24

19.8K 1.2K 57
                                    

Raja duduk cemberut di sofa singel yang berada tepat di depan Abel, dan Aji anaknya.

Wajahnya yang tampan, dan biasa ber-raut datar, dan tajam. Kini terlihat menekuk, dan kedua bibir tebal yang biasanya menyingirai angker, kini terlihat menggelikkan, dan memuakkan untuk kedua mata Abel saat ini. Bibir tebal yang selalu melakukan hal mesum pada setiap jengkal tubuhnya kini terlihat manyun, dan mengerucut ke depan bagai mulut bebek.

Tak di situ saja, Raja terlihat menggerutu sebal.

Oh, tidak! Laki-laki tua itu, ah terlalu kejam kamu Abel. Raja belum tua tapi sudah masuk usia Om-om. Sudah mendapatkan keinginan, dan saluran gairah yang papanya itu pendam sekian tahun lamanya tadi. Ah, Demi Tuhan...hati kecil Abel di dalam sana, sedikit tidak percaya kalau papa angkatnya yang kini telah menjadi suaminya bahkan dari dulu, tidak pernah tidur dengan wanita lain.

Melihat tampang papanya, tidak mungkin. Tapi, biar saja. Walaupun papanya memang sudah tidur bahkan sering tidur dengan wanita lain sebelum dia ingat. Ada rasa perih yang menyapa sudut hatinya di dalam sana, tapi tidak apa-apa. Asal'kan sang papa setia, dan tidak selingkuh di belakangnya mulai saat ini.

Ah, kembali lagi. Papanya tadi sudah berhasil memasukinya. Laki-laki yang sudah kelewat matang itu memasukinya dengan sangat lembut.  Seakan ia adalah porselen yang mudah pecah.

Bibirnya yang ranum di kulum lembut penuh penghayatan oleh bibir  papanya yang dingin. Walau Abel tau, gairah sang papa begitu besar, dan menggebu. Tapi, papanya mampu mengendalikan dirinya dengan baik.

Demi apapun, sakitnya luar biasa di saat papanya memasukan miliknya ke dalam miliknya. Tubuhnya bagai terbelah menjadi dua. Sakitnya sebelas duabelas dengan apa yang Abel rasakan dulu, di saat ia kehilangan kesuciannya.

Menggelikan, dan sedikit menyebalkan. Jujur saja, Abel tidak mau munafik. Ia suka rasa, dan sesuatu yang membuat ia melayang di saat sang papa memasuki  lembut, dan kasar dirinya.

Abel, dan papanya baru mencapai puncak untuk pertama kalinya, tapi...setelah papanya ingin memasukinya lagi, dan membuat diri keduanya melayang bagai di atas awan. Tangisan, dan jeritan Aji di depan pintu kamar mereka, membuat Raja mengumpat. Mencabut miliknya dari dalam milik Abel lembut dengan raut wajah yang terlihat ingin melahap habis seseorang.

Bayangkan saja, baru beberapa menit, ah sekitar delapan menit ia melakukan hal suami isteri dengan Abelnya. Dengan menyebalkannya Aji malah bangun.

Ah, Raja tidak tega pada anaknya, ia memang membeli obat tidur yang aman untuk anaknya, tapi demi Tuhan, sedikit...sekali yang Raja taburkan ke dalam susu anaknya. Raja nggak bakal setega itu'lah pada Aji. Makanya Aji cepat bangun tadi.

"Aji, Papa kamu lucu, ya nak."bisik Abel geli tepat di atas puncak kepala anaknya.

Aji, anak itu meringkuk manja di dalam gendongan hangat ibunya. Kepalanya jelas menyusup mencari kenyaman lebih didepan dada Abel, membuat Raja mengumpat dalam hatinya. Kesal, iya. Aji seakan menarik habis perhatian Abel untuk  dirinya.

"Wajah papa kamu lucu,"bisik Abel lagi geli.

Raja mendengus, dan mengubah raut wajahnya menjadi raut datar.

Aji, anak itu menarik kepalanya yang menyandar nyaman di dada Abel.

Menatap protes kearah sang mama yang masih  setia menerbitkan senyum lebar yang membuat Aji betah melihatnya lama.

Aji terlihat menggeleng,

"Papa nda lucu, Mama. Kata Papa, Aji yang lucu. Papa monstel kata Opa, dan Oma."Ucap Aji yakin.

Opa adalah Azhar, kakek dari Raja, dan Oma adalah Manda, nenek Aji dari pihak Raja.

Manik hitamnya yang polos, menatap secara bergantian kearah wajah mama, dan papanya.

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang