlihat menyeramkan perlakuannya kejam

My Perfect Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang