Ribuan tahun dalam keheningan demi menyulut sebuah permintaan.. yaitu sampai akhir masa dharma tak akan ada dewa atau iblis manapun yang mampu membuatku binasa..
.
Hmmm.. Itulah perjanjiannya. Namun, mereka cukup cerdas untuk mengelabuhiku.. untuk menolak permintaan ku. Sebab, dihari berikutnya mereka menitiskan Rama sebagai sang avatar dewa Wisnu yang diberi tugas yang tak lain... Yang tak bukan.. Untuk melenyapkanku..
.
Sri Rama, seorang raja tampan, tangguh, bijaksana..
.
Tangguh ? Bijaksana ?
.
Tentu saja, sebab dia adalah seorang yang beruntung menjadi titisan dewa..
.
Sedangkan aku hanyalah manusia buruk rupa yang merengkuh neraka demi menjadi yang terkuat di semesta pramudita.. Dan seharusnya juga, aku mampu menghancurkanmu.. Jika saja para dewa tak memusuhiku, yang telah digariskan menjadi sang Angkara..
.
Akulah kegelapan, sedangkan kau cahaya.. tanpaku kau takkan jadi benderang.. tanpa perwujudanku kau takkan jadi pahlawan..
.
Seolah para penghuni swargaloka belum puas menghancurkanku, maka diturunkanlah titisan sang wedawati yang amat ku cintai.. Yang sekaligus titisan Dewi Sri.. Yang tak lain adalah istri sang Batara Wisnu.
.
Ya.. Dewi Shinta diciptakan untuk melengkapi Rama demi menghancurkanku..Dewi Shinta, nama itu.. Seorang putri yang begitu aku cintai, namun dia teramat setia terhadap suaminya.. Meski sang Suami malah meragukan kesetiannya.
Ingin rasanya aku melambungkan raga kita ke nirwana.. Namun diatas sana Dewa telah memusuhiku.. Ingin rasanya aku menenggelam diri pada ceruk paling sensitif di bumi, milikmu. Tentu saja. Namun aku tak mampu.. Sebab bagiku, cinta adalah tentang kepemilikan. Tulus tentang ketersediaan.
Dan kau mengabaikan itu.. dan untuk yang pertama kalinya kau berkata padaku selain kata 'Tidak', kata penolakmu..
Bibirmu mulai terucap bahwa 'jika aku benar-benar mencintaimu maka biarkan dirimu kembali ke suamimu..'
Kau tau, sakit seperti apa yang saat itu juga menyergapku ? Hmmm, aku hancur.
Namun, sebagai seorang yang mencintai mu aku mengabulkan itu, tapi akulah raja.. Jadi biarkan suamimu menjemputmu melalui jalan perang.
Ayodya dan Pasukan Wanara menghancurkan Alengka.
Kau Rama dihadapanku bersama Hanuman yang selalu siap dibelakangmu.
Aku sendiri, sebagai pihak lawan yang tersisa. Aku tak pernah takut denganmu yang bersama Hanoman sekalipun, aku tak pernah takut jika kau titisan Dewa Wisnu dan Hanuman adalah putra Dewa Bayu.. Dan aku takkan pernah takut, meski aku sadar bahwa akulah sang Angkara yang telah digariskan oleh Dewa untuk mati di tanganmu.
Tanganmu menarik busur dan kau hempaskan.. anak panah itu.. panah Brahmastra yang mengejar ku meski ke langit ketujuh.
Dan aku tau akhirnya..
..beginikah rasanya..
..sensasi jiwa yang perlahan terangkat meninggalkan raga..
Disaat itu juga, aku meregang nyawa.. Ada dua hal yang ku ingat..
..Shinta dan Dewa.
Ya, Dewa..
Mereka yang memberiku kekuatan, mereka yang memberiku cinta, mereka yang kemudian merenggutnya dan mereka juga yang menggariskan aku binasa..
Ohh.. Dewa..
Aku bersumpah jika suatu saat nanti, aku akan terlahir di tubuh yang baru.. Maka saat itu juga tujuan hidupku hanya satu..
..membunuhmu, Wisnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara abu-abu
RandomHanya sekedar pelampiasan dari kenyataan yang tidak sesuai ekspektasi