Bagian 9

2.2K 101 1
                                    

" Itu Adit kan?"
" Kenapa dia datang dan kamu sembunyi disini?" Mbak Amel anak bungsu Bude menatap Erin menyelidik. Erin hanya mengangguk, kepalanya masih tertunduk.

"Erin, kami sudah dengar gosip antara kamu dengan Adit. Kami percaya ini cuma masalah kecil buat kamu. Mbak yakin kamu gak seperti yang dikatakan orang-orang itu"

"Sekarang cerita, apa tujuan Adit datang kemari?"
Erin masih enggan mengangkat wajahnya, mulutnya terkunci.
"Erin! Kamu mau kita disini sampai pagi?" Mbak Amel mulai geram.

Erin meremas ujung kerudungnya, wajahnya pias.
"Erin telepon Adit Mbak, Erin bilang...Erin minta dinikahi sama Adit"

"Astaghfirullahaladzim, Erin!"

Kali ini Mbak Amel tampak marah sekali, matanya membelalak, dadanya naik turun. Mas Wawan tersedak hingga terbatuk-batuk dan nyaris muntah. Hanya Bude yang masih nampak tenang meskipun keningnya berkerut banyak sekali.

"Erin istighfar!, kamu gak perlu selebay ini, emangnya apa yang sudah Adit lakukan ke kamu sampe kamu minta dinikahi? Atau kamu emang benar-benar hamil?"

Erin mengangkat wajahnya menatap Mbak Amel, sepertinya Mbak Amel siap menerkamnya.
"Nggak Mbak! Sumpah!, Adit gak ngapa-ngapain Erin, sengaja nyentuh pun gak pernah!"

"Terus kenapa?"

"Erin benci Mbak, Erin disalahkan, dilabrak istrinya, di maki, di gunjingkan! Nama Erin rusak, Erin dipermalukan" Erin menarik nafas dalam "Erin pikir, kenapa gak Erin lanjutkan saja seperti yang mereka bilang, Erin rebut Adit dari Utami!"

Kening Mbak Amel mengernyit
"Koq dangkal sekali pikiranmu? Kamu tahu kan PNS gak boleh beristri lebih dari satu? Kamu cuma bisa jadi istri  siri, gak ada status, gak ada hak terhadap Adit".
"Utami itu anak Sekda Rin, mudah baginya menyingkirkan kamu. Menghabisi kamu pun dia bisa! Mbak gak rela kalau nanti kamu menderita"

Mbak Amel mengusap wajah, Erin benar-benar mengecewakannya.

"Atau kamu...memang ingin dinikahi Adit?" Kali ini Mbak Amel berjongkok didepan Erin,memegang kedua bahunya.

"Kamu cinta sama Adit?"

Sungguh pertanyaan yang membuat dada Erin sesak, tak ada beda antara mengakui dan tak mengakui, sama-sama sulit.

Erin mengangguk, tangisnya pecah, Bude merengkuh gadis itu membiarkan ia menangis dalam pelukannya.

"Mundurlah Rin, urungkan niatmu, tidak akan bahagia rumah tangga yang di bangun di atas luka orang lain" ucap Mbak Amel seperti memohon.

Bude mengusap punggung Erin yang masih tergugu. "Kamu itu gadis baik, sholeha, kamu pantas dapat suami yang baik dengan cara yang baik" Bude merayu, tapi hati Erin masih berdenyut, cinta sudah terlanjur melekat kuat.



High Quality Pelakor ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang