Pagi yang indah dengan sinar matahari di luar sana diam-diam memasuki celah gorden—setitik sinarnya menerangi Aera saat seseorang berdiri disana membuka tirai gorden yang menutupi jendela tinggi itu. Aera menggeliat, mencari ketenangan lagi dalam posisinya. Karena seingatnya hari ini Aera tidak ada jadwal shooting iklan ataupun drama dan pemotretan.
Tapi tunggu dulu.
Siapa yang berani-beraninya mengusik ketenangan tidurnya?
Gaeul? Pasti managernya itu juga berlibur masih tidur di kediamannya.
Ibu? Mustahil! Ibunya itu berada di luar negeri, apa lagi kalau bukan menemani sang Ayah dengan urusan bisnisnya.
Aera terus berfikir keras, tentu masih dengan aksen pura-pura tidurnya. Menerka siapakah yang beraninya masuk ke apartement dan mendatangi kamarnya.
Satu nama yang sangat Aera yakini terlintas di otaknya. Merutuk kesal karena pria itu lagi—tak hentinya mengganggu kehidupan Aera. Tapi, Kim Aera tidak pernah sekalipun melempar kata-kata kasar untuknya. Kerap ribuan kali menolak atau mungkin sudah menyakiti hatinya? Aera tidak mau ambil pusing. Aera sama sekali tidak menganggap keberadaannya—tidak pernah merasa memiliki hubungan khusus. Ya meski dimata orangtuanya begitu? Dan dimata publik hubungan keduanya itu sudah jelas adanya. Aera tetap saja melarikan diri dari kenyataan. Kalau bisa berlari sejauh mungkin dari hidupnya.
Aera mengenyampingkan rasa kesalnya—merenggangkan otot masih di kasur tentu. Rambutnya yang panjang teracak namun tetap terlihat cantik. Terutama untuk pria yang sedang mengagumi visual Aera di pagi hari. Berdiri sambil memasukkan satu tangannya ke kantong, tersenyum pada Aera yang terbaring merentangkan tangan. Sungguh ini tidak sehat bagi Kim Taehyung. Bagaimana tidak? Di balik selimutnya yang agak turun sedikit—Aera mengenakan gaun tidur berkain tipis berwarna merah. Lengan putih pucatnya terlihat. Taehyung sampai meneguk ludah kepayahan—serileks mungkin agar tak nampak gugup.
Iris coklat itu terbuka perlahan, menemukan Taehyung disana melihatnya tersenyum tulus. Aera masih membeku, bukan karena ketampanan Taehyung yang pagi ini—dengan setelan casualnya. Switter hijau dan celana panjang hitam. Aera tak bisa menyangkal, tunangannya ini memang tampan sekali. "Eengghh—Tae? Kau disini? Darimana kau tau kode apartementku?" astaga bahkan lenguhan Aera saja membuat jantung Taehyung ingin melompat keluar. Itu hanya suara khas orang bangun tidur, lalu kenapa otaknya ini malah berfikir yang iya?
Taehyung diam saja, tak langsung menjawab. Otaknya yang kelewat penuh dengan fantasi itu malah memikirkan kalimat yang keluar dari bibir manis Aera. 'Kau disini?' nada itu terdengar seperti Aera secara tidak sadar mengatakan bahwa—tidak senang Taehyung ada disini. Sekali lagi, Taehyung kecewa. Selama Taehyung menjalin hubungan dengan kekasihnya dulu ah atau lebih pantas disebut mantan kekasih? Karena wanita itu sudah mati—tidak penting. Taehyung akan mendapat sambutan manis yang gembira. Nampaknya Aera ini memang berbeda.
Karena kesal dengan itu, Taehyung menanggapinya sarkas ditambah memutar bola mata jengah—seolah Aera salah menolak pria setampan dirinya. "Apa aku salah menemui tunanganku sendiri? Aera kau lupa kita sudah bertunangan? Oke aku tidak marah selama ini kau terus menghindar dariku. Tapi aku tidak bisa diam saja setelah kemarin kau mengatakan aku ini bukan tunanganmu! Dan kau bilang apa? Menunggu seseorang? Jadi selama ini aku ditolak karena pria itu? Kim Aera untuk apa kau menunggu-"
Aera menyela dengan air matanya yang sudah menetes. "Ya kau benar Taehyung. Aku lupa kau tunanganku. Aku juga lupa selama ini aku menghindar karena—aku tidak bisa menerima semuanya." ujarnya lembut sekali.
Bola mata besar Taehyung mengerjap beberapa kali, mulutnya terbuka sedikit. Ada yang salah dari kalimat Aera barusan. Sayangnya, otak Taehyung tidak bisa mencerna itu dengan baik. Karena sungguh Taehyung amat bersalah melihat air mata Aera—bingung tidak tahu jelas air mata itu sebabnya karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Night Falls
FanfictionAwalnya kehidupan Kim Aera yang sudah semu membuat gadis itu rasanya ingin pergi sejauh-jauhnya dari dunia, kalau bisa dunia tidak tahu jika dirinya dilahirkan di bumi ini. Gadis berhati lembut itu lelah dengan keserakahan Ibunya yang sedari dulu se...