K. Bahagia

20 4 0
                                    

𝙰𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊.. 𝚖𝚞𝚗𝚌𝚞𝚕 𝚍𝚎𝚓𝚊 𝚟𝚞 𝚍𝚒 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒
•••

Udara sekitar 19 derajat menusuk kulit saya

Air masih berjatuhan, meninggalkan noda kering di permukaan kain pakaian yang saya kenakan

Brrrr...

Kedua lengan rapuh ini saya gunakan untuk menyelimuti diri dari dingin tak berkesudahan

Getaran di sekujur tubuh ini justru membuat saya menyungginggkan senyum kecil. Saya amati lengan kokoh yang sedang menggosok sebatang kayu dengan kayu lain, mencoba menimbulkan sedikit kehangatan dan pencahayaan di gua gelap ini. Entah dari mana, kayu sudah disusunnya sedemikian rupa sebagai fondasi api unggun yang sedang dikerjakannya ini

"Kok bisa ada kayu disini?"

Dia hanya memberi senyuman tanpa arti pada saya, membuat saya hanya bisa berpikir seribu kali lipat lagi untuk bertanya

Setelah detik berlalu. Usahanya menimbulkan hasil. Api sudah membara, membuat saya mendekatkan diri lebih lagi padanya

"Setidaknya bisa sedikit hangat" kata Grey sembari menepuk-nepuk kedua telapak tangannya yang kotor

"Saya.. bingung, Grey"

"Kenapa?"

Hm.. entahlah

Saya merasakan perasaan lain di hati, perasaan tidak asing namun saya tidak tau apa penyebabnya

"Huh.. aku kira kebiasaan diam kamu itu sudah hilang"

Saya menoleh cepat padanya dan mengerjap. Tangan ini mengeratkan pelukan pada diri saya sendiri

"Maaf"

Grey bangkit dan duduk disebelah saya. Kedua tangannya digunakannya untuk memakaikan kupluk hitam keringnya pada saya

"Jangan terlalu sering minta maaf. Tadi kamu bingung kenapa?"

Saya menghela nafas, membuat uap keluar dari bibir saya

"Kayaknya saya punya perasaan baru. Bukan rasa sedih, kecewa, marah, dan benci yang biasanya saya rasakan. Tapi saya pengin senyum terus"

Grey tertawa. Ia mengusap kepala saya yang dibaluti kupluk hitamnya itu

"Rhea, itu namanya.."

Grey menggantungkan kalimatnya membuat saya semakin penasaran akan perasaan ini

"Bahagia"

RiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang