_____________
Setelah sepanjang hari berkeliling di luar istana dengan menyamar, Xiandi mampir sebentar ke rumah Leng Li. Kasim Lim menggerutu dalam batin, mengapa kaisarnya masih saja mengurusi gadis buruk rupa seperti Leng Li. Ia setengah hati melangkah kaki mengikuti Xiandi, walau hatinya tidak ingin.
Xiandi mengamati sekitar halaman rumah Leng Li. Hening, sepi, dan juga tak terawat. Xiandi melangkahkan kakinya memasuki pekarangan. Dedaunan kering beterbangan saat angin menyapu tanah.
"Yang mulia, sepertinya tidak ada orang," ujar kasim Lim.
"Benar," ujar Xiandi. "Kasim Lim, geledah rumah ini," perintah Xiandi lagi.
Kasim Lim mengangguk mengerti. Ia memerintahkan lima prajurit handal yang ikut menyamar untuk melindungi Xiandi. Prajurit-prajurit itu menyebar ke seluruh penjuru rumah untuk memeriksa rumah Leng Li. Beberapa saat kemudian, mereka kembali berkumpul tepat dihadapan Xiandi sembari merunduk hormat.
"Maaf yang mulia, tidak ada orang di rumah ini," ujar seorang prajurit."Sepertinya rumah ini sudah lama di tinggalkan yang mulia," sambung salah satunya lagi.
"Kemana Leng Li? Apa telah terjadi sesuatu padanya?" batin Xiandi.
"Kasim Lim, kita kembali ke istana. Setelah kembali ke istana aku ingin kau memerintahkan satu pasukan prajurit untuk mencari Leng Li. Aku jadi cemas tanpa tahu keberadaannya."
"Tapi yang mulia. Dia hanya seorang budak," protes Kasim Lim.
"Lalu? Kau ingin menentang perintahku?!"
Kasim Lim segera menunduk saat bola matanya berserobok langsung dengan tatapan tajam Xiandi, "ti-tidak yang mulia."
Xiandi melengos begitu saja dan meninggalkan kasim Lim. Hatinya resah tidak menemukan keberadaan Leng Li.
_____________
Yue Bi bermalas-malasan di taman kediamannya. Kepalanya ia sandarkan di batang pohon bunga persik yang sedang bermekaran. Tak lama kemudian Dayang Shin datang dengan membawa nampan yang berisikan satu teko teh dan dua cangkir kosong.
Akhir-akhir ini Yue Bi hanya melamun di kediamannya dan enggan keluar dari tempatnya. Meski ia tetap menjalankan kewajibannya mengurus ibu suri namun, setelah ia selesai di kediaman Phoeniks ia langsung kembali ke kediamannya.
Banyak tugas-tugasnya yang terbengkalai dan membatalkan pertemuan dengan para kepala dayang pengurus istana. Dayang Shin sampai prihatin dengan kondisi Yue Bi yang juga enggan beristirahat dan meminum obat vitamin.
"Yang mulia, saya membawakan anda teh melati. Wanginya bisa menenangkan pikiran yang mulia," pujuk dayang Shin.
"Letakkan saja teh itu di meja dayang Shin. Jika aku haus aku akan meminumnya."
"Yang mulia -- hemz, baiklah yang mulia." Dayang Shin menyerah dengan sikap masa bodoh Yue Bi. Ia meletakkan teh itu di meja yang tak jauh dari tempat duduk Yue Bi.
Dayang Shin menatap sekali lagi Yue Bi yang masih diam di tempatnya. Dayang Shin menghembuskan napas kasar kemudian melangkah pergi.
Xiandi yang baru saja pulang dari luar istana tak sengaja melintas di kediaman Sakura. Ia melihat Yue Bi bersandar di pohon Persik. Wajahnya lesu dan juga tatapannya sayu. Kelopak bunga Persik yang berguguran oleh angin menghujani Yue Bi yang duduk di bawahnya. Namun, Yue Bi tetap saja bergeming. Mengabaikan pemandangan indah di depannya.
"Lihatlah, bunga persik menghiburmu. Mereka menggugurkan kelopak mereka demi melihat senyummu. Biasanya para wanita akan senang menari di bawah guguran bunga, tapi kau tidak permaisuri. Kau malah bersedih." Xiandi mendekat kemudian ikut bergabung dan duduk di samping Yue Bi. Menyandarkan tubuhnya yang lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Empress
Historical FictionKematian tragis yang menimpa sang kakak membuatnya menjadi keras dan berambisi. Apapun yang terjadi posisi permaisuri harus tetap di pertahankan. Karena dengan posisi itu, maka seluruh kekuatan ada di tangannya. "Bulan hanya ada satu, dan itu adalah...