𝙺𝚊𝚖𝚞 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚋𝚞
𝙺𝚊𝚖𝚞...
𝚋𝚎𝚛𝚠𝚊𝚛𝚗𝚊
•••Dulu.. banyak sekali pertanyaan menggumpal dipusat pikiran
Dulu.. saya selalu bertanya hingga akhirnya hancur
Rusak
Padahal fondasi ini sudah serapuh rumah kosong tua yang sudah lama ditinggal majikannya
Kenapa setiap orang harus hidup jika akhirnya mati?
Kenapa saya harus hidup jika saya menderita?
Kenapa ayah pergi? Kenapa bunda berubah? Kenapa Rigel pergi?
Kenapa semuanya tidak peduli?
Banyak sekali pertanyaan kenapa.
Namun... sekarang saya bisa 'sedikit' membuka mata. Saya bisa 'sedikit' mendongak. Saya bisa 'sedikit' melihat sisi lain dari kehidupan, seperti yang pernah Grey katakan
Setidaknya, saya sudah bisa 'sedikit' mensyukuri hidup
Dan disinilah kami. Masih didalam gua gelap, dingin, sepi, dan sunyi
Lorong gua ini terlihat berbeda seperti sebelum-sebelumnya. Karena sisi kiri dan kanan nya terdapat banyak ukiran angka delapan yang menghiasi diding gua ini
"Grey, kok ada banyak angka delapan disini?" Tanya saya bingung
Grey menatap saya lalu menghentikan langkahnya. Membuat saya refleks ikut berhenti
Grey menatap dinding gua ini sendu. Tangannya terlepas dari genggaman saya. Ia meraba dinding ini, menyentuh setiap ukiran-ukiran angka delapan disana
"Rhea, apa yang kamu ingat soal angka delapan?"
Saya berpikir sejenak. Angka delapan ya?
Hm..
Tidak ada
Karena sejak dulu saya tidak percaya dengan yang namanya lucky number bagi saya semua angka itu sama
Kecuali...
Oh! Saya baru teringat sesuatu
"Delapan bisa dibilang angka yang saya benci mulai sekarang" jawab saya
Grey menatap saya bingung "loh, kenapa?"
Saya menghela nafas. Ikut mengangkat tangan dan meraba ukiran angka delapan di dinding gua ini. Persis seperti yang Grey lakukan
"Delapan, delapan, delapan atau 8 Agustus 2008. Itu hari dimana ayah saya meninggal, sikap bunda berubah drastis, dan hari dimana Rigel pergi" jelas saya
"Umur saya juga delapan tahun saat itu, sedangkan umur bunda tiga delapan. Kok saya baru sadar ya?"
Saya beralih menatap Grey "mungkin delapan ini angka sial untuk saya. Saya benci delapan"
Grey terkekeh. Ia menepuk puncak kepala saya "bagaimana mungkin kamu benci hal yang jadi bagian diri kamu"
Hah?
Maksudnya??
Delapan???
Bagian diri????
Saya mengerutkan kening tanda tidak mengerti.
Abu-abu
Seperti namanya, perkataannya abu-abu. Sulit dimengerti, tidak jelas
"Kamu inget gak gimana awalnya kamu bisa terjebak disini?"
Saya menggeleng, ada benarnya juga! Saya tidak ingat apa pun. Yang saya ingat hanyalah saya terjebak disini tiba-tiba
Grey mengangkat kalung infinite nya. Lalu ia membalikkan bandulnya sembilan puluh derajat hingga bentuk infinite tersebut menjadi tegak
Delapan!
Infinite yang dibalikkan bisa membentuk angka delapan! Tapi.. apa hubungannya dengan saya?
"Grey, saya gak ngerti sama sekali maksud kamu"
Grey malah meletakkan kembali kalungnya dan menarik tangan saya lagi
"Aku pernah bilang, aku bagian dari gua ini" jelasnya
"Terus?" Beo saya
"Angka delapan, gua ini, ukiran di dinding ini, bahkan aku. Semuanya berhubungan sama kamu"
Berhubungan? Dengan saya?
Oke saya masih tidak mengerti
Lagi dan lagi... semuanya terlalu abu-abu
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise
RandomCover by @SeorangSenjaa Ini bukanlah cerita romansa anak remaja Juga bukan cerita persahabatan, keluarga, mistis, horror, fantasy atau apapun itu Tapi ini mengenai saya, yang berusaha mencari jalan keluar dari sini Saya yang sendirian, terpuruk...