_____"Aku bersumpah, akan membuat kalian membayar setiap tetes darah Yue Bi yang menetes dengan permohonan kematian kalian sendiri." Xiandi membatin menyorotkan tatapan iblisnya yang tidak pernah di ketahui siapapun termasuk kasim Lim.
"Jalankan hukuman," lirih Xiandi pada kasim Lim.
"Baik yang mulia," ujar kasim Lim mengerti.
Xiandi berbalik pergi meninggalkan penjara bawah tanah. Dirinya sudah muak berada di sana. Ia sengaja hanya melihat para penyusup itu dari kejauhan tanpa mau menemui mereka. Xiandi takut kehilangan kontrol dan membunuh para penyusup itu dengan tangannya.
Setelah kepergian Xiandi, kasim Lim memerintahkan para prajurit yang bertugas mengeksekusi untuk menjalankan hukuman yang telah di beritahukan oleh Xiandi.
Para prajurit eksekusi masuk ke dalam penjara. Mereka mencambuki para penyusup yang tangannya telah di ikat dengan rantai. Para penyusup yang hampir semua pemuda itu merintih menahan sakit. Mulut mereka tersumpal serta tanpa memakai baju. Puluhan kali mereka di cambuk. Setelah itu, tubuh mereka di siram dengan air panas. Pedih dan sakitnya tiada terkira. Kulit yang melepuh karna cambukan bertemu dengan air panas yang mengepulkan asap. Jeritan seluruh penyusup itu menggema di seluruh penjuru penjara. Para penghuni tahanan yang melihat hukuman itu hanya mampu meringis membayangkan betapa sakitnya hukuman.
Kasim Lim dan para prajurit meninggalkan penjara bawah tanah. Mereka telah cukup untuk malam ini. Masih ada hari esok dan mungkin akan lebih parah lagi dari sekedar cambuk dan air panas. Xiandi tidak akan membiarkan mereka mati secepat itu sebelum merasakan penderitaan yang tak pernah terbayangkan.
_____
"Bodoh! Bagaimana bisa anak buahmu salah sasaran dan tertangkap! Aku tidak mau tahu, mereka harus tutup mulut!" Seorang gadis bercadar hitam dengan ikat kepala yang berlambang lima kristal merah memarahi seorang pria paruh baya yang memakai pakaian pejabat. Mereka bertemu di tempat rahasia yang sering mereka gunakan untuk bertemu.
"Tenang nona, anak buahku setia. Mereka akan lebih memilih mati dari pada membelot," ujar si pria paruh baya.
"Bagaimana bila mereka di siksa dan di paksa untuk mengaku? Siapapun pasti lebih memilih penggal dari pada siksaan sampai mati. Bagaimana bila mereka tidak ingin mati perlahan dan lebih memilih mencari aman dengan cara mengaku, ayah?" Seorang wanita tiba-tiba datang dengan memakai penutup kepala dari balik bayangan membuat si gadis bercadar hitam dan pria paruh baya terkejut.
"Shu Zhi?" ujar Shu Liang."Sudah ku duga, ayah terlibat dengan aliansi terlarang lima kristal merah," ungkap Shu Zhi menatap sang ayah sembari tersenyum licik.
"Apa dia putrimu Shu Liang? Salah satu selir kaisar?" tanya si gadis bercadar.
"Be-benar nona," ujar Shu Liang. "Ta-tapi sungguh aku tidak tahu bila dia mengikutiku datang kemari nona. Sungguh," ujar pejabat Shu yang ketakutan.
Si gadis bercadar menyerong menghadap Shu Zhi. Kedua tangannya terlipat di depan dada.
"Apa maumu dariku? Seorang selir kekaisaran datang tanpa takutnya di hadapanku." Si gadis bercadar menyeringai, "hey yang mulia, kau tahu? Aku adalah orang yang amat sangat membenci keluarga istana. Apa kau tidak takut aku membunuhmu di sini?" imbuhnya lagi.Shu Zhi tetap tenang. Tak ada rasa takut sedikit pun di wajahnya. Sedangkan Shu Liang hanya mampu tertunduk tanpa berani ikut campur. Karna sebelumnya, ia tidak pernah tahu menau bila putrinya mengetahui persekongkolannya dengan pemimpin aliansi terlarang lima kristal merah.
"Apa benar kau pemimpin aliansi terlarang lima kristal merah?" Shu Zhi bertanya sembari melihat pimpinan aliansi lima kristal merah dari ujung kepala sampai ujung kaki yang sebenarnya seorang perempuan
KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Empress
Historical FictionKematian tragis yang menimpa sang kakak membuatnya menjadi keras dan berambisi. Apapun yang terjadi posisi permaisuri harus tetap di pertahankan. Karena dengan posisi itu, maka seluruh kekuatan ada di tangannya. "Bulan hanya ada satu, dan itu adalah...