21

19K 1.3K 59
                                    

Seminggu berlalu, Abel masih betah menatap lama pada wajah Aji. Memberi usapan lembut, menepuk pelan pantatnya, dan mendekap tubuh mungil bocah berusia empat tahun itu erat, seakan tak rela, dan takut apabila Aji hilang dari dekapan, dan jangkauannya.

"Maaf."Bisik Abel lirih.

Manik abunya menatap dengan tatapan yang menyiratkan perasaan sesal yang teramat dalam pada wajah lelap Aji. Abel melupakan anaknya, tidak mengasuh, dan yang membuat Abel merasa sangat bersalah, dan menyesal, Abel bahkan tidak memberi asi setetes'pun untuk Aji dulu.

Tidak! Bukannya Abel tidak ingin.

Abel sudah mengingat semuanya. Mengingat Om Raja. Ah, laki-laki dewasa yang memiliki rupawan yang tampan itu adalah papa angkatnya dulu.

Satu lagi, Abel tidak akan lupa. Kejadian itu. Di saat siang hari yang sangat melelahkan, dan terasa sangat panas walau Ac sudah menyala dengan sempurna, Abel tetap merasa gerah, dan kelelahan sepulang sekolah. Membuat ia terkapar pasrah di atas ranjangnya yang besar dengan pakaian yang tidak pantas, hanya  selembar celana kain tipis sebatas paha, dan tubuh bagian atas yang hanya di lindungi oleh selembar pelindung kedua payudaranya. Tapi, ia berada dalam wilayahnya, mungkin nasib sial, dan memang sudah nasib, dan takdirnya dulu.

Masih teringat jelas di pikiran Abel...

Abel baru saja terlelap beberapa menit, tiba-tiba ranjang terasa melesak, dan dalam sekejap tubuhnya yang sangat lelah seperti di timpa oleh sesuatu yang besar, dan berat.

Dan benar saja, setelah kedua matanya yang terasa berat terbuka malas, Abel memekik kaget, dan hendak berteriak di bawah kukungan tubuh besar papa angkatnya, tapi...terlambat. Bibir tebal berwarna coklat itu lebih dulu memagut, menghisap, dan memaikannya dengan ahli, mengekspolitasi bagian luar, dan dalam mulutnya, membuat Abel yang tak berdaya sebelumnya, semakin tak berdaya dengan nafas pendek-pendek karena kehabisan nafas. Papanya menciumnya dengan durasi yang lama, tak memberi kesempatan untuk Abel berteriak, dan mendorong tubuh kekarnya yang besar.

Papanya menciumnya lapar, meremas semua anggota tubuhnya yang bisa di remasnya, menggigit, menghisap habis lehernya. Abel sudah menangis meraung, tapi papa angkatnya tetap tidak sadar, dulu. Hanya rintihan sakit, dan nikmat secara bersamaan yang mampu Abel tangkap suara papanya.

Tapi, suara parau, tersiksa, dan terdengar sangat sakit dari mulut papanya, entah setan apa yang membuat Abel yang saat itu baru berusia ** belas tahun, mengangguk lembut walau dengan air mata yang masih mengalir deras membasahi wajahnya. Abel seakan di hipnotis. Abel sedikit tau tentang apa yang lakukan oleh papanya padanya. Karena Raja sudah mengajarkan  s*x education padanya dulu. Untuk menjaga-jaga, dan wajib kamu ketahui agar kamu bisa melindungi dirimu. Begitu kira-kira kata papanya saat ia bahkan masih berusia 9 tahun. Tapi, malah papanya sendiri yang ah, lupakan itu. Abel menggeleng kecil.

"Maaf, Aji. Mama tidak sengaja melupakan kamu. Kehadiran kamu sangat mama tunggu dulu. Tapi, dengan kejamnya, malah takdir berkata lain. Mama melupakanmu, Ji."Bisik Abel lirih.

Matanya terasa panas, dan air mata telah mengumpul begitu cepat di pelupuk matanya, dan siap tumpah apabila ia mengerjap.

"Bahkan mama melupakan papamu juga. Papa mama juga. Maaf."bisik Abel menyesal.

Untung saja ia sudah ingat tentang masa lalunya sekarang. Ternyata ia di hipnotis. Memerintahkan otak, dan pikirannya untuk melupakan kejadian yang pernah dia lalui di masa lalu, bahkan namanya juga Abel lupa dulu. Mama, Papa, dan adiknya Alex membentuk Abel menjadi Abel yang baru, dan sedikit berbeda dengan ia yang dulu.

Dan dengan dua kali jentikkan jari, orang yang menghipnotis Abel. Berhasil membuat Abel tersadar, dan langsung mengingat kejadian demi kejadian yang ia lupakan lima tahun terlewat ini.

Abel di hipnotis setelah ia melahirkan anaknya, Aji. Abel dulu menerima kehamilan karena papa angkatnya dulu dengan lapang hati, dan ikhlas. Ini mungkin sudah garis takdirnya, ia tau ia naif. Papanya baik, lembut, perhatian, tampan, dan kaya. Papanya juga akan bertanggung jawab, dan akan lengsung menikahinya setelah ia sadar akan kelakuannya. Ah, papanya nggak sepenuhnya kehilangan kesadaran dulu.

Abel masih mengingatnya jelas. Papanya memasukinya dengan lembut. Walau ciumannya memang sedikit kasar, dan tergesa, tapi dengan murahannya Abel menyukaainya.

Tapi, papa kandungnya Ibra. Datang di saat yang tidak tepat. Tidak! Abel ingin sekali menghindari dari terkaman papanya, tapi papanya terlihat tersiksa dengan kedua bibir yang bergetar menggigil. Keringat membasahi wajah, dan seluruh tubuhnya.

Ibra, papanya datang untuk pertama kalinya berniat bertemu dengannya setelah ia tau kalau ia memiliki anak lain selain Alex dengan Arum, wanita yang sangat di cintainya.

Ibra, dan Arum melihat langsung bagaimana Raja menyentuh Abel dulu. Jelas Ibra murka, marah, dan kecewa pada Raja. Dan dengan tak tau malunya, ia bahkan mengambil paksa Abel dari Raja, padahal selama ini, Raja'lah yang merawat Abel. Menolak tegas niatan Raja yang ingin bertanggung jawab, walau sebenarnya ternyata Abel, dan Raja sudah menikah  gantung anaknya berusia *  tahun, dan baru Ibra ketahui dua minggu lalu dari Arum. Membuat Ibra sedikit menyerah walau masih nggak ikhlas, membiarkan Abel menginap di rumah Raja sudah hampir seminggu belakangan ini, mengingat ternyata anaknya, dan Raja sahabatnya sudah menikah.

Dan, berhasil, setelah Abel melahirkan Ibra langsung melakukan aksi jahatnya, memisahkan anak dengan ibunya, dan memisahkan seorang isteri dari suaminya.

Ibra dengan kejam, langsung menyerahkan  Aji ke dalam dekapan Raja setelah ia berahsil menghipnotis Abel dengan orang yang ia bayar mahal lalu Ibra asingkan, membuat Raja yang licik, dan cerdik kewalahan mencari Abel.

Ibra bahkan tidak sudi memandang wajah cucunya dulu, karena Raja, dan cucunya itu, masa depan Abel hancur.

"Jangan melamun,"bisik suara itu lembut,  membuat Abel tersentak kaget dari baringannya yang masih setia memeluk erat Aji anaknya.

Raja, laki-laki itu sedari tadi menatap dalam diam kearah sang isteri yang menghujam anak mereka dengan tatapan sayang penuh cintanya.

Tapi, jujur saja...Raja sedikit, ah banyak tidak rela melihat Abel yang mendekap Aji begitu erat.

Kedua dada Abelnya jelas menempel dada rapuh, dan kecil anaknya. Pikiran Raja di situ sedikit terganggu. Dan saat ini, akan Raja suarakan isi hatinya selama seminggu ini.

"Aji terus yang di peluk, akunya kapan, Sayang?"Bisik Raja dengan seringai khasnya melihat daun telinga Abel yang sontak memerah karena ucapannya.

"Paaa...jangan mesum."Abel menepis tangan Raja yang berniat ingin jatuh di kedua bibir merahnya.

Tapi, percuma, di situ di larang Abel sentuh, tangan nakalnya akan beralih kearah bagian lain tubuh Abelnya. Membuat Abel jengah di buatnya.

"Papa..."Bisik Abel tertahan.

Abel terlihat menahan nafasnya kuat, matanya membulat, di saat pantat, dan bokongnya seperti ada yang menusuk, dan menggesek di belakang sana.

"Mens kamu udah selesai?"

"Tolong, katakan kalau mens sialanmu itu sudah selesai?!"Desis Raja kesal, melihat kepala Abel yang mengangguk pelan.

"Sial! Aku mau servis 24 jam kalau udah selesai. Demi Tuhan, Sayang. Umur aku udah 38 tahun, dan baru sekali aku memasukimu, aku takut milikku sudah berkarat di bawah  sana."Di awal ucapannya, Raja mengucap dengan nada menggebu, dan akhir ucapannya, laki-laki itu berucap pelan.

Hiihhh, angker. Semoga saja miliknya nggak berkarat. Raja masih ingin memiliki 9 anak lagi. Raja sadar umur. Abel masih sangat muda,  ia sudah dewasa memasuki tua, mungkin. Sepuluh anaknya akan menghadang Abel untuk menikah lagi, misal, ya. Ia di panggil Tuhan mneghadapnya terlebih dahulu di banding Abelnya. Umur nggak ada yang tau, dan Raja sungguh tidak rela apabila  kalau ia mati, Abel akan bersama orang lain. Tidak, cukup Abel isterinya, dan cukup ia suami Abel. Agar mereka bisa dengan mudah berjodoh lagi di alam lain nantinya, karena cinta mereka  abadi sampai mati. Dan semoga saja, ia saja yang di panggil Tuhan terlebih dahulu nantinya, bukan Abel.

Deg

"Kenapa aku tiba-tiba pikir tentang kematian?"Gumam Raja pelan dengan jantung yang  sudah berdebar dengan kencang di dalam sana. Rasa resah, dan was-was seketika melanda telak dirinya juga.

Hayoloh, Raja kenapa?😂

24-09-2019-22:32

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang