Lanjuttt_____________
Satu hari satu malam Yue Bi tidak sadarkan diri dan demam tinggi. Selama itu juga Xiandi selalu berada di samping Yue Bi. Tidak sedikit pun Xiandi beranjak dari tempat tidur Yue Bi, hingga paginya demam Yue Bi telah turun dan terbangun. Keadaan tubuhnya yang masih lemah membuatnya malas dan enggan melakukan apa pun. Termasuk makan dan meminum obat dari tabib. Dayang Shin sampai bingung harus bagaimana membujuk Yue Bi. Sedangkan Xiandi telah pergi kembali ke kediaman Naga setelah tabib memeriksa keadaan Yue Bi.
"Yang mulia, ayolah makan sedikit bubur ini, agar anda bisa meminum obat yang telah di sediakan tabib. Anda harus lekas sehat. Yang mulia kaisar dan ibu suri sangat mengkhawatirkan anda," bujuk Dayang Shin.
Yue Bi yang bersandar di kepala ranjangnya hanya menoleh dan menatap malas dayang Shin.
"Pergi dan bawa pergi makanan itu. Aku baik-baik saja. Aku tidak perlu obat, aku hanya perlu istirahat," ujar Yue Bi ketus."Yang mulia."
"Apa kau tidak mendengarku?!" bentak Yue Bi.
"Aku dengar. Sangat mendengar!" Seseorang menyahut dari arah pintu kamar. Yue Bi dan dayang Shin menoleh pada sumber suara.
Xiandi berjalan mendekat, membuat dayang Shin menunduk dan mundur ke belakang. Mempersilahkan Xiandi mendekati Yue Bi.
"Masih keras kepala?" ujar Xiandi menjatuhkan bokongnya di sisi tempat tidur Yue Bi."Kepalaku memang keras jadi tidak perlu di pertanyakan," ucap Yue Bi memalingkan wajahnya yang enggan menatap Xiandi.
Pletak, Xiandi menjitak kepala Yue Bi hingga pemiliknya meringis sakit memegangi kepalanya.
"Sakit yang mulia," rintih Yue Bi pada Xiandi.Rengekan Yue Bi membuat Xiandi tersenyum. Baginya saat ini Yue Bi persis seperti kelinci, menggemaskan.
"Kau bilang kepalamu keras, tapi kau mengaduh sakit saat ku pukul. Dasar aneh," ejek Xiandi seraya tertawa kecil. "Sekarang makan makananmu setelah itu minum obat yang telah tabib berikan untukmu," perintah Xiandi yang kembali ke wajah seriusnya."Apa peduli anda? Bukankah lebih baik saya sakit agar saya cepat mati. Dengan begitu anda bisa menunjuk istri dan permaisuri sesuai keinginan anda sendiri."
"Ya benar, aku memang berharap seperti itu. Tapi aku memikirkan kesehatan ibu suri. Aku takut kesehatannya terganggu karena memikirkanmu yang tidak memikirkan dirinya sendiri. Sekarang cepatlah makan, aku harus pergi ke kediaman Anggrek setelah ini."
Mendengar kediaman Anggrek semakin membuat Yue Bi jengah.
"Kalau begitu pergilah yang mulia, saya akan memakannya nanti. Jangan karna saya, waktu kalian terbuang sia-sia.""Tidak. Aku ingin memastikan bahwa kau benar-benar makan." Xiandi mengulurkan tangannya pada dayang Shin. Dengan tanggap dayang Shin memberikan mangkuk bubur pada Xiandi.
Xiandi mengibaskan tangannya, Shin dan dayang lainnya pergi meninggalkan kaisar dan permaisurinya hanya berdua.
"Buka mulutmu," perintah Xiandi menyendokkan sesendok bubur di depan mulut Yue Bi."Tidak mau. Aku akan memakannya nanti yang mulia. Jadi jangan ..."
Yue Bi tersentak menghentikan ucapannya, saat wajah Xiandi begitu dekat dengan wajahnya. Xiandi mundur sembari menatap bola mata Yue Bi.
"Bola mata itu, seperti tidak asing," batin Xiandi. "Aku akan menciummu jika kau tidak mau makan," ujar Xiandi.Yue Bi menjadi canggung dengan perlakuan Xiandi. Xiandi menyodorkan sesendok bubur pada Yue Bi.
"Ti ... tidak perlu. Saya bisa memakannya sendiri," ujar Yue Bi canggung. Yue Bi memakan buburnya sesendok demi sesendok sedangkan Xiandi masih terus memerhatikan. Tatapan Xiandi masih pada kedua bola mata hitam Yue Bi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Empress
Ficción históricaKematian tragis yang menimpa sang kakak membuatnya menjadi keras dan berambisi. Apapun yang terjadi posisi permaisuri harus tetap di pertahankan. Karena dengan posisi itu, maka seluruh kekuatan ada di tangannya. "Bulan hanya ada satu, dan itu adalah...