25

3.7K 160 5
                                    

"AAAAAA!!"

"Ada apaan, San?!"

"Kebakaran dimana? hah?"

"Apaan San? lo jatoh?kecoa?tikus?

Anes, Babas dan Putri langsung menuju pusat teriakan Sania dari depan kamarnya. Anak ini kalo ga bikin heboh ya bikin orang kesel karna tingkah lemotnya yang makin parah.

"Ih Babas, Putri bukan itu. Itu liat..." Ucap Sania menunjuk ke arah ranjang.

Saat semua pala mengintip kedalam, sebuah penampakan terlihat jelas. Ada dua orang. Iya, siapa lagi kalau bukan Edo dan Rasya. Tapi bukan itu yang jadi alasan si lemot berteriak histeris. Melainkan saat itu Edo sedang berada tepat di atas tubuh Rasya.

"EDO!!" Pekik Anes dan Putri. Sedangkan di dalam Edo dan Rasya bagaikan tidak mendengar keramaian yang disebabkan karna mereka berdua. Mereka malah terus saja melanjutkan kegiatannya .

"Wah kaco tuh anak. masih di gas aja." Kata Gino yang baru saja sampai di depan kamar itu.

Beruntung Edo memiliki teman seperti Gino yang sangat pengertian. Ia langsung menutup kembali pintu kamarnya dan membubarkan kerumunan antrian sembako murah ini dan mengajak keruang makan.

"Dah lah mending kita disini yegak, Bas?" ucap Gino pada Babas.

"Iyadah pusing ngurusin si biawak maunya nyosor mulu." jawab Babas sambil mencentong 2 sendok nasi ke dalam piring. Untung ada koki Anes yang jago masak dan bisa ngenyangin perut-perut karung.

"Tapi Put, kasian Rasya ditibanin gitu lagi sakit. Kalo gabisa nafas terus...." ucap Sania terpotong saat tatapan iblis Anes tertuju padanya untuk berhenti bicara dan mulai makan.

Dari atas turunlah satu manusia yang baru saja dibicarakan. Siapa lagi selain Edo. Ia turun sendiri, Rasya masih dikamar dan entah sedang apa. Wajah mesumnya itu seolah tidak ada yang salah pada dirinya setelah membiarkan orang-orang dibiarkan melihat kelakuannya terang-terangan.

"A-da apaansi? ko mukanya pada serem banget gitu..." tanya Edo sedikit ngeri mendekati mereka. Benar saja, Putri yang di titipkan Rasya oleh ibunya malah di buat kalang kabut karna ulah Edo.

"Rasya mana, Do? tanya Babas.

"Abis mandi."

"Eh, tuh..."

Dengan bibir yang pucat Rasya menuruni anak tangga. Keadaan Rasya yang membuat teman-temannya khawatirpun akhirnya memaksa untuk mengakhiri liburan mereka sementara. Anes pun sudah membuat janji dengan Bang Rio sang kakak yang berprofesi dokter. Hanya tinggal menunggu besok saat kapal menjemput mereka.

"Lo mau gue buatin bubur anget, Sya?" tanya Anes.

"Boleh deh, Mih. Mual banget gue."

"Lo sih, Sya. masih aja deket-deket si kunyuk." sahut Putri yang menatap tajam Edo.

"Lah emang kenapa si? dikit lagi juga kita jadi mama papa muda kaya Gino." ucap Edo seolah meminta pembelaan Gino.

"Gue ga ikutan..." ucap Gino kabur meninggalkan meja makan dan menuju kamar.

**

Setelah Anes menyuapi Rasya bubur yang dibuatnya tadi, keempat geng wanita ini memutuskan untuk tidur bersama untuk bercerita apa yang terjadi degan Rasya. Disana ia mulai menceritakan bagaimana awal ia bisa membiarkan dirinya bersama Edo yang tadinya sangat ia benci karna tingkahnya yang slengean.

"Ya awalnya tuh pas kita semua ngintipin lo, Nes. Disitu Edo udah ada dibelakang gue dan gue ngerasa kalo dia nafsu sih kayanya denger suara lo jadi aja gue yg didepannya jadi mangsa." jelas Rasya yang kondisinya sedang membaik.

"Yeh kunyuk. Berarti lo juga nafsu kan gara-gara tuh biawak." celetuk Putri. Rasya tidak mengelak, ia hanya tersenyum kuda tanda mengiyakan. Emang dia sudah penasaran dengan bagaimana rasanya melakukan itu sejak Anes dan Gino menikah. Namun ia sudah tidak bisa menahannya lagi saat Edo masuk ke kamarnya waktu Putri dan Sania sedang memasak camilan di dapur.

Saat itu Rasya sedang membuka Instagram dan tiba-tiba Edo datang dan mengunci pintu kamar. Rasya pun biasa saja, Ia hanya heran memangnya dia berani mendekati dirinya? Namun ternyata Edo sangat pandai memainkan suasana. Rasya pun berhasil jatuh kedalam pelukannya.

"Terus lo gaya apaan aja, Sya?" tanya Putri yang mulai penasaran.

"Pertama gue di bawah dan dia yg mainin. limabelas menit kemudian dia ngebalik badan gue dan narik pinggang gue ke atas."

"Lo nge-doggy?" tanya Anes.

"Yoi. Hahaha." jawaban itu menggambarkan bahwa sahabatnya ini memang sengklek otaknya. Mungkin emang dia jodohnya Edo. Jodoh ga bakal jauh dari cerminan diri sendiri bukan? Setidaknya Anes sudah tenang karna tau sahabatnya ini pun mulai tertarik dan mau menerima kalau ia benar mengandung anak si biawak itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00am. tepat tengah malam namun kamar pria di sebelah masih ramai saja cekikikan. Anes yang geram karna jadi tidak bisa tidurpun menggedor pintu itu.

Tokkk tokk tookk!!

Ketuk Anes kurang ramah. Beberapa menit muncul suaminya dari balik pintu.

"Sayang?tumben jam segini belum bobo?"

"Gabisa bobo ya ga dikelonin Daddy?" ucap Gino sambil mengelus perut buncit Anes. Tanpa mendapat jawaban dari istrinya, ia malah menutup pintu kamar dan meninggalkan kedua temannya yang masih asik main PS3. Di rangkulnya Anes kedalam kamar dan ia tanggalkan satu persatu pakaian istrinya.

"Tadi pagi kan ayah gajadi dapet jatah ya dek..." ucap Gino yang kini berada didepan perut Anes seolah sedang meminta izin pada dua calon bayi kembarnya. Setiap Anes melihat pemandangan ini hatinya selalu luluh. Ditambah ia tidak berani menolah tiap kemauan suaminya karna kata mama ines ia bisa dosa.

Gino menidurkan istrinya diatas ranjang secara perlahan dan memainkan jarinya pada bagian bawah yang sangat sensitif itu, sedangkat lidahnya sudah menjalar melahap leher dan semakin turun kebawah.

Akhir-akhir ini ia sangat suka menikmati bukit kembar itu. Karna usia kehamilan Anes yang semakin membesar membuat tubuhnya mempersiapkan stok asih yang berlimpah untuk menyusui bayinya nanti.

Tidak semua wanita memiliki asih yang berlimpah, mungkin Anes termasuk wanita yang asihnya subur karna suami laknat nya ini selalu memberikannya susu khusus penambah asih. Tentunya bukan hanya untuk persiapan menyusui anaknya, tapi untuk ia nikmati terlebih dahulu. Tester, katanya. Agar ia yakin kalau anaknya akan sehat kalau bapaknya cocok. Tapi ko ya mana ada tester berbulan-bulan. Huft.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang