Mencintai dan dicintai.
Dua hal sederhana yang kerap dibicarakan. Sering kali juga disenandungkan melalui berbagai karya musik. Menjadi pemanis di setiap liriknya. Padahal rasa mencintai dan dicintai tidak selalu manis seperti itu.
Selayaknya manusia, kita pasti akan merasa. Atas berbagai rasa yang bisa dirasakan. Tapi, mungkin ada sesuatu yang benar. Baiknya, perasaan cukup dirasa saja, tanpa perlu dipikirkan.
Namun, nyatanya definisi rasa cinta pun abstrak. Menimbulkan berbagai tanya. Serta membangun adanya asa.
"Aku mencintaimu." Dua kata yang dengan mudahnya diucapkan oleh beberapa individu. Padahal, wujud cinta itu tidak pernah ada. Apalagi bisa untuk dirasa.
Bukan sebuah rahasia lagi kalau setiap manusia ingin dicintai.
Lalu, bagaimana dengan mencintai? Kalau ternyata dicintai hanya menjadi harapan tunggal. Melupakan dan meninggalkan harapan untuk mencintai.
Mungkin ini yang memunculkan adanya sebuah narasi tentang logika dan hati tidak mungkin bersatu.
Logikanya, mencintai dan dicintai.
Hatinya, hanya ingin dicintai.
•
Halo, teman-teman semua!
Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir dan bersinggah untuk membaca. Beberapa bagian—sepertinya hampir semuanya—yang sudah di-published, sementara aku unpublish dulu.Aku akan menulis ulang dari awal, semuanya. Lebih dalam dan semoga tetap sampai perasaan dari setiap tokoh di dalamnya.
Sementara, aku minta waktu untuk menyelesaikan 10 bab dari cerita yang sudah pernah aku bagikan sebelumnya.
Dan untuk sementara waktu, aku akan berbagi sedikit potongan melalui instagramku.
[ username: @giantara.a ]Itu aja yang bisa aku sampaikan untuk saat ini.
Denallie Tarani Kaisha dan Gasendra Nagata Aksa tidak sabar untuk bertemu kalian juga. Tentunya, bersama dengan Forever Boy-friend(s), Gyanindra Nayaka Putra dan Raditya Narendra Sajana.Sampai bertemu, setidaknya bulan depan.
With love,
G.