19

17.6K 1.1K 30
                                    

Arum menghembuskan nafasnya panjang, kepalanya menggeleng keras melihat kearah Raja yang terlihat terlelap begitu damai di atas sofa.

Yang membuat Arum menggelengkan kepalanya saat ini, lihat saja, Raja di atas sofa sempit itu. Membaringkan seorang wanita yang memiliki berat badan yang lumayan di atas tubuh tanpa bajunya, dan wanita itu adalah anaknya Abel.

Mata Arum melotot lebar, melihat tangan Raja yang nakal. Sialan memang si Raja, di saat tertidur'pun laki-laki itu modus pada tubuh anaknya, ah tidak masalah. Abel masih isteri sah Raja. Raja selalu mengirim nafkah materi untuk Abel lewatnya setiap bulan,  kecuali nafkah batin yang tidak bisa Raja berikan selama lima tahun terlewat, karena keberdaan Abel yang tidak ia ketahui.

Arum yang masih berda di ambang pintu, melirik gemas kearah jam yang melingkar indah di pergelangan tangannya, jam 9  pagi, dan Abel, dan Raja terlihat sangat nyenyak di sana.

Dengan dada yang mulai terasa sesak, Arum menuntup pintu ruangan Aji pelan.

Kakinya melangkah pelan menuju kursi tunggal yang berada di samping ranjang cucunya.

Untung saja Ibra sudah tidak ada di tempat tidur, dan rumah di saat ia mengangkat panggilan Raja yang mengabarkan kalau Abel berada bersamanya, dan Aji cucunya masuk rumah sakit.

Percayalah, kalau ada Ibra di rumah tadi, Arum tidak akan mungkin ada di sini, untuk menjenguk cucunya, dan memastikan keberadaan anaknya Abel.

"Kamu mirip sekali dengan wajah papamu, nenek dengar dari cerita Hans, kamu memiliki sifat persis papamu juga, ya, Sayang?"Kata Arum lembut.

Tangan halus, dan lentiknya  mengelus sayang penuh kasih kening cucunya. Ah, sedikit menggelikkan. Tak pernah sedikit'pun terbesit di pikiran Arum kalau ia akan memiliki cucu di umur yang masih sangat muda, 38 tahun, dan usia cucunya saat ini empat tahun lebih. Hebat sekali, Raja. Sumpah, dulu Arum berniat memotong diam-diam alat intim  Raja, karena sudah berani menodai Abel, andai ia saat itu tidak melihat betapa terpukulnya Raja, dan menyesalnya laki-laki itu karena telah menodai anaknya walau Abel adalah isterinya, ingat Abel bahkan masih usia belia, dan harus melahirkan juga. Arum dengan berat hati menerima permintaan maaf Raja, Raja juga melakukan hal itu karena di jebak oleh rekan kerjanya, Raja yang terlalu cinta anaknya, dan tidak ingin zina serta melakukan hubungan badan dengan wanita lain, membuat hati Arum tersentuh. Arum dapat melihat betapa besar sekali rasa cinta yang di miliki oleh Raja untuk anaknya,  dan Abel sangat beruntung bisa memiliki Raja. Arum adalah ibu kandung Abel, dan firasat Arum sebagai orang ibu sangat yakin kalau Raja adalah laki-laki terbaik untuk anaknya, terlepas dari jarak umur mereka yang sangat jaun.

Cinta tidak memandang usia, wajah, status, apapun itu kalau dalam hatimu benar mencintainya dengan tulus, dan Raja terlihat sangat tulus mencintai anaknya Abel.

"Tapi, nenek nggak suka, Ji. Nggak suka Aji puyna sifat mesum kayak papamu. Nggak boleh juga jadi ped*** nanti. Cukup papamu saja yang gila."Bisik Arum serius.

Ah, wajah cucunya sangat tampan. Tapi sayang, Arum tidak bisa melihat cucunya setiap saat. Ibra, ya laki-laki itu bahkan benci pada cucunya sendiri. Karena Aji, masa depan Abel hancur. Abel hampir meregang nyawa pada saat melahirkan dulu,   padahal itu semua sudah di gariskan oleh Tuhan menurut Arum.

"Tenang, kamu, mama, dan papamu akan segera bersatu. Nenek yang akan melakukannya, nenek akan melawan kakekmu, Sayang. Dua kali jentik jari, mamamu akan mengingatmu, mengingat papamu juga. Kamu cepat sembuh, setelah kamu sembuh, semuanya akan berbeda, dan indah."Bisik Arum dengan senyum lembutnya.

Ya, Arum telah memutuskan sesuatu yang besar untuk hidup anak, cucu, dan menantunya. Aih, geli sekali sih, perut Arum mules mengingat Raja adalah menantunya.

Cup....

Srelep....

Arum menahan nafasnya kuat mendengar suara ciuman, dan suara aneh yang baru saja ia dengar barusan.

Jantung Arum berdetak cepat, dengan tangan yang mengepal erat menahan geram, dan gemas, Arum membalikkan badannya kearah sofa, dimana ada Raja, dan Abel di sana.

"Hentikkan jilatanmu, Raja! Atau lidahmu yang mesum, dan kurang ajar itu aku gunting!"desis Arum kesal.

Kapan menantu tuanya itu bangun?

Sedang Raja, laki-laki itu terlihat kaget, lidahnya yang panjang menjulur kaku di depan pipi Abel.

"Susah sekali, sih. Mau celup sedikit terganggu. Tadi, Aji. Sekarang kamu. Oh Tuhan...sial!"Gumam Raja kesal.

22-09-2019-23:12

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang