22

18.6K 1.2K 31
                                    

"Abel...."Ucap Raja parau.

Abel yang masih mengelon Aji, pura-pura tidak mendengar panggilan dengan nada yang membuat Abel, ah takut dari mulut papanya, ah suaminya. Mengingat papanya adalah suaminya, membuat Abel merasa mual di perutnya. Ada perasaan bahagia meletup di dalam hatinya, tapi...Ah, masih sangat sulit untuk Abel percayai juga, semuanya terlalu cepat, menurut Abel.

"Pindah kamar, Sayang."bisik Raja lagi tepat di depan telinga Abel. Membuat Abel sontak  menegang, tangannya yang memeluk sayang tubuh anaknya terlepas.

Abel tak kuasa, menahan rasa geli, dan panas di saat lidah basah, dan panas suaminya, menjilat, dan menusuk lubang telinganya lembut.

Tak di situ saja, bahkan rambutnya juga ikut menjadi sarapan suaminya. Rambut hitam lebatnya di gigit gemas oleh suaminya,  bahkan di masukan oleh laki-laki itu ke dalam mulutnya. Harum stroberry menguar begitu kuat dari rambutnya membuat seorang Rajata mabuk kepayang, dan ingin melahap habis rambut Abel, isterinya, tapi di tahan sebisa mungkin oleh laki-laki itu.

"Jangan mesum, Pa. Ada Aji."Bisik Abel terengah.

Sialan papanya! Tanpa di sadari Abel, tangan hangat, dan besar papanya sudah berada di dalam kaosnya. Merambat begitu menyiksa menuju kedua bukit kembarnya.

"Makanya, ayo pindah kamar."Decak Raja.

Di saat dengan kurang ajarnya Abel mengeluarkan paksa tangannya yang keenakan di dalam sana.

"Emang kita mau apa, Pa?"Tanya Abel polos.

Membuat Raja berdecak kesal.

"Tau, ah. Gelap, Bel. Diam, kita pindah kamar!"Kesal Raja.

Laki-laki itu bangkit pelan-pelan dari ranjangnya, takut anaknya Aji akan bangun.

Ritual malam keduanya bisa gagal kalau Aji bangun. Bayangkan saja, selama seminggu ini, Abel di eksploitasi oleh Aji anaknya.

Menyebalkan! Bayangkan saja, di saat tangannya ingin merambat modus menggeranyi, dan meremas enak gunubg  Abel. Lebih dulu tangan Aji yang berada di sana. Raja kalah telak, wajar gak sih anak empat taun masih megang nete? Nggak cuman susu Abel si yang di pegang Aji. Kedua susu dia juga bahkan di mainkan oleh anaknya setiap saat mereka tidur.

"Kenapa pindah kamar? Buat apa?"Sumpah, Abel masih polos. Nggak tau alasan papanya mau mindah kamar. Manik abunya yang jernih menatap polos wajah memerah Raja yang kesal sekaligus menahan gairah.

"Ngadon anak."Datar Raja.

Lalu laki-laki itu beranjak meninggalkan Abel yang melongo.

Sial! Semakin tua, aku kok suka ngambek?

****

Arum menatap penuh tanya pada suaminya. Wajah suaminya terlihat gelisah, dan was-was. Apa ada sesuatu yang terjadi dengan suaminya?

Arum mempercepat langkahnya, dengan sebuah nampan yang berisi teh hangat suaminya.

Suaminya juga terlihat sering melamun, dan diam belakangan ini, hampir seminggu penuh ini lebih tepatnya.

"Mas, ini minumannya. Langsung di minum. Hangatnya pas."Ucap Arum sedikit keras, melihat sang suami yang tidak menyadari kedatangannya. Dan meletakkan secangkir kopi hangat di atas meja.

Ibra, laki-laki itu sedikit tersentak mendengar ucapan dengan sedikit nada  keras dari Arum, dan dentingan cangkir dengan meja kaca.

Ibra menghela nafasnya panjang, dan memberi senyum tipis yang terlihat di paksakan di kedua bibirnya yang keliatan kering.

Arum semakin menatap penuh curiga kearah suaminya.

"Kamu kenapa? Kayak orang yang punya banyak masalah. Akhir-akhir ini kamu aneh, dan juga banyak diam, Mas."Ucap Arum lembut.

"Aku mohon, kalau kamu punya masalah, jangan di pendam. Tolong, berbagi'lah sama aku. Jangan simpan, dan pendam sendiri, please."Ucap Arum dengan nada memelasnya.

Cukup satu kali Ibra pernah menyimpan rahasia besar yang membuat Arum kecewa dulu. Laki-laki itu, ah, suaminya. Secara diam-diam tanpa memberitahu dirinya ternyata membantu Risa, mantan isterinya dulu. Memberi pinjaman rumah mereka yang kosong di Desa. Memberi uang tiap bulannya, bahkan nama Ibra di gunakan oleh Risa untuk mendaftar anaknya sekolah. Itu adalah hal yang sangat besar menurut Arum. Tapi, Ibra melakukannya tanpa meminta persetujuan ia sedikit'pun. Arum tau Risa menderita karena suami barunya, tapi seharusnya perempuan itu sedikit merenung, meminjam nama suami orang walau mantan suaminya untuk anaknya dengan laki-laki lain, Arum kurang setuju, dan akan keberatan. Andai Risa sudah tiada, mungkin dengan ikhlas hati Arum memberi nama suaminya bahkan nama ia untuk anak Risa bahkan mengadopsinya. Ah, lupakan. Terlalu panjang untuk di ceritakan kalau mengingat cerita masa lalu.

Tapi, dengan lapang hati, Arum tetap memaafkan suaminya, walau rasa kecewa itu masih sedikit tertancap di dalam hati kecilnya di dalam sana.

"Kan, kamu diam aja. Bahkan pertanyaan dengan nada khawatir aku, kamu nggak jawab, Mas."Ucap Arum pelan.

"Tolong, jangan buat aku kecewa sekali lagi kayak  dulu. Aku bukan malaikat, Mas. Aku hanya manusia biasa."

"Datang'lah ke kamar kita kalau mas sudi membagi masalah Mas dengan diriku, isterimu."Ucap Arum dengan nada bergetarnya.

Bagaimana tidak, suaminya yang biasanya selalu meminta jatah setiap malam, semunggu belakangan ini bahkan tak memintanya sekali'pun. Tidak! Arum nggak haus sex, ia hanya bingung dengan perubahan suaminya selama seminggu belakangan ini.

Arum tanpa kata lagi, beranjak dari dudukkannya, meninggalkan Ibrq yang masih diam tanpa sepatah kata lagi.

Alex mengepalkan tangannya melihat, dan mendengar interaski mama, dan palanya sedari tadi. Ia mengintip diam-diam. Dan Alex sungguh geram, melihat sang mama yang terlihat kecewa, dan penasaran akan perilaku papanya yang sedikit aneh belakangan ini.

Bagaimana tidak aneh, Alex selalu meneror, dan mendesak papanya agar segera membongkar kejahatannya, dan rahasia besar yang laki-laki itu simpan.

Kasian, banyak orang yang tersakiti kalau rahasia itu masih di simpan papanya. Alex memang sedih, tapi Kak Abel, Mamanya'lah yang paling sedih, dan kecewa, mungkin? Ah, belum lagi ----" Ah, lupakan, Alex berjalan tergesa menuju papanya yang duduk gusar di sofa yang berada di ruang keluarga.

"Semakin papa menudanya, semakin mama menjauh dari papa, dan kebingungan akan sikap papa akhir-akhir ini."Ucap Alex dengan nada tenangnya.

"Kalau Papa nggak mau di tinggalkan, Mama. Ayok, kejar Mama di kamar."

"Kalau bisa, ceritakan apa yang membuat papa sedikit berubah belakangan ini."

"Lebih baik mama tau dari papa, dari pada mama tau dari orang lain.  Perbuatan papa sangat'lah...ah, sudahlah. Alex pamit mau main."Ucap Alex menggebu.

Tanpa sopan santun, anak yang berusia 15 belas tahun itu beranjak begitu saja meninggalkan sang papa.

Amarah untuk sang papa karena telah mengecewakan Arum tentang Risa, mantan mama tirinya masih menempel kuat di hati Alex hingga saat ini.

THANK U

25-09-2019-23:14

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang