3

39.5K 1.6K 33
                                    

07-09-2019-07:38

Ibra menatap Arum tajam penuh peringatan. Demi Tuhan, Ibra rasanya berat meninggalkan rumahnya saat ini, ah tidak, lebih tepatnya meninggalkan anak isterinya terlebih Abel.

Ada laki-laki gila tak waras pedop*l itu yang mengincar anaknya bahkan telah menghancurkan masa depan anaknya sehancur-hancurnya dulu.

Dan, laki-laki gila itu, entah bagaimana caranya, dan bisa tau, kalau Abelnya yang ia sembunyikan selama lima tahun berlalu telah ia bawah kembali ke rumahnya.

Ibra dengan beberapa pengawalnya kemarin, begitu rapi membawa Abel dari desa kecil ke kota ini, bahkan ia barang sedikitpun, jaket berhodie besar yang Ibra kenakan ke Abel di lepaskan, walau Abel merengek panas, dan risih saat perjalan panjang menuju rumahnya. Saking takutnya Ibra akan keberadaan, dan kembalinya sang anak ke dekapannya di ketahui oleh Raja.

Itu benar-benar mengerikkan, laki-laki itu sangat gila, dan sepertinya semakin gila di saat manik hitamnya yang kelam mennyeramkan itu, melihat kembali paras, dan raga pujaan hatinya yang telah kembali setelah sekian tahun ia sembunyikan keberadaannya.

Ingat saja, apa saja kelakuan gila laki-laki itu di saat pertama kali ia mengobrol dengannya jam enam tadi. Benar-benar menjijikkan, Cuih! Walau laki-laki itu bersujud seribu kali juta, dan mencium penuh mohon kakinya, tidak akan Ibra biarkan Abelnya jatuh ke dalam dekapan laki-laki gila, dan pe*o seperti Raja. Tidak akan!

"Kamu akan terlambat,"Ucap Arum lembut.

Menyadarkan lamunam panjang ibra.

Manik abunya yang menawan, dan sayu, menatap penuh kelembutan tepat pada manik biru laut Ibra yang biasanya menyala terang, tapi, manik hijau terangnya saat ini terlihat sedikit redup.

Arum tau, Ibra begitu khawatir pada Abelnya.

Raja tidak akan sejahat itu! Raja sangat mencintai puterinya. Yakin Arum.

"Tolong, hubungi aku cepat kalau ada yang menganggu kalian, terlebih Raja. Aku sangat mengkhawatirkan puteriku, Arum."Ucap Ibra dengan nada melasnya.

Arum mengangguk meyakinkan Ibra. Untuk Abel, akan Arum korbankan nyawanya, Arum mencintai anak-anaknya, tidak mungkin bukan, Arum membiarkan Abel dalam keadaan bahaya.

"Pasti, Ibra. Tapi, kamu tenang saja. Kami akan baik-baik saja."

"Tidak! Raja sudah tau akan keberadaan Abel. Aku takut dia berulah, dan membuat hal gila lagi pada Abel, Arum."Bantah Ibra khawatir.

Arum menghela nafas panjang. Jari-jarinya yang lentik, dan lembut mengelus sayang kedua bahu tegap suaminya. Memberi kenyamanan, dan ketenangan agar suaminya tidak begitu takut, dan khawatir lagi akan Abel.

"Dia sudah pulang, Jony' kan yang mengatakan kalau Raja sudah pulang sedari kamu mengusirnya tadi. Bahkan mobil Raja melaju jauh, dan Jony mengikuti mobil Raja, dan Raja pulang ke rumahnya di Selong. "Arum menatap dalam mata suaminya agar Ibra tidak khawatir lagi.

"Oke. Tapi, ingat. Telpon aku kalau ada apa-apa."Desis Ibra tegas.

"Pasti. Alex merengek ingin pulang. Kamu jemput dia ya di asrama. Mumpung libur, walau satu hari. Aku merindukannya."

Ibra mengangguk, ia juga sudah sangat rindu pada Alex. Hampir satu bulan, mereka tidak bertemu dengan anak laki-laki satu-satunya itu.

"Aku pergi, doakan, semoga pekerjaan aku lancar hari ini, aku mencintaimu. Cup."Ucap Ibra lembut, dan memberi ciuman hangat penuh cintanya untuk Arum.

Arum mengangguk, dan membalas lirih ucapan cinta suaminya. Lalu, Ibra pergi, melangkah dengan berat hati menuju mobilnya untuk menuju kantornya yang sedang sedikit mengalami masalah saat-saat ini.

Arum menetap lurus kearah mobil Ibra sampai mobil itu hilang dari pandangannya, dan gerbang rumahnya yang besar sudah di tutup kembali.

Arum berniat masuk cepat ke dalam rumahnya untuk menemui, dan melihat Abel, Abel sangat kebingungan tadi. Dan, Arum akan menjelaskan sejelas-jelasnya pada Abel tentang siapa Raja sebenarnya.

Tapi...suara itu...

BRUKK!

membuat Arum membalikkan tubuhnya, dan, dalam seketika, kedua mata wanita itu terlihat melebar kaget.

"Raja..."lirih Arum tak percaya.

Manik abunya melirik kearah pohon mangga besar yang berada di depannya.

Raja loncat dari atas pohon itu'kan tadi?

"Ya ini aku, Arum."Jawab Raja santai.

Ibra yang bodoh! Raja menjegat orang asing di depan sana tadi, memberi perintah dengan upah yang mahal agar mau membawa mobilnya ke tempat yang ia suruh, sedang ia menunggu manis di atas pohon mangga, duduk bertopang dagu dengan kedua kaki yang mengayun ke bawah, mengejek Ibra yang tengah khawatir di bawah kakinya..hahaha menunggu keberangkatan Ibra ke kantornya...lalu...boom, ia akan memasuki rumah itu lagi, rumah yang menampung milik mutlaknya.

"Ibra yang bodoh."ejek Raja pelan.

Kakinya yang panjang, melangkah lebar menuju Arum sambil menepuk-nepuk tangannya yang sedikit kotor karena menimpa tanah. Bayangkan saja, ia baru saja meloncat dari atas pohon dengan ketinggian hampir tiga meter.

Tidak ada rasa sakit yang di rasakannya, lagi, ini semua untuk, dan demi Abelnya.

"Huh, ku mohon, percaya lah padaku. Aku tidak mungkin melukai berlian hatiku."

"Tapi...kalau kau tidak percaya. Aku akan tetap memaksa. "Desah Raja dengan seringai khasnya, membuat Arum bergidik ngeri di tempatnya.

"Raja..."Panggil Arum pelan sambil menunjuk kearah jidat laki-laki itu.

"Apa?"

"Ada semut di keningmu."bisik Arum pelan sekali.

Raja mengangguk tak acuh.

Benat saja, bukan satu semut besar, tapi dua semut sekaligus, tengah menggigit, dan mungkin menghisap darahnya di sana.

Arum meringis, pasti sakit, dan gatal.

Dengan santai, Raja menarik kedua semut nakal itu yang menempel kuat di kulitnya.

"Ahhg..."desah Raja pelan. Setelah kedua semut itu melepas kulitnya dari mulut tajamnya.

Arum membuang tatapannya keaarah lain.

Sialan! Laki-laki di depannya ini sangat sialan! Mesum laknat!

"Sakit yang di berikan kedua semut ini, tidak ada apa-apanya, Arum!"desis Raja dingin.

"Kau tau!"

"Jiwa...bahkan ragaku terenggut dari tubuhku, di saat dengan kejamnya kalian merenggut, dan menjauhkan Abel dari sisiku."

"Kalian manusia ingkar!" DESIS RAJA DINGIN PENUH AMARAH. TERLIHAT JELAS DARI KEDUA SINAR MATA LAKI-LAKI ITU YANG MENAMPILKAN SINAR MARAH, KECEWA, DAN TERLUKA YANG TERAMAT BESAR DI SANA.

Arum tercekat mendengarnya.

"Minggir! Aku ingin melepas rindu dengan Abelku. Sebelum aku membawanya kembali di rumahnya."

"Rumahnya yang sebenarnya,"desis Raja dengan tawa sintingnya yang menyeramkan.

Dalam sekejap, kedua sinar matanya juga berubah menjadi sinar mata yang menampilkan semangat, dan bahagia yang besar.

Oh....Tuhan ...terimah kasih...akhirnya, ia dapat melihat paras anaknya lagi, mendekapnya, bahkan...ah, melakukan hal yang lebih dari itu.

Dan, kalian pasti tau, apa maksud Raja yang terakhir. Hahaha...

Tbc!

1700 followers, up guys...

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang