Kelihatannya hari ini Kim Hansung begitu bersemangat. Dia yang paling aktif bertanya sewaktu dikelas dan membuat anak-anak lain memandangi tak percaya. Baik itu Bu Guru yang bertanya atau Hansung yang menjawab, semua terlihat tampak kagum. Hansung itu dikenal anak yang paling kreatif dikelasnya. Ah, Hansung jadi tidak sabar ingin cepat-cepat pulang dan bercerita pada Daddy!
Daddynya itu adalah teman terbaik Hansung untuk berbagi cerita. Entah bercerita tentang episode baru kartun kesukaannya, dibelikan mainan baru oleh mommy, dan selalu dimanjakan Paman Jims. Omong-omong soal Paman Jims, tiba-tiba saja Hansung memikirkannya. Jarang bertemu, mungkin Jimin sedang sibuk dikantornya. Padahal, Hansung sudah bersiap ingin meminta daftar camilan dan makanan manis ke Paman Jims—seperti biasa, minta ditraktir. Well, Jimin sih mau-mau saja membelikan. Lagipula, Hansung itu anak baik yang lucu sekali.
Waktu yang ditunggu pun tiba. Bel berbunyi, Hansung buru-buru memasukkan buku-buku beserta alat tulis miliknya ke dalam tas. Dia melihat Juno kebingungan, seperti mencari-cari sesuatu.
"Juno, sedang apa?" tanyanya bingung. "Itu lho, pensil hello kitty warna pink. Tidak ada. Gawat! Kalau adikku tahu pensilnya hilang, aku bisa dimarahi eomma. Uh, Hansung bagaimana ini?" seru Juno mendramatisir dengan memegangi kedua pipinya.
"Kau sih, itukan punya adikmu. Kenapa diambil? Meminjam tanpa memberi tahu pemiliknya itu tidak boleh, Kim Juno." Hansung mengomel, sok dewasa.
Ya, dia diajarkan ibunya tidak boleh mengambil barang tanpa meminta ijin. Setelah kejadian memecahkan botol parfum Taehyung yang harganya selangit. Setiap kali ingin meminjam atau menggunakan barang yang bukan kepunyaannya, Hansung selalu meminta ijin terlebih dahulu. Nasi sudah jadi bubur. Bau aroma parfum semerbak mengenai lantai, belum lagi bekas pecahan kaca botolnya. Taehyung yang melihat itu langsung hanya mengembuskan napas berat. Hanya parfum, pikir Taehyung. Beruntung bukan barang mahal yang lain.
"T-tapi kan, aku kakaknya."
"Tetap saja tidak boleh, Juno. Adikmu pasti mencari pensilnya kalau tidak bilang-bilang dulu."
"Begitu ya?"
"Iya. Masa itu saja tidak tahu." gerutu Hansung. "Sudah ah, aku mau menunggu mommy. Mau pulang."
"Yah, jangan pulang dulu! Temani aku mencari pensilnya." si kecil Juno itu menatap mata Hansung dengan mata berkaca-kaca, hendak menangis. Mau tidak mau Hansung membantunya. Kasihan, ibunya pernah bilang harus membantu sesama teman.
Pada akhirnya, sepuluh menit berlalu. Pensil itu ditemukan. Ada dibawah kolong meja Bu Guru. Agaknya, Juno tadi yang menjatuhkan disana. Hansung menarik napas lega, ia tersenyum manis pada Juno. "Nah, sudah ketemu. Lain kali jangan seperti itu lagi."
"Ish, iya! Kau juga kan nanti punya adik." jawab Juno.
"Iya tapi masih lama, tuh. Adik bayinya masih ada diperut mommy."
Keduanya terpaksa menyudahi konversasi antar bocah lima tahun tersebut. Aera datang menghampiri Hansung dengan dress selutut berwarna kuning. Tampak cantik dan anggun. "Juno? Belum dijemput daddy ya?"
"Belum, Bibi." ujarnya sedih.
"Ya sudah, tunggu disini saja. Diluar cuacanya dingin. Nanti Juno terserang flu. Bibi dan Hansung pulang dulu ya." pamit Aera, menggandeng tangan Hansung. "Bye, Juno! Ingat ya jangan nakal lagi!"
Haduh, dasar anak kecil menyebalkan, batin Juno. Dirinya sendiri juga anak kecil. Ada-ada saja.
*****
Malam harinya, Hansung duduk sambil memakan makanan kesukaannya. Meja makan sudah penuh tersaji masakan Aera yang enak-enak. Hanya tinggal menunggu, Taehyung yang belum bangun tidur. Mungkin karena kelelahan?
Hansung menjerit, sontak Aera terkejut. "Ya ampun, Hansung. Kenapa berteriak?"
"Mommy, ayo pergi ke dokter!" katanya, ia bahkan langsung turun dari kursinya. Menghampiri Aera dan menarik-narik ujung piyama tidur ibunya.
Bertepatan dengan Taehyung yang berjalan ke arah dapur, dengan wajah masih mengantuk dan rambut berantakan. Taehyung mengambil segelas air, lalu meminumnya. Belum menyadari anaknya yang berteriak heboh.
"Dad, daddy! Mommy!" Hansung beralih, menarik celana pendek Taehyung. Daddynya itu bertelanjang dada dengan wajah kebingungannya menatap Aera tak mengerti. "Aera, kenapa?" Taehyung bertanya, Aera menjawab dengan gelengan, sama-sama bingung.
"Aigo, ada apa Kim Hansung?" Taehyung berjongkok, mencubit gemas pipi Hansung. "Leher mommy merah-merah, dad! Ayo ke dokter! Nenek bilang itu penyakit alergi."
Taehyung tertawa terbahak-bahak. Sementara Aera, menunduk memperhatikan lehernya. Jelas itu bukan alergi. Melainkan ulah nyamuk besar, Kim Taehyung yang nakal.
"Tidak perlu ke dokter, sayang. Mommy tidak alergi. Itu merah karena digigit nyamuk." setelah puas tertawa, Taehyung menggendong Hansung untuk kembali mendudukkan anaknya itu ke kursi.
"Tapi, wah! Dada dan leher daddy juga merah!" tanpa ragu sikecil menunjuk dada Taehyung. "Apa nyamuknya kompak menggigit?"
Taehyung memandangi Aera dengan senyuman geli beserta kedipan mata menggoda. Oh ya ampun, Aera sudah gemas sekali, ingin memukul kepala Taehyung dengan sendok yang ia pegang. "Sudah, jangan bahas nyamuk lagi. Makan saja makanannya, nanti dingin, Hansung." ucap Aera, dihadiahi senyuman Taehyung yang menyimpan unsur terselubung dibaliknya.
"Hih, tapi aneh mom! Merah-merahnya besar sekali, jangan-jangan nyamuknya itu siluman lebah!" seru Hansung lagi.
"Bukan siluman lebah, Hansung. Itu nyamuk besar yang tidak tahu malu." Mata Aera melirik judes Taehyung yang duduk disebelahnya. "Uh, tapi Hansung tahu tidak? Yang digigit nyamuknya itu senang sekali. Seperti dia yang kenyang bukan nyamuknya." tak kalah Taehyung menyahut, membuat Hansung bertambah bingung.
Nyamuk apa, ya? Batin si kecil. Apa ada nyamuk yang menggigit menimbulkan ruam merah yang besar begitu? Sudahlah, Hansung tak mau memikirkannya lagi.
"Benarkah? Mmm... Tadi, daddy dan mommy sedang apa dikamar? Hansung ketuk berkali-kali tapi tidak dibuka. Hansung juga mendengar suara mommy Aera yang memanggil nama daddy. Daddy! Kok tidak mengajak Hansung bermain sih! Hansung juga mau ikut bermain kartu UNO didalam!" si kecil Hansung menepuk meja.
Sukses menimbulkan Taehyung tertawa lagi. Astaga. Beruntung, Hansung tidak mendengar suara-suara lain. Dan bermain kartu UNO? Seandainya si kecil tahu, orangtuanya bukan bermain kartu.
"Tidak boleh, sayang. Hansung tidak boleh ikut. Tadi, daddy dan mommy bukan bermain UNO. Daddy sedang menenangkan adik bayi di dalam perut mommy." si Kim itu menaruh tangannya pada punggung tangan Aera, takut Aera mengomel, sebab tatapan mata Aera sudah sangat kesal sekali padanya.
Toh, anaknya yang bertanya. Kenapa dia yang disalahkan?
"Dad, makan dulu. Hansung juga. Jangan mengobrolkan yang aneh-aneh." Aera menengahi sembari memijat pelipisnya. "Taehyung, malam ini aku tidak mau tidur denganmu. Aku mau tidur dikamar Hansung saja."
"Lho, sayang!" Taehyung merengek. "Hansung sudah besar. Mana bisa seperti itu, tidak boleh!"
"Ish, daddy ini kenapa sih! Mommy mau tidur bersama Hansung kok tidak boleh! Daddy juga sudah besar tuh, tidur memeluk mommy terus setiap hari! Gantian dong!"
Aera kini yang tertawa. Makan itu Taehyung, anakmu yang protes.
"Tidak adil namanya. Kan mommy punya daddy!"
"Kim! Ah, ya sudah kalau begitu, besok mommy menginap dirumah nenek saja!"
"Jangan, mommy!" Ayah dan anak itu kompak berteriak tidak terima.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
When Night Falls
FanfictionAwalnya kehidupan Kim Aera yang sudah semu membuat gadis itu rasanya ingin pergi sejauh-jauhnya dari dunia, kalau bisa dunia tidak tahu jika dirinya dilahirkan di bumi ini. Gadis berhati lembut itu lelah dengan keserakahan Ibunya yang sedari dulu se...