-★ 12

8.8K 971 64
                                    

"Tae, kenapa harus pakaian ini, sih? Aku nggak suka yang terlalu terbuka kaya gini loh." Jeongguk masih terus menerus mengeluh kepada taehyung karena bajunya yang nggak memiliki lengan, alias memperlihatkan bentuk lengannya.

Malahan sekarang ia terduduk diam, lesu, letih, lemah tanpa daya meratapi nasibnya. Karena kebiasaannya yang selalu memakai pakaian panjang saat keluar rumah, ia cenderung malu untuk berpakaian kurang bahan seperti itu.

Satu jam sudah ia menggerutu, mengerucutkan bibirnya sembari menyilangkan kedua tangannya di depan lengan sembari menatap tajam kepada taehyung. 

Sedangkan si tersangka hanya menatap malas bocah kelebihan kalsium itu, tangannya memainkan ponsel jeongguk tanpa takut terjatuh karenan dibawahnya terdapat karpet supet tebal yang dibelikan oleh mama jeongguk.

"Mau nurut apa masih mau ngebantah? mumpung telinga aku masih belum terusik, nih." Ucap taehyung, nada yang terlampau datar dan tidak ada penekanan tersebut mampu membuat jeongguk merinding. Nggak biasanya taehyung seperti itu, apalagi kalau ngomong berduaan.

Mungkin taehyung sudah muak dengannya?

"Tapi tae, jangan hari ini dong pakai kaya gini. Lusa kan bisa. Pokoknya jangan sekarang."

Taehyung mendengus, melempar ponsel jeongguk tanpa susah payah ke samping sofanya. Mendecak perlahan lalu menggulirkan bola matanya jengah. Padahal jeongguk sudah janji akan pakai pakaian tersebut kalau mereka mau latihan.

Ia kembali menatap jeongguk. Menajamkan penglihatannya untuk menilai penampilan anak tersebut. "Lusa terus~! Terusin aja sampe kita nikah! Aku lagi males debat, kalo kamu nggak mau pakaian kaya gitu yaudah tinggal buka bajunya terus ikut aku keluar."

Daripada mendengarkan rengekan bayi besar bernama jeongguk, taehyung memilih meninggalkan anak tersebut dan melangkahkan kakinya keluar apartemen.

Jeongguk melihat punggung taehyung dengan kurva bibir yang menurun sehingga membuatnya seperti anjing yang dibuang itu pun hanya bisa meneguk ludah. "Singanya ngambek, deh. Harus gimana hamba-Mu ini, Tuhan."

Tangan jeongguk segera menarik tas kecil berisi dompetnya yang selalu dia bawa dan mengambil ponsel di sofa, berlarian kecil karena nggak mau ditinggal sama taehyung. Secara tergesa, jeongguk mengunci pintu apartemen mereka, setelah itu mengecek biar nggak ada barang yang tertinggal.

Sebenarnya dengan berat hati, dia menuruti permintaan taehyung. Dari awal sejak taehyung pengen melihat dia sedikit berubah, jeongguk hanya mengiyakan tanpa melakukannya.

Semenjak itu taehyung geram, berasa omongannya nggak berguna sama sekali kepada jeongguk. Akhirnya tadi taehyung terpaksa mengancam jeongguk dengan ponsel terbaru miliknya bakal digiling sama mobil butut mereka.

Dan itulah yang membuat singanya jeongguk ngambek sampek sekarang. Dia bingung untuk membujuk taehyung, karena selama dia tinggal dengan bocah berpinggul seksi itu nggak pernah meminta barang-barang mewah darinya.

Kecuali pas mereka sedang menunjukkan rasa kasih sayangnya, pasti taehyung agresif. Entah kemana hilangnya taehyung yang malu-malu, jeongguk juga heran.

Untungnya saat jeongguk berada di parkiran apartemen, matanya menangkap mobil butut taehyung. Masih di tempat yang sama dan belum berpindah sedikit pun. Dia bisa bernapas lega.

Sangat gampang membedakan mobil putih itu, disekitarnya terparkir mobil dengan logo yang terkenal. Seperti Lamborghini, Porche, Ferrari, Audi hingga Bugatti keluaran terbaru berada di sana. Pantas taehyung mengajak jeongguk keluar siang hari, orang kaya pasti sedang tidur atau di kantor masing-masing.

Dia nggak mau membuang waktu lagi, tangannya menggenggam pintu mobil taehyung, menariknya perlahan karena berdempetan dengan Audi. "Lama banget, sih, bambang! Niat buat keluar nggak?!"

Yakin, Cupu?! ; KookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang