27

5.4K 177 4
                                    

Sudah seminggu Anes dan teman-temannya yang lain merasakan libur. Setelah dari Pulau kemarin Anes, Gino dan yang lain sengaja untuk tidak bertemu. Biar kangen katanya. Gimana engga? hampir setiap hari mereka lewati bersama-sama. Namun hari ini Anes sudah berjanji untuk pergi menemani Rasya cek apakah ia benar positif atau tidak.

"Assalamualaikum..." Ucap Rasya dari balik pintu ditemani Edo. Jarang sekali bahkan baru kali ini mereka berdua pergi satu mobil hanya berdua.

Melihat mereka Gino yang membukakan pintu apartmentnya langsung mempersilahkan dua temannya masuk dan menyuruh Rasya untuk langsung masuk ke kamar karna Anes sedang datang kontraksi dan mualnya.

"Langsung ke kamar mandi aja, Sya. Gue lagi lemes bat ni sorry ya." ucap Anes merasa tidak enak dengan sahabatnya itu. Seolah memahami Rasya langsung mengambil alat test kehamilan itu dan masuk kedalam toilet.

Beberapa menit berlalu dan Rasya keluar menunjukkan hasil tesnya. Anes sudah memasang muka cemas. Ia sebenarnya sudah tau dengan gejala yang Rasya rasakan karna sama persis dengan yang ia sudah lewati di awal kehamilan.

"P-positif, Nes..." Ucapnya lemas dan tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia langsung menjatuhkan diri di samping Anes. Rasanya ia menyesal kalau-kalau menghadapi kenyataan cowo rese di depan itu kelak akan selalu ada di setiap pagi ia membuka mata.

"Tenang ya, kita semua ada buat kalian berdua. Apapun yang gue bisa bantu bakal gue lakuin buat lo ko." Ucap Anes menangkan. Pasti perasaannya kini sedang bercampur aduk. Apalagi membayangkan omongan orang diluar sana yang seperti lebih suci. Kadang ia saja bisa sakit hati kalau ada yang bilang ia hamil diluar nikah padahal kenyataannya tidak.

"Bun, gimana?" tanya Gino dari balik pintu. Mengerti kode dari istrinya ia hanya mengangguk dan memberitahu Edo.

Entah iblis apa yang sebenarnya menyamar menjadi wujud manusia itu, dalam keadaan seperti ini yang ia cemaskan hanya bagaimana caranya untuk bicara pada keluarga Rasya. Tapi ia sama sekali tidak menghawatirkan apapun resikonya. Tidak merasa takut melainkan sangat bersemangat.

'Bun, maaf aku telah menghamili putrimu.'

'Bun, aku ingin melamarnya menjadi ratu dirumahku.'

'Bun, sebenarnya Rasya hamil anakku.'

"Duh, gimana yak." ucap Edo bolak-balik bagai setrikaan. Gino yang berada didepannya pun pusing sendiri melihatnya seperti pentul hipnotis yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Sampai ia menepuk pundak Edo dan menyuruhnya untuk duduk dan sedikit relax."

"Bukan gitu, sob. Gue grogi buat ngomong ke Bundanya. Kalo lewat chat tapi gue ada di depan Bunda nya boleh kali yak?" Ucapnya lagi.

"Yakali ngelamar anak orang lewat chat. Gini deh, sekarang lo tenang dulu aja."

"Santai, biarin hati lo yang bicara..." Ucap Gino.

Tak lama Rasya dan Anes keluar dari kamar. Anes langsung memeluk suaminya dari belakang yang sedang duduk disamping Edo sedangkan Rasya duduk di kursi depan mereka bertiga. Semacam ingin membuka forum mungkin?Hehe gak deng. Disini ia ingin mengatakan rencanya yang sudah ia bicarakan dengan Anes tadi di kamar.

"Sabtu ini lo kerumah gue, Do. Bisa ga?" ucap Rasya pada Edo dengan tatapan datar.

"Ya bisa dong. Kalo perlu besok geh aku kerumah kamu, Beb." jawab Edo semangat. Memang ini yang ia tunggu-tunggu. Akhirnya sedikit lagi ia bisa menikahi wanita cantik nan sexy itu.

Hatinya sangat berbunga-bunga tiap kali membayangkan mereka berdua berdiri dikursi pelaminan menyalami banyak tamu yang datang. Tapi tunggu. Itukan bayangan Edo, berbanding terbalik dengan yang di pikirkan Rasya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang