______________
Pao Ling merasa puas telah menyakiti Yue Bi dengan mengungkit kematian kakaknya dan asal muasal dirinya diangkat menjadi permaisuri. Meskipun setiap kali ia mengingat kejadian itu hatinya ikut teriris sebab dirinya yang tidak terpilih hanya karna keburukan keluarganya. Pao Ling membenci nama Pao yang melekat pada namanya. Namun ia juga bersyukur mendapatkan perhatian kaisar dari sisi lain. Yang terpenting saat ini hanyalah menyingkirkan Yue Bi dari posisi permaisuri.
Pao Ling yang telah kembali dari perjamuan atas kembalinya pangeran Liu Xiu mencari kepala dayangnya, dayang Min.
"Apa dayang Min di luar," ucap Pao Ling sedikit berteriak.Pao Ling terheran, ia hendak beranjak namun beberapa dayang datang dengan membawa obat vitamin setiap harinya.
"Yang mulia, saatnya meminum obat," ujar salah satu dayang.Ada yang aneh dengan dua dayang Pao Ling yang membawa obat. Keduanya menunduk dan sedikit bergetar. Mereka sedikit ketakutan melihat ke arah Pao Ling.
"Letakkan di mejaku. Aku akan meminumnya," ujar Pao Ling.
Kedua dayang itu mengangguk menurut. Meletakkan dua cangkir ramuan untuk di minum Pao Ling untuk kesehatan dan staminanya. Setelah dua dayang itu melaksanakan perintah Pao Ling, keduanya pamit undur diri.
"Tunggu," ujar Pao Ling menghentikan dua dayang yang hendak keluar dari pintu kamar Pao Ling.
Dua dayang tersebut semakin bergetar, "Ya, yang mulia," ujar mereka.
"Di mana dayang Min?"
Kedua dayang itu saling menatap kemudian tertunduk kembali sembari menggelengkan kepalanya.
"Ti ... tidak tahu yang mulia."Pao Ling mengerutkan dahinya, "aneh. Tidak biasanya dayang Min pergi tanpa pemberitahuan," gumamnya sendiri. Pao Ling kembali menatap dua dayangnya yang masih berdiri di sana, "kalian boleh pergi."
"Baik yang mulia," ujar keduanya cepat-cepat pergi.
Pao Ling meraih cawan yang berisi ramuan berwarna coklat pekat. Ia meminumnya sekaligus hingga habis. Pao Ling sedikit meringis meminum ramuan yang sedikit pahit itu. Cepat-cepat Pao Ling meminum obat yang ada di cawan kedua. Baru saja satu teguk-an yang diminumnya, Pao Ling memuntahkan ramuan yang berwarna hijau itu.
"Sialan!!" umpatnya merasakan tenggorokannya terbakar."Da ... aaangg. Haaaa ... pa ... nas. Aaa ... kittt," rintihnya kesakitan sembari memegangi tenggorokannya.
Kedua dayang yang telah keluar dari kamar Pao Ling menunduk takut melihat kepala dayang kediaman Sakura yang menatapnya tajam.
"Silahkan kalian urus junjungan kalian dan sampaikan salam permaisuri padanya." Dayang Shin melenggang begitu saja dengan rasa puas.Di sisi lain. Dayang Min tertelungkup di sebuah ruangan dengan beberapa dayang memegangi kaki tangannya. Dayang Shin menggenggam sebuah cambuk di tangan kanannya. Ia menatap nyalang pada dayang Min.
"Inilah hukuman bagi siapa saja yang menghina permaisuri. Siapa pun yang terlibat akan ikut terseret. Terimalah hadiah dari permaisuri," ujar dayang Shin bengis.Ia memulai cambukannya di kaki dayang Min. Kemudian menjalar keseluruh tubuh dayang Min. Mulut dayang Min yang tersumpal oleh kain tidak bisa mengeluarkan teriakannya yang kesakitan akibat cambukan itu. Air matanya hanya mampu menetes dan menggeram dengan mengepalkan telapak tangannya.
____________
Yue Bi menatap kosong di ruangannya. Dayang Shin datang dengan memberi hormat.
"Sudah kau lakukan?" ujar Yue Bi setenang air."Sesuai perintah anda yang mulia," ujar dayang Shin.
Yue Bi menyesap tehnya sesaat kemudian meletakkan kembali tehnya ke atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Empress
Historical FictionKematian tragis yang menimpa sang kakak membuatnya menjadi keras dan berambisi. Apapun yang terjadi posisi permaisuri harus tetap di pertahankan. Karena dengan posisi itu, maka seluruh kekuatan ada di tangannya. "Bulan hanya ada satu, dan itu adalah...