Bagian 5. ( Test Pack )

2.8K 116 0
                                    

Ekspose projek Alun-alun Kota sukses dipaparkan oleh Erin dan kedua rekannya. Hanya sedikit masukan dan revisi yang tidak terlalu berpengaruh pada desain.

Tapi Erin terlihat tak se energik biasanya, wajahnya pucat dan sesekali meringis memegangi perutnya.
Selesai ekpose Kadis ingin bicara dengannya, sementara Randi dan Wahyu harus pergi lebih dulu untuk menyelesaikan projek lainnya.

Tubuh Erin yang sempoyongan memaksa Adit mengantarnya pulang, Erin tak bisa menolak.

Kondisi Erin makin memburuk, ia terus memegangi perutnya, sedikit merintih bibirnya kelam.

Adit tak pikir panjang diarahkannya mobil ke sebuah klinik, Erin menghambur keluar begitu mobil terparkir, terseok ke selokan dan muntah hingga tetes terakhir. Tubuhnya limbung nyaris ambruk kalau saja Adit tak cepat menangkapnya. Tidak satupun perempuan yang bersantai diluar saat pukul satu siang itu, tak ada pilihan Adit merengkuh tubuh Erin dan memapahnya masuk ke klinik, persetan dengan pandangan orang.

Pasien terakhir baru masuk, itu artinya menunggu. Didekapnya tubuh Erin yang tak sanggup meronta, puncak kepala gadis itu tepat di depan hidungnya. Jantung Adit gaduh menderu, ada rasa yang menggebu, biar saja Erin mendengarnya.

Berada tanpa sekat dengan gadis yang meracuninya membuat Adit kembang kempis, Libidonya naik sekian level disaat yang tidak tepat. Adit membuang pandangan pada ubin klinik mencoba mengatur nafas yang tersengal-sengal..ouwh..sial!! kemana hasrat ini akan dilampiaskan sedang ia hanya menginginkan perempuan dalam dekapannya?

Penantian berakhir, Adit memapah Erin, ia terpaksa membopong gadis itu ke ranjang periksa karena nyaris pingsan. Dokter memerintahkan perawatnya memberikan sebutir obat pereda nyeri, dan memeriksa tensinya.

"Sudah berapa hari muntah-muntahnya?"

"baru hari ini dok"

"Haidnya lancar?kapan terakhir?"

"Hah!" Adit melongo, ia melihat kearah Erin yang masih meringkuk.
Dokter perempuan empatpuluhlima tahunan itu menatap Adit dan kembali bertanya
"Sudah coba tes manual?"
"Hah!" apa lagi ini? Adit kembali terperangah
"Dia ada riwayat maag dok" Adit berusaha mengakhiri percakapan
konyol itu.

Setidaknya Erin kini lebih tenang karena obat dari bu dokter yang sok faham itu, kini menuju rumah Erin. Adit masih ingat kalimat dokter saat menulis resep obat untuk ditebusnya.

"Makan yang lembut seperti bubur, banyak minum air putih dan jangan makan makanan yang asam dan pedas"
"Besok pagi bangun tidur, cek urin pertamanya dengan test pack, nanti saya resepkan".
Segera Adit menyelipkan test pack itu kesaku celananya selesai menebus obat, khawatir Erin bertanya macam-macam saat dia sehat kelak.

Sambil mengemudi Adit melihat Erin disebelahnya kemudian terkikik geli hingga barisan giginya terlihat membayangkan Erin berjalan dengan perut buncit ulah perbuatannya.

Ya, test pack!
Adit tersadar dari ingatannya, iya menyibak kain di lemari, mencari celana yang ia pakai saat membawa Erin,
Kosong!
Bahkan celananya sudah di setrika.
kemana perginya test pack itu?
Atau..itulah yang menyebabkan mata Utami bengkak seperti habis menangis beberapa waktu lalu? Bahkan ia berangkat kerja tanpa sepatah katapun dan lupa mencium Tanisa.



High Quality Pelakor ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang