Kita hidup di negara kesatuan yang katanya menganut sistem politik demokrasi.
Berjalan dalam sejarah panjang, demi membentuk suatu keadilan.. namun sayangnya, itu hanyalah mitos yang di serukan, di ajarkan bahkan dijejalkan.
Lima tahun sekali kita memilih pemimpin, hingga akhirnya akan ada satu yang maju ke tampuk tertinggi..
Emm.. Seorang yang terpilih karena hasil suara rakyat. Yakin bahwa itu pilihanmu ? Yakin bukan pilihan sang uang ? Yakin hasil suara rakyat ?
Pernahkah kalian melihat jika uang adalah sang kuasa..
Oligarki.. suatu sistem pemerintahan yang diatur oleh beberapa pemodal elit..
Para bankir lah yang mengatur segalanya, dia yang mengendalikan siapa yang jadi Raja, siapa yang jadi Menterinya..
Mereka memaksakan kepentingannya dalam pesta besar yang disebut dengan demokrasi. Kita di suguhkan pilihan yang terbatas dari hasil kompromi para pemain catur yang sedang mencari makan dalam sebuah proyek besar yang disebut dengan negara.
Sang raja sadar bahwa ia di jadikan kartu as, dalam membabat habis bidak lawan. Namun, apalah arti sang wayang yang tanpa sengaja bangga karena dirinya dijadikan sebagai sang tokoh utama.
Dan orang-orang kecil yang mulai menyadari trik sulap itu akan menganggap sang Raja sebagai antagonis, sedangkan sang mastermind akan tetap aman sebagai dalang dibalik layar, dalam sebuah mahakarya seorang ahli boneka.
Mampukah kita merdeka ?
Sudahlah janganlah menangis, ibu.. sebab selalu akan ada sang vigilante, sang pembela rakyat yang rela menodai namanya sebagai sang antagonis.
Dan akhirnya apa.. kamu tahu ?
..bahwa orang-orang sepertiku yang mempertanyakan itu kelak akan digorok lebih dulu.. Jasadnya akan dipotong-potong sebagai sajian utama di teluk jakarta..
..dan akhirnya yang tersisa hanyalah warta yang di sorot media sebagai kriminalis yang meninggalkan nama..
..sebagai musuh negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara abu-abu
RastgeleHanya sekedar pelampiasan dari kenyataan yang tidak sesuai ekspektasi