18

18.3K 1.1K 32
                                    

Raja melangkah dengan langkah tenang kearah Abel yang terduduk tak nyaman di sebuah sofa panjang yang berada dalam ruangan perawatan Aji. Nggak tangung-tanggung, Raja memilih kamar VIP nomor satu yang di sediakan oleh rumah sakit swasta paling terkenal di kota ini.

Padahal keadaan Aji tidak terlalu parah. Bahkan Aji sudah di perbolehkan pulang oleh dokter, tapi Raja kekeuh agar Aji di rawat sampai sembuh total. Dan, lihat'lah, sekarang anaknya telah terlelap di atas ranjangnya yang lumayan besar itu dengan nyaman.

Raja mengusap lembut kening anaknya Aji, lalu memberi ciuman lembut penuh kasih pada kening anaknya yang sangat lelap saat ini.

Raja sudah nggak tahan, ia ingin berbicara sambil mendekap Abelnya di sini.

"Bell..."bisik Raja lembut.

Tatapan matanya yang panik tadi, kini telah berubah menjadi tatapan lembut yang di hujam oleh laki-laki untuk Abel. Membuat Abel gugup setengah mati, dan jantungnya memompa dengan cepat di dalam sana hampir copot.

Abel menundukkan kepalanya semakin dalam, di saat Raja telah berdiri menjulang tepat di depannya.

Dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya, dengan lembut tangan kekar Raja membingkai lembut dagu Abel, mengangkatnya lembut agar keduanya saling menatap satu sama lain.

"Jangan gugup, Sayang. Aku nggak akan menyakitimu."Bisik Raja lembut.

Tak mendapat sahutan dari Abel, Raja mendudukan pelan dirinya di atas sofa tepat di samping Abel.

"Jangan dekat-dekat duduknya."pekik Abel tertahan.

"Kenapa? Bahkan aku akan melakukan hal yang lebih padamu saat ini, bukan hanya sekedar duduk seperti orang bodoh tanpa melakukan hal-hal yang membuat seorang laki-laki senang, dan puas."Bisik Raja lembut, tapi demi Tuhan, kedua bibirnya yang coklat tebal, terlihat menyeramkan di mata Abel saat ini.

Kedua bibir itu menampilkan ciri-ciri seseorang yang akan melakukan hal mesum sebentar lagi, dan matanya, persis om-om hidung belang yang sesekali Abel lihat di film yang ia tonton apabila ada adegan om'om hidung belang yang melakukan pele*ahan pada perempuan seksi.

"Jangan melechakanku,"Desis Abel tertahan.

Jantungnya berdebar menggila di dalam sana, ingin sekali Abel berteriak, tapi tidak mungkin di lakukannya, ada anak om itu yang tengah berbaring lemah di atas ranjang pesakitannya.

"Huh!"Raja menghembuskan nafasnya panjang, membuat Abel mau tak mau menutup matanya rapat dalam beberapa detik, hembusan nafas panjang Raja menerpa telak wajah samping kirinya.

"Arrrg!"Abel memekik kaget di saat tanpa aba-aba Raja menarik tubuhnya, lalu dengan mudah Raja mendudukan tubuhnya yang lumayan berisi di atas perut kekar laki-laki itu. Oh, Tuhan...Abel menduduki perut seorang laki-laki, bahkan tubuh bagian atas tubuh laki-laki yang tengah ia kakangi sekarang ini, tidak memakai baju, dia bertelajang dada.

"Jangan gerak-gerak. Nanti aku akan menyuntikmu, Bel."Ucap Raja parau.

Abel mengernyitkan keningnya bingung, suntik? Ia tidak sakit.

Raja tersenyum lebar, melihat Abel yang berpikir keras untuk mencerna ucapannya barusan.

"Ahhh.."Leguh Abel keras.

Membuat Raja tersenyum lebar.

Abel menatap Raja marah, sialan laki-laki tua di depannya ini. Mata Abel dalam sekejap telah berkaca-kaca, hatinya sakit, dan sedih di dalam sana.

Miliknya, pusat intinya di belai halus  bahkan di remas dengan kurang ajar oleh om mesum yang tengah mengurung kuat tubuhnya saat ini.

"Itu, itumu yang akan aku suntik, biar Aji ada adiknya."Ucap Raja pelan.

Huh

Sekali lagi, Raja menghembuskan nafasnya panjang. Hatinya perih di dalam sana. Abelnya menahan tangisnya saat ini.

Apakah ia keterlaluan? Apakah ia terlalu terburu-buru? Tapi, demi apapun, umurnya sudah 38 tahun. Raja sudah tidak tahan. Raja ingin memiliki Abel utuh, dan membuat Abel balas mencintainya juga saat ini.

"Aku mau pulang," bisik Abel pelan. Abel mencoba lepas dari Raja, tapi sayang, kali ini, malah Raja telah membaringkan tubuhnya tepat di atas tubuhnya. Membuat jarak wajah keduanya sangat dekat, membuat Abel menahan nafasnya sekuat mungkin.

"Tidak, kamu tidak boleh pulang. Aku rumahmu. Sedikit'pun tidak akan aku biarkan kamu meninggalkan kami lagi, Sayang. Tidak akan!"geram Raja tertahan.

"Tolong, dengarkan baik-baik ucapanku, dan jawab dengan jujur pertanyaanku."Ucap Raja serius dengan kedua tangannya yang bekerja lihai, yang satu mengelus puncak kepala Abel,  yang satu lainnya mendekap erat tubuh Abel di atasnya, menekannya kuat, membuat kedua bukit kembar Abel menempel telak di atas dada kerasnya, lembut, kenyal, dan ah menggelikan. Itu'lah di rasakan Raja saat ini, membuat sesuatu di bawah sana, menggeliat bangun tak tau malu dengan cepat, tapi Raja menahannya sebisa mungkin.

"Tipe pria yang kamu sukai saat ini, apakah sepertiku?"Tanya Raja harap-harap cemas.

Abel menatap bingung pada Raja. Pertanyaan yang aneh, dan nggak penting menurut Abel.

"Jawab.."titah Raja tegas.

Sontak membuat Abel menggeleng keras.

"Tidak, om terlalu tua. Wajah Om juga seram. Aku tidak suka."Ucap Abel polos, dan jujur.

Membuat Raja seketika bangkit dari rebahannya di sofa sempit itu, lalu menurunkan Abel sedikit kasar di atas tubuhnya.

"Maaf, saja. Walau aku bukan tipemu, tua, apalah itu. Kamu tetap akan terperangkap dalam sangkar emasku, Abel."

"Camkan itu!"geram Raja tertahan.

Raja ngambek. Demi Tuhan, Raja tidak rela, dan suka Abel menyebutnya tua.

21-09-3019-21:09

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang