5

34K 1.5K 66
                                    

Abel, perempuan  yang berusia delapan belas tahun itu masih belum menyadari kehadiran Raja sedikit'pun dalam kamarnya.Tengah menatap tajam, dalam, dan seakan ingin melahapnya habis.

Demi apapun, dengan santainya, perempuan muda itu melepaskan satu persatu kain yang melekat di tubuhnya, berniat ingin mandi sebelum guru lesnya datang. Ya, sejak kelas dua SMP sampai kelas tiga SMA mendekati ujian saat ini, Abel menjalani homeschooling, walau anak itu sangat ingin belajar di sekolah mempunyai banyak teman, dan pengalaman yang menyenangkan.

Itu semua hanya angannya yang tak sampai, sampai saat ini. Entah apa alasan sang papa yang begitu melarangnya untuk sekolah konvesional.

Di luar banyak penjahat, kamu terlalu cantik, kamu terlalu baik, kamu anak orang kaya, parasmu membuat banyak orang ingin mendekatimu, dan papa nggak mau kamu mendapat perlakuan tak senonoh dari orang-orang di luar sana. Papar sang papa di saat Abel kekeh ingin sekolah konvesional. Alsan yang di paparkan papanya nggak masuk akal menurut Abel. Abel bisa menjaga diri, Abel juga punya pengawal pribadi, masih banyak yang lebih cantik, dan sempurna dari dirinya di luar sana, tapi mereka, ah, Abel sangat sedih, ia bagaikan tahanan dalam sebuah istana yang membosankan.

Tapi, seketika senyum lebar penuh kebahagiaan terbit begitu lebar di kedua bibir tipisnya yang merah.

Ujian sebentar lagi, dan Abel akan menjadi mahasiswa. Abel akan kuliah, memiliki banyak teman, dan bisa melihat dunia luar, ya, sebentar lagi.

Membuat Abel semangat mengikuti bimbingan belajar akhir-akhir ini. Karena papanya akan memberi ia kebebasan untuk memilih universitas yang ia inginkan, tapi harus tetap berada dalam kota Mataram, tak apa, yang penting Abel bisa melihat dunia luar, selain main di depan rumah, dan taman depan rumah sana.

"Aku harus mendapat nilai yang memuaskan."Gumam Abel dengan senyum lebarnya.

Nadanya terdengar penuh harap, karena Abel ingin membanggakan mama, dan papa serta adiknya Alex.

Tangannya yang lentik, dan dengan gerakan santai, dan perlahan, Abel melepaskan kaitan bra-nya dengan gampang.

Seorang laki-laki tinggi tegap yang berada di belakang Abel, menahan nafasnya kuat.

Kedua tangannya mengepal erat di bawah sana, bahkan urat-urat di lehernya terlihat menonjol keluar.

Jantungnya juga berdebar dengan gila-gilaan di dalam sana.

Glek! Glek!

Bahkan laki-laki yang tak lain adalah Raja, menelan ludahnya kasar. Melihat betapa sensual, dan menggoda sekali gerakan tangan Abel yang tengah membuka kaitan bra-nya.

Sialan! Abel  telah bertansformasi menjadi seorang Dewi yang memiliki paras cantik jelita, dan bentuk tubuh yang membuat Raja ah, bahkan Raja susah mendeskripsikan bagaimana indah, dan menawannya tubuh Abelnya.

Cukup, Raja sudah nggak tahan, Raja pensaran, seberapa besar benda favoritnya yang menggantung di ah, Raja sungguh malu menyebutkannya.

Raja menarik nafasnya panjang, lalu di hembuskan dengan perlahan oleh laki-laki itu.

"Abel..."bisiknya pelan sekali.

Ini saatnya, ucap batinnya yakin.

"Berbalik'lah, Sayang. Aku ingin melihat benda favoritku."bisiknya serak, kurang ajar, dan bajingan, bagi siapa saja yang mendengarnya, mungkin? Termasuk Abel. Haha

Deg

Abel, perempuan muda itu kaget setengah mati, tubuhnya reflek menoleh keasal suara.

Sekali lagi, Abel terkaget, tubuhnya yang hampir telanjang, ah bahkan telah telanjang hanya secarik kain yang menutup bagian tengah tubuhnya, menegang kaku melihat seorang laki-laki yang berada tepat di depannya, dan oh Tuhan...jarak laki-laki asing itu bahkan hanya satu meter dengan dirinya.

Laki-laki itu adalah orang yang telah kurang ajar terhadap mama, dan papanya tadi.

Seketika, Abel merasa kedua lututnya lemas. Wajahnya yang putih bersih memucat pias.

Dengan takut-takut, manik abunya yang menawan, melirik sekilas dengan wajah yang semakin pias kearah tubuh telanjangnya.

"PERGI!"Jerit Abel kuat di saat laki-laki dewasa itu melangkah dengan langakah lebar kearahnya.

"Tidak akan!"Ucap Raja tegas.

Dengan nafas yang memburu, Raja telah berdiri tepat di depan Abel. Jantungnya berdetak dengan gila di dalam sana.

Matanya yang tajam, dan dingin menelusuri dari ujung kaki hingga ujung kepala pada tubuh Abel, membuat Abel semakin bergetar takut di tempatnya. Telapak tangannya yang mungil berusaha menutupi kedua da**  yang tidak tertutup apa-apa.

"Indah...." bisik serak Raja.

Dengan seringai khasnya, Raja melempar tatapannya kearah kain segitiga yang menutupi pusat inti Abelnya. Oh astaga....CD-nya yang berwarna merah menyala sangat kontras dengan warna kulit Abelnya yang putih bersih.

Glek

Raja menelan ludahnya kasar. Tapi...sedetik kemudian, laki-laki itu terlihat menegang kaku di tempatnya, kedua matanya yang menampilkan sinar licik, penuh bahagia, kini terganti dengan sinar sendu, dan redup, seakan ada penyesalan yang dalam yang terdapat di kedua netra manik hitam kelam itu.

Bahkan, Kedua lutunya terasa lemas seketika. Raja...laki-laki itu tidak mampu memapah tubuhnya lagi, dengan kasar, laki-laki itu akhirnya jatuh terduduk di depan Abel yang mematung, wanita muda itu tadi sangat takut, tapi setelah melihat keanehan laki-laki asing di depannya yang tiba-tiba tumbang, membuat ia menatap penuh tanya pada Raja, dan rasa takut yang ia rasakan tadi seakan sudah hilang entah kemana.

Melihat laki-laki itu yang kini rapuh di bawah sana, hatinya terasa sedikit sesak di dalam sana. Ada apa dengannya?

"Maaf..."gumam Raja pelan.

Abel mengrnyitkan keningnya bingung.

Untuk apa?

"Maaf..."bisik Raja lagi serak.

Abel menahan nafasnya kuat, Oh tuhan....laki-laki asing di depannya ini, meletakkan tangannya di atas perut datarnya, tepat di bawah pusarnya.

Abel memejamkan matanya kuat menahan geli.

"Maaf. Cup!"

Abel membuka matanya cepat di saat ada bibir basah, dan panas yang menempel kuat, dan lama di perutnya.

Mata Abel melotot di saat ia melihat dengan pasti, bibir laki-laki asing di bawahnya ini, mencium tepat di bekas luka jahitan yang lumayan panjang di perutnya, tepat di bawah pusarnya.

Lagi, Abel merasa hatinya semakin sesak di dalam sana, sesak, dan sangat sakit sekali.

Apa yang terjadi dengan dirinya?

Rasanya Abel ingin menangis, dan meraung hebat saat ini.

Kejadian seperti ini, sepertinya, pernah ia rasakan.

Tapi bekas jahitan yang lumayan panjang itu, itu jahitan karena apa?

Mama, dan papa tidak pernah menjawabnya, membuat Abel merasa pensaran, dan semakin penasaran, kenapa laki-laki dewasa di depannya ini mencium bekas jahitan itu?

Apakah dia tau? Sisa jahitan apa itu?

Tbc!

Ebook Hot Uncle sudah ready di playbook. Bisa beli dan donlod di sana  

HOT UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang