14

21K 1.2K 55
                                    

"Kamu membawa perempuan itu kemari?"

Raja memutar kepalanya keasal suara, menatap tak suka, dan mengangguk kaku untuk menjawab pertanyaan perempuan tinggi semampai yang berada tepat di depannya saat ini.

"Namanya, Abel."Desis Raja tegas.

Raja tidak suka, Abelnya di perlakukan seperti itu oleh Yeni. Ingin sekali Raja membungkam mulut wanita di depannya ini, tapi, Raja tidak bisa.

Raja tidak mungkin, bukan? mengingkari janjinya terhadap dirinya sendiri akan keberadaan wanita itu di sekitarnya?

Yeni, wanita yang telah banyak membantu Raja, ah bukan, lebih tepatnya, Yeni adalah wanita yang telah menyelematkan hidup anaknya, Aji. Mungkin, tanpa sosok Yeni, Aji tidak akan berada di dunia ini sampai sekarang.

Asi yang di miliki oleh wanita itu dulu, membantu hidup Aji, dan lihat saja, sampai saat ini, wanita itu juga telah berperan banyak dalam membantu Raja untuk merawat Aji, hanya sedikit, ingat itu. Tapi, tetap saja, hati kecil Raja, mengatakan, tanpa Yeni, mungkin buah cintamya dengan Abel telah tiada dari dulu, membuat Raja, sampai saat ini, masih menampung Yeni, walau kadang, Raja kesal, dan marah karena ke-sok tahuan, dan kelancangan wanita itu terhadapnya.

"Kamu benar-benar sudah di sihir, dan di pelet oleh bocah itu, Raja. Sadar'lah! Jangan menjadi gila seperti ini. Masih banyak wanita lain di luar sana, bahkan lebih cantik, dan menggoda dari wanita itu."Ucap Yeni sinis.

Kedua matanya, menampilkan sinar benci yang begitu kentara untuk Abel.

Raja, melihat jelas, sinar ketidaksukaan yang di tampilkan Yeni di kedua matanya, dan Raja tidak peduli,  selagi wanita itu, tidak menganggu Abelnya.

"Hentikan omong kosongmu, wanita lain di luar sana, lebih indah telapak kaki Abelku. Selamat tidur."Gumam Raja angkuh, lalu membalikkan badanya santai berjalan meninggalkan Yeni, yang terlihat terpaku shock di tempatnya mendengar ucapan Raja yang merendahkan semua perempuan di luar sana, karena wanita kecil sialan itu!

"Sialan kau, Raja."Pekik Yeni marah.

Yeni tidak rela, Raja mengatakan hal tadi, Yeni cantik, dan Yeni tidak sudi, apabila wajahnya yang cantik, dan seksi di bandingi dengan telapak kaki menjijikkan bocah itu. Tidak akan pernah.

"Awas saja kau, bocah."Desis Yeni sinis, kedua tangannya terlihat mengepal erat di bawah sana.

Bibirnya yang merah menggoda, terlihat tersenyum misterius, dengan rona bahagia yang tercetak jelas di kedua sinar matanya, Yeni yakin, dan pada akhirnya nanti, dia'lah yang akan keluar menjadi seorang pemenang.

Lihat saja nanti!

****

Raja keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang telah segar, rambutnya basah, dan buliran air segar masih menetes  di rambutnya, jatuh membasahi punggung, dan keningnya.

Hanya selembar handuk yang menutupi tubuh kekar berototnya. Raja tidak ingin repot-repot memakai pakaiannya malam ini, ada tubuh hangat lembut yang akan menghangatinya malam ini.

Raja tersenyum senang, manik hitam kelamnya menatap berbinar kearah ranjang besarnya. Setelah sekian tahun, di dalam kamar yang sama, kasur yang sama, tubuh belahan jiwanya kembali berbaring di sana. Dengan pose menggoda yang membuat iman Raja berada di titik terendah, tau saja, bagaimana Abel lagi tidur, apapun yang melekat di tubuhnya selain pakaian tipis mini yang melekat di tubuhnya, tidak ada kain lain seperti selimut, perempuan muda itu akan merasa risih, dan berkeringat sepanjang tidurnya.

Maka, dengan baik hati juga, Raja menelanjangi tubuh Abel, ah salah, masih ada dua carik kain yang menempel di tubuh Abel, Cd sama pelindung pay*daranya.

"Bullshit, Bel! Kata orang bidadari langit itu cantik, itu hanya omong kosong semata, kamu yang paling cantik di dunia ini, maupun di langit. Tidak ada yang lain."Bisik Raja bangga, ya bangga, karena wanita muda yang telah menjadi seorang ibu untuk anaknya adalah wanita tercantik menurut pandangan Raja. Yang lain lewat, hanya telapak kaki Abel.

"Lihat'lah, umur-mu baru delapan belas tahun. Tapi..."Raja menggantung ucapannya.

Dengan sekali tarikan kasar, handuk putih yang menutupi bagian tengah tubuhnya teronggok dengan mengenaskan di atas lantai.

Kakinya yang panjang, dengan cepat berada di pinggir ranjang Abel.

Manik hitamnya yang kelam, melirik dengan senyum lirih kearah miliknya yang telah mengacung keras di bawah sana.

Raja menjongkok masih dengan senyum manis, penuh bahagia di wajahnya tepat di atas wajah Abel.

"Lihat'lah, kau hanya terbaring pasrah, tanpa melakukan apapun, milikku sudah bereaksi secepat ini."Bisik Raja frustasi.

Oh Tuhan, Demi seluruh dewa yang ada di langit , Raja teramat takut. Nanti, setelah ia meniduri Abel sekali lagi, ia akan menjadi maniak seks, Raja tidak ingin menyakiti Abel, tidak ingin membuat Abelnya kelelahan.

Huh

Raja menghembuskan nafasnya panjang, dengan tangan yang sedikit gemetar, Raja membawa tangannya pada payu*ara Abel. Menyentuhnya lembut, seakan itu adalah benda rapuh yang mudah pecah.

"Dadamu  besar, indah. Yang pastinya adalah barang ori. Kamu memang malaikatku."bisik Raja dengan seringai khasnya.

Telapak tangannya yang lebar,  dan kekar, meremas lembut kedua gunung kembar Abel secara bergantian, membuat Abel meleguh dalam tidur lelapnya

"Sudah cukup, Ja."Raja menghentikan remasan lembutnya.

Raja merangkak naik di atas ranjang pelan, memposisikan dirinya tepat di samping Abel. Membuang bantal yang menopang tubuh Abel, menggantinya dengan lengan kekarnya. Merapatkan tubuh Abel serapat mungkin dengan tubuhnya.

Perlahan tapi pasti, rasa hangat mulai menjalari tubuh Raja.

Cup

Raja mengecup lembut kening Abel.

"Malam pertama setelah lima tahun menyiksa, cukup begini saja malam ini. Mengukung tubuh hampir telanjangmu dengan tubuh kekar telanjang bulatku, Sayang. Aku mencintaimu sampai ingin mati rasanya."Bisik Raja lembut sambil mengelus paha Abel di bawah sana.

Matanya terasa berat, Raja lelah sangat lelah, bohong kalau keadaan ia sudah sangat stabil. Tapi, demi Abel, akan Raja lakukan walau ia sekalipun berada di ambang batas kematian.

"Terakhir,  mereka goblok, mereka'lah yang hina, aku bukan pedofil, kalau aku pedofil, semua anak-anak yang cantik akan aku sukai, nyatanya tidak, Sayang."

"Aku mencintaimu bagai orang gila. Mereka yang sok suci, menganggap aku melecehkanmu, nyatanya tidak. Aku adalah suami sah-mu. Selamat tidur." Ucap Raja sinis.

Bagaimana tidak, Raja geram, kisah ia, dan Abel di saat masa kecil Abel tergolong biasa saja, mengcup, mengucap kata possessive atas kepemilikkannya atas Abel, kata mereka yang sok suci, itu adalah hal yang menjijikkan. Biar'lah Tuhan yang membalas, yang penting Raja bukan'lah  seorang ped***. Titik!

TBC!

18-09-2019-22:02

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang