7

30K 1.3K 34
                                    


11-09-2019-22:34






Arum mentapa terluka kearah Ibra. Sedang Ibra, laki-laki itu terlihat santai, dan tidak merasa bersalah sedikit'pun dengan apa yang telah ia lakukan pada Raja tadi.

Maniknya sibuk menatap pada puterinya yang terbaring dengan wajah pucat di atas ranjang besarnya. Anaknya ketakutan, dan trauma karena kelakuan brutalnya tadi. Membuat Abel muntah, dan setelah itu langsung kehilangannya kesadarannya tepat di samping Raja.

Demi Tuhan, pantas saja ia merasa resah, dan cemas yang berlebihan di kantor tadi. Wajah Abelnya yang ketakutan bagai kaset rusak, berputar-putar di kepala, dan pikiran Ibra. Membuat Ibra memilih pulang, dan meninggalkan rapat penting untuk mendongkrak perusahaannya yang hampir bangkrut tanpa pikir panjang.

Ibra tidak peduli, walau perusahaannya bangkrut, masih ada aset lain di desa yang telah ia tanam banyak di sana. Abel lebih penting dari apapun, Ibra ingin membalas semua kesalahannya di masa lalu, bahkan keberadaan anaknya saja lama baru ia ketahui, maka dari itu, semuanya akan Ibra lakukan, dan korbankan untuk anaknya Abel.

Tadi, seperti menusuk Raja dengan pisau dapur, tanpa pikir panjang, dan takut sedikit'pun, Ibra mampu, dan berani melakukannya, membuat Raja langsung kehilangan kesadarannya di tempat. Dan di larikan di rumah sakit oleh beberapa pengawalnya langsung.

Ibra siap, apabila Raja melaporkan dirinya ke polisi, Ibra akan baku hantam dengan Raja. Membayar mahal pengecara, membuka kasus lama, dan Ibra yakin, Raja'lah yang aka membusuk di penjara, bukan dirinya, walau ia tetap masuk penjara, tapi tidak akan lama, semuanya akan mudah apabila ada uang yang jalan.

"Kamu keterlalun, Ibra."Desis Arum kecewa. Maniknya yang abu menawan, menatap Ibra dengan tatapan kecewa, dan terluka mendalam.

Arum tidak menyangka, Ibra menusuk, dan melukai Raja seperti tadi. Arum tidak suka Ibra suaminya berlaku brutal, dan kejam seperti tadi. Itu mengerikkan.

"Bagaimana kalau Raja...Aku nggak mau kamu jadi pembunuh, Ibra. Kamu keterlaluan."Ucap Arum dengan tatapan nyalangnya.

"Syukur kalau dia mati."sinis Ibra kejam.

Arum menganga di tempatnya, ini seperti bukan suaminya.

"Kamu...kenapa tidak langsung menelponku, kalau ada bajingan itu yang datang, bahkan lancang memasuki kamar puteri kita?"Desis Ibra tajam.

Maniknya menatap tajam pada Arum. Arum semakin tercengang tidak percaya di tempatnya.

"Kalau aku tidak datang, mungkin kejadian kelam menjijikkan akan di dapat Abel dari laki-laki brengsek itu lagi!"

"Melihat kejadian hari ini, maaf. Aku tidak akan memberi ruang untuk kamu bergerak bebas. Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa diriku, Arum."Desis Ibra tegas.

Matanya menyala merah, menyiratkan amarah sedang membakar dirinya habis saat ini.

Demi Tuhan, Ibra sangat benci dengan manusia yang bernama Raja. Sangat benci! Karena laki-laki itu telah menoreh luka yang besar untuk puterinya, membuat puterinya kehilangan jati dirinya, kehilangan ingatannya, semuanya! Itu semua karena Raja.

****

"Minggir!"Bentak Arum marah.

Ibra tidak bergeming di depan Arum.

Arum tak habis akal, Arum mencoba mendorong tubuh besar, dan tegap Ibra sekuat tenaganya, tapi, sial! Tubuh Ibra begitu berat, dan besar. Selangkah'pun, Ibra bahkan tidak bergeser di tempatnya.

"Mau kemana? Kamu lupa sama ucapanku tadi?"Tanya Ibra dengan nada tenangnya.

Matanya menatap teliti dari ujung kaki hingga ujung kepala isterinya, rapi, dan cantik.

Arum menggeram tertahan di tempatnya, "Aku tidak mau di tawan, dan di kekang. Aku mau melihat keadaan Raja."Ucap Arum sambil menghirup nafas dalam melalui paru-parunya. Matanya menatap tajam pada Ibra yang terlihat menegang di tempatnya.

"Minggir! Kalau kamu mau ikut, ayo kita pergi. Kamu harus minta maaf sama Raja."Ucap Arum dengan nada pelannya kali ini, melihat wajah Ibra yang telah merah padam, dengan kedua tangan yang mengepal erat di bawah sana.

Arum menelan ludahnya kasar, Ibra sangat mengerikkan saat ini. Perlahan, Arum melangkah mundur, di saat terpaan panjang, dan panas nafas Ibra yang memburu, menyapa telak wajahnya. Membuat Arum bergetar kecil karena takut di tempatnya.

"Masuk! Lebih baik kamu jaga Abel dari pada melihat keadaan laki-laki sialan itu."Desis Ibra tegas.

Lalu dengan kasar, laki-laki itu menarik tangan Arum, membuat Arum kesakitan, dan melangkah terseok mengikutinya dari belakang.

Arum menangis dalam diam, Ibra seperti bukan suaminya saat in. Tidak pernah Ibra sekasar ini padanya sebelumnya.

Tapi...kali ini Ibra seperti orang yang kerasukan setan, membuat Arum semakin mengalirkan air matanya banyak, tak kuasa mendapat perlakuan kasar dari suaminya.

****

Seorang wanita dewasa terlihat menahan nafasnya kuat, di saat manik cokelatnya melihat ada pergerakan kecil di jari jemari besar, dan kekar itu. Bahkan kelopak mata yang sudah tertutup hampir tiga jam lamanya itu terlihat bergerak kecil.

"Raja..."gumamnya sambil menahan nafas kuat.

Tiga detik, kedua mata yang telah tertutup rapat sekian jam lamanya itu akhirnya terbuka lebar. Membuat perempuan dewasa itu, tanpa membuang waktu langsung memencet tombol merah untuk memanggil dokter, dan memeriksa segera kondisi Raja saat ini.

Raja...laki-laki itu mengabaikan panggilan dengan nada haru dari suara seorang wanita yang sangat di kenalinya, tangannya yang kekar terlihat memijat pelan keningnya, sungguh, sakit sekali kepalanya saat ini.

"Arggg."Geram Raja tertahan, di saat tak sengaja ia ingin menoleh kan kepalanya ke samping, pergerakan kasar, dan tak sabarnya membuat perutnya di bawah sana ikut terguncang, menciptakan rasa sakit, dan ngilu tak terkira di bawah sana.

"Jangan gerak dulu."Ucap suara itu lembut.

Ingin sekali wanita itu menahan Raja agar tidak membangkang untuk bergerak dulu, tapi saat ini, pergerakannya terbatas, karena ada bocah kecil yang tengah ia pangku di atas pahanya, dan bocah itu dalam keadaan tertidur saat ini. Membuat ia tidak bisa bergerak, dan membantu Raja dengan bebas.

"Jangan gerak dulu!"Tekan suara wanita dewasa itu tegas sekali lagi, melihat Raja yang ngeyel, dan membangkang.

Membuat Raja menoleh kan kasar kepalanya keasal suara, dan menatap perempuan itu tajam, karena Raja tidak suka di perintah, dan di atur oleh orang.

"Tutup mulutmu!"bentak Raja kuat.

Kembali, Raja terlihat menahan sakit, karena teriakan kuatnya barusan, membuat seluruh tubuhnya terguncang, dan rasa sakit kembali menyapa telak perutnya di bawah sana.

"Papa..."

Ucap suara itu serak, bersamaan dengan wajah kaget Raja, melihat anak itu berada di atas pangkuan Yeni.

Membuat Raja semakin menatap tajam kearah Yeni yang terlihat menggeran tertahan karena bocah yang ia tidur'kan susah payah, dan yang ia pangku saat ini telah bangun dari tidurnya karena suara keras dari Raja barusan.

"Papa..."Ucapnya lagi dengan nada girangnya....

TBC!

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang