Part 20

5.8K 412 10
                                    

_____

Rakyat mulai gelisah saat para prajurit mulai menutup semua gerbang dan memperketat penjagaan. Mereka riuh ingin keluar dari istana secepat mungkin. Para utusan pun bingung melihat banyaknya prajurit yang berjaga di gerbang istana. Mereka belum tahu bila permaisuri negeri ini telah celaka oleh penyusup yang masuk ke istana.

Sedangkan di sisi lain, Cheng Li mempercepat laju larinya untuk mengejar kelima penyusup yang menyerang Pao Ling dan berimbas pada Yue Bi. Tatapan tajamnya tak sedikit pun surut dari wajahnya. Keringat membasahi tubuh serta pakaiannya. Meski telapak tangannya ikut berkeringat namun, tetap saja Cheng Li menggenggam pedangnya sangat kuat. Seakan geram dan tak sabar menghabisi orang-orang yang telah melukai orang yang di cintainya. Ya, orang yang di cintainya meski tidak bisa memilikinya. Cheng Li menyadari bila cinta tak bisa di paksa. Namun, bagi Cheng Li arti mencintai yang sesungguhnya adalah melihatnya bahagia walau pun bukan bersamanya. Yue Bi adalah kekuatannya juga pengontrol emosinya. Jika Yue Bi tersenyum maka itu adalah kebahagiaannya tapi bila Yue Bi terluka maka, bersiaplah menderita. Cheng Li akan membalas lebih orang yang telah melukai Yue Bi.

Sorot tajam Cheng Li menatap sekumpulan orang yang hendak melompati pagar istana di ujung lorong. Cheng Li berlari kemudian melompat ke dinding, menapakkan kakinya di tembok kemudian memantulkan dirinya dan menendang kepala tiga orang pemuda sekaligus. Cheng Li menjejakkan kakinya kembali ke tanah dan menatap tajam para pemuda yang menyusup itu.

Tiga pemuda yang kepalanya di tendang Cheng Li merintih di tanah sedangkan dua di antaranya menatap wajah Cheng Li yang memerah.

Cheng Li semakin mengeratkan genggaman pedangnya. Aura liarnya berteriak ingin segera membuka sarung pedangnya dan menghabisi kelima pemuda yang ada di hadapannya.
"Jadi, kalian ingin kabur setelah apa yang kalian lakukan," ujar Cheng Li tenang. Namun, bukan berarti Cheng Li telah jinak. Ucapannya menyiratkan bahwa mereka berada di zona yang tidak ada belas kasihnya.

"Kami tidak kabur. Tetapi karena tugas kami sudah selesai," ujar salah satu pemuda yang berani menjawab pertanyaan Cheng Li. Ia tidak tahu bila mereka telah masuk ke kandang harimau. Cheng Li jelas tidak akan memberi mereka celah sedikit pun untuk kabur.

Cheng Li berdecih, "sudah selesai? Bagiku ini baru di mulai!!" ucapan tenang Cheng Li berubah menjadi ledakan api membara. Cheng Li berlari mendekati ke lima pemuda sembari membuka pedangnya. Kilatan pedang yang terkena cahaya terlihat bersinar seakan menandakan betapa tajamnya pedang itu dan betapa banyaknya nyawa yang telah hilang karnanya.

Cheng Li menebaskan pedangnya yang di tahan oleh salah satu pedang pemuda itu. Ia kemudian menarik kembali pedangnya kemudian menghunuskan pedangnya ke salah satu pemuda lainnya. Satu pemuda terdiam sembari melotot merasakan sebuah pedang menembus perutnya. Cheng Li menggertakkan giginya sembari menarik pedangnya.

Perlahan pemuda yang terkena tusukan pedang Cheng Li berlutut di tanah kemudian merosot tertelungkup di tanah. Keempat pemuda lainnya membelalakkan kedua bola mata mereka saat melihat salah satu teman mereka tewas dengan mudahnya.

"Kini giliran kalian!" desis Cheng Li memperlihatkan kilatan bola matanya yang semakin tajam.

Keempat pemuda lainnya bergetar, bahkan keringat dingin mengucur membasahi pelipis mereka.

"Bersiaplah!!" teriak Cheng Li berlari membawa pedangnya.

_____

Xiandi berjalan kesana kemari menunggu tabib istana mengobati Yue Bi. Sedangkan banyak para dayang yang hilir mudik membawa air bening kemudian berganti warna menjadi merah setelah dibawa masuk ke dalam. Kepala Xiandi seakan dihantam dengan batu karang setiap kali melihat baskom-baskom air bening itu berubah menjadi merah. Ia merasa gagal menjaga keamanan untuk keluarganya. Bagaimana bisa penyusup bisa masuk ke istananya?

The Main EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang