Misa pelan pelan ngedorong tubuhnya Mark dan bikin lelaki itu mengistirahatkan kepalanya di atas paha si manis. Tangan Misa mengusap surai hitam Mark yang lepek terkena keringat.
Tatapan si manis menunjukan bahwa dia memiliki banyak pertanyaan di kepalanya. Apa yang terjadi sampai Mark bisa berada di depan pintu rumahnya dengan keadaan babak belur begini? Apa Mark baru saja di keroyok orang asing? Atau lelaki ini baru saja berkelahi dengan seseorang dan kalah?
Semuanya Misa simpan di kepalanya, tidak berniat untuk mengeluarkannya karena ia tahu kalau ini bukan waktu yang tepat.
Ayah, bunda, dan Masdoy berbondong - bondong lari ke arah pintu depan gara - gara denger pekikan Misa yang cukup kencang dari sana.
Tatapan bunda sama terkejutnya dengan Misa ketika pertama kali melihat Mark dengan keadaan seperti ini. Tentu saja, dia seorang ibu. Pasti dia merasakan sesuatu yang buruk jika melihat hal seperti ini.
Lain dengan ayah yang langsung berjongkok di sisi tubuh Mark, menelisik luka - luka yang ada di wajah tampan lelaki itu dan menyadari kalau Mark baru saja di pukuli habis - habisan dengan benda tumpul. Mungkin dengan tangan, botol, atau kayu?
Doyoung yang liat ayah jongkok ikutan jongkok juga, dia perhatiin Mark yang bahkan gak bisa buka kedua matanya saking dia lemes dan ngga punya tenaganya.
Doyoung meringis, pasti sakit.
"Kayaknya kita harus bawa dia ke kamar dulu deh." Usul bunda, ini tidak baik jika mereka terus saja berdiri di depan pintu rumah dengan keadaan Mark yang seperti ini.
Ayah ngangguk, dia tutup pintu rumah mereka kemudian menguncinya, memberi instruksi pada Doyoung setelahnya, "papah dia, bawa masuk ke kamar."
"Kamar saya, kan?"
"Iya kamar kamu, tau kok gaada yang boleh masuk kamar Misa selain kita bertiga sama sahabat Misa yang itu." Ayah nepuk bahunya Doyoung, memberi keyakinan kalau semuanya bakal baik - baik aja.
Ayah tau, Doyoung pasti merasa ngga aman sekarang. Apalagi lelaki paruh baya itu tau kalau Mark juga menaruh hati pada anak gadis semata wayangnya itu.
Doyoung ngangguk, setelahnya secara perlahan memapah tubuh Mark dan membawa lelaki itu ke dalam kamarnya. Tubuh Mark di tidurkan di atas kasur. Setelahnya Doyoung memperbaiki posisi lelaki itu.
Doyoung menatap Mark lama. Jadi. . Apa semua ini benar - benar murni pengeroyokan? Atau ini cuma kejadian buatan yang Mark buat supaya bisa dapet perhatian si manis lagi?
Tapi jika iya, kenapa Mark mau repot - repot membuat wajah dan tubuhnya babak belur seperti ini? Sudah pasti tidak mungkin, bukan?
Lelaki itu tersadar dari lamunannya waktu Misa jalan memasuki kamar dengan membawa sebaskom air es dengan lap yang telah ia masukan di dalamnya.
"Mas, bisa bantu beliin bubur ngga? Habis di obatin, Mark harus makan bubur." Pinta Misa sambil menatap lelaki itu. Si manis udah duduk di sisi ranjang bersiap untuk mengompres luka lebam di wajah Mark.
". . .i - iya." Doyoung ngga nolak. Tapi hatinya berat sekali. Dia takut, jika meninggalkan Misa dan Mark berdua keduanya akan kembali bersama. Dia tidak mau itu terjadi.
Doyoung cemburu.
Tapi lagi - lagi dia ngga bisa ngapain. Memilih buat keluar dari ruangan itu dan ngebiarin Misa ngompres luka - luka Mark di dalam kamar.
Misa menghela nafasnya, dengan perlahan dia mengompres luka lebam di pipi Mark membuat lelaki itu meringis kesakitan.
Si manis ikut meringis, seakan merasakan rasa sakit yang baru aja Mark rasain sekarang. Tapi dia ngga boleh berhenti disini, lebam itu harus segera di kompres agar tidak bengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dream [✔]
Random╔════════╗ sᴇǫᴜᴇʟ, ᴘᴀᴘᴇʀ ᴘʟᴀɴᴇ ╚════════╝ ❝ ᴅᴇᴀʀ ᴅʀᴇᴀᴍ, ᴛᴇʀɪᴍᴀᴋᴀsɪʜ ❞ #18 jaemin [190731] #19 marklee [190901] #20 najaemin [190924] ʀᴇᴄɴᴊᴡɪɴ©